5 Cara Islami Berkepribadian Menyenangkan
Untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit





Untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit, yang 
pasti ada banyak cara untuk memperolehnya. Namun yang terpenting adalah adanya 
kemauan dalam diri kita untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sebab 
dengan memiliki kepribadian ini bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan 
jasmani dan ruhani orang yang memilikinya, akan tetapi ia juga akan mendapatkan 
orang lain merasa nyaman berada di sisinya. 

Maka dari itu, memiliki kepribadian yang menyenangkan bukan saja harus dimiliki 
oleh seorang dai yang setiap hari tugasnya adalah menyampaikan risalah dakwah 
kepada masyarakat, namun juga oleh siapapun, dan pada profesi apapun. Sebab 
hakekatnya manusia di manapun sama, ia akan tertarik kepada sesuatu yang ia 
lihat menyenangkan, dan akan lari dari sesuatuyang terlihat menjengkelkan.

Betapa senangnya hati kita, ketika kita mendapatkan banyak orang yang 
menghargai kita, menghormati kita, memperdulikan kita, namun bukan karena ada 
apa-apanya, tetapi semata-mata karena memang kita memiliki kepribadian yang 
menyenangkan. Sungguh sangat sengsara seseorang yang selalu mendapatkan pujian 
orang banyak, sanjungan, perhatian, penghargaan, dan lain-lain, hanya karena 
orang-orang tersebut takut akan ketidakstabilan emosinya yang kemungkinan bakal 
mengancam masa depan hidupnya. Percayalah bahwa semua hal yang ia dapatkan 
berupa sanjungan itu hanyalah semu belaka dan tidak akan bertahan lama. Hal ini 
karena pujian itu tidak keluar dari dalam hati yang paling dalam, karena ia 
muncul bersamaan dengan adanya kepribadian yang tidak menyenangkan.

Dalam kesempatan ini, akan saya sampaikan bagaimana cara islami memiliki 
kepribadian yang menyenangkan, semoga dapat merubah hidup kita menjadi lebih 
dicintai oleh manusiasemata-mata karena mereka merasa nyaman berada di sisi 
kita.

1. Memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.

Salah satu sifat seorang muslim yang berjiwa besar adalah, dalam dirinya selalu 
tersimpan rasa ingin selalu berkhidmat kepada orang lain dan bukan meminta 
dikhidmati oleh orang lain. Karena ia merasa yakin bahwa sebanyak itu ia 
memberikan perhatian kepada orang, sebanyak itu pula ia akan mendapatkan 
perhatian dari orang lain. Orang lain tak ubahnya sebagai refleksi dari pada 
diri kita sendiri. 

Pepatah melayu mengatakan, "jika buruk wajah jangan lalu cermin yang dipecah" 
tetapi perbaikilah bentuk dan raut wajah, niscaya cermin itu dengan sendirinya 
akan mengeluarkan pantulan yang indah. Nah, salah satu yang dapat memantulkan 
bayangan indah dari cermin orang lain itu adalah prilaku kita yang senantiasa 
ingin memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Tidak ada yang dapat 
membahagiakan hati kita, kecuali jika kita telah benar- benar membantu dan 
meringankan beban orang lain, tentu dengan satu keyakinan bahwa Allah Swt.akan 
senantiasa meridoi segala apa yang kita perbuat. 
Ada satu hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, di mana 
Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang diserahi amanat untuk mengurus kebutuhan 
umat, namun ia lalai atau tidak memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan 
keterdesakan mereka, maka Allah swt. akan memperlakukannya sama dengan tidak 
akan memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakannya di akherat 
kelak". 

2. Lemah lembut dan dapat mengontrol emosi

Dalam hidup ini, terkadang dalam hati kita sudah tertanam untuk tidak melakukan 
perbuatan buruk yang bakal merugikan orang lain, namun perbuatan buruk itu bisa 
jadi muncul dari orang lain. Ada saja perbuatan orang lain yang membuat kita 
merasa jengkel dan panas hati, boleh jadi perbuatan tersebut disengaja atau 
tanpa disadarinya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, ia 
tidak lantas main hantam dan menyalahkan secara kasar. Namun yang ia lakukan 
adalah memberikan masukan secara bijak dan penuh kearifan. Boleh jadi dengan 
kearifannya ini akan membekas di hati orang yang berbuat salah kepadanya, 
sehingga di hari kemudian orang tadi menjadi orang yang selalu merasa takut 
berbuat kesalahan sekecil apapun berkat nasehat dan masukan yang arif tersebut.

Sungguh besar pahala kita jika kita mampu merubah jalan hidup orang lain hanya 
semata-mata sikap lemah lembut dan kemampuan kita mengontrol emosi itu. 
Ketimbang, jika yang kita lakukan adalah memaki dan memarahinya seolah-oleh 
tidak ada kata maaf dan introspeksi dalam kamus diri kita. Rosulullah Saw. 
adalah tauladan yang paling baik, bagaimana beliau bersikap terhadap orang 
'ndeso' yang pernah menjambak selendang beliau di tengah orang banyak secara 
kasar, sampai-sampai akibat jambakan tersebut leher Rosulullah merah memar. 
Lalu orang itu dengan keras berkata, "Wahai Muhammad beriakanlah sebagian harta 
yang kau miliki..." Para Sahabat yang ada di sekitar nabi ingin marah, tapi 
sikap Rasulullah ketika itu malah memberikan senyumannya kepada orang itu, lalu 
dengan penuh kasih sayang beliau berikan seledang yang beliau punya kepada 
orang tadi.


