tes....
  ----- Original Message ----- 
  From: Alkhori M 
  To: is-lam@milis.isnet.org 
  Sent: Thursday, September 04, 2008 12:18 AM
  Subject