3. Mampu memberikan reward dan empatik kepada orang lain

Salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan adalah ia 
mudah memberikan reward atau penghargaan berupa pujian tulus kepada orang yang 
telah berbuat baik sekecil apapun. Kata-kata seperti, "oh, memang betul-betul 
hebat kamu yah, atau, "wah, coba kalau tidak ada kamu tadi, bisa lain 
urusannya", dan lain-lain yang menggambarkan bahwa kita benar-benar dapat 
menghargai karyacipta orang lain. Coba kita bandingkan dengan ungkapan berikut, 
"ah, kalau itu sih siapa juga bisa", atau "yah, lumayan lah nggak jelek-jelek 
banget sih" dan yang semisalnya. 
Betapa kata-kata ini menampakkan kita belum dapat menghargai apa yang dilakukan 
orang lain. Coba kita lihat bagaimana Rosulullah ketika ada sesorang yang 
sedang bicara dengannya, maka dengan penuh khusuk beliau hadapkan badan, 
telinga, dan matanya untuk memperhatikan lawan bicaranya, dan tidak pernah 
beliau memotong pembicaraan orang tersebut, sampai ia benar-benara telah 
selesai dari pembicaraannya. Hal ini betapa beliau mengajarkan kepada kita 
untuk selalu menghargai orang lain, dan inilah caranya agar kita dapat memiliki 
kepribadian yang menyenangkan sehingga orang lain merasa nyaman berada di sisi 
kita.

4. Tidak membuang muka kepada orang yang suka maksiat

Dalam lingkungan kita terkadang ada orang yang dianggap sampah masyarakat. 
Kegemarannya adalah mencari keonaran dan membuat kerusuhan dalam masyarakat. 
Banyak orang yang dalam menghadapi orang semcam ini, malah mengucilkannya. 
Sampai-sampai ada kesepakatan untuk tidak melakukan hubungan dengan orang 
tersebut. Sebagai seorang muslim yang kuat, yang tentunya memiliki keyakinan 
akan adanya kebaikan dalam diri orang tersebut, kita tidak boleh lekas-lekas 
memutuskan hubungan dengannya. 

Akan tetapi kita berusaha untuk selalu mencari celah mengajaknya kembali kepada 
jalan yang benar. Bahkan harus kita ciptakan strategi yang membuatnya dapat 
luluh untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela itu. Terkadang untuk 
mewujudkan hasil ini, perlu sesekali kita mengikuti dunia hitam yang orang itu 
geluti seperti dunia malam, hiburan, perjudian, dll.namun ada satu misi yang 
kita tuju, yaitu kita akan merubah jalan hidup orang tersebut sekiranya kita 
telah berhasil meraih hati orang tersebut.

Ada satu contoh yang menarik dari cara dakwah seorang wali songo yang ikut 
menggunakan wasilah musik dan kesenian daerah untuk dijadikan sarana dakwah, ia 
gunakan wasilah yang sama namun isi dari pertunjukan itu ia rubah menjadi 
nada-nada dakwah kepada jalan Allah. Berapa banyak orang yang awalnya tidak tau 
agama lalu menjadi tertarik dengan ajaran agama dengan cara seperti itu. 
Kuncinya adalah, agar kita tidak lekas memandang sebelah mata terhadap 
orang-orang yang kadung dianggap sebagai sampah masyarakat.


5. Tidak bersikap angkuh

Banyak orang mengira bahwa dengan bersikap angkuh akan menjadikan diri kita 
disegani oleh orang lain, yang betul justru sebaliknya orang akan enggan 
bergaul dengan kita. Dalam realitas hidup bisa jadi ada orang yang merasa 
minder melihat kesuksesan hidup yang diraih oleh kita misalnya, rasa minder ini 
lalu akan melahirkan rasa rendah diri dan kurang bersahabat dengan kita. Pada 
saat inilah kita perlu menunjukkan sikap rendah hati kita untuk memulai 
mencairkan kondisi dengan bersikap ramah dan tawadu kepada mereka. Hal ini pula 
yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, ketika ada seseorang yang 
hendak menghadap kepada beliau untuk suatu keperluan, namun karena besarnya 
wibawa rasulullah maka orang tersebut menjadi gugup dan tidak percaya diri, 
dengan santun kanjeng Nabi berkata, "santai saja, Aku bukanlah Malaikat, aku 
hanyalah seorang anak ibu dari suku Quraisy yang juga sama-sama makan bubur 
nasi". 

Sikap tawadu inilah yang membuat suasana menjadi cair dan berjalan normal, 
sehingga orang lain merasa senang berada disisi kita. Lalu coba kita bedakan 
dengan sikap syetan yang berkata, "sesungguhnya Aku lebih mulia dari Adam, 
karena aku diciptakan dari api, sedang Adam dari tanah," (Q.S. Shad:76).

Demikianlah di antara cara bagaimana memiliki kepribadian yang menyenangkan, 
semoga dengan bekal cara ini kita dapat memperoleh target dari sebuah pergaulan 
hidup yaitu menyebarkan keindahan-keindahan ajaran Allah Swt, baik dengan cara 
lisan maupun dengan amal perbuatan. Siapa tau, banyak orang yang tertarik 
kepada Islam bukan hanya disebabkan keindahan ajarannya saja, namun karena 
ketertarikan mereka kepada perangai yang menyenangkan dari yang kita miliki 
itu. Amin ya Rabbal 'Alamin.

Islamabad, Jum'at 28 Februari 2008.
Ustadz Muladi Mughni, Lc.
http://www.pesantrenvirtual. com




_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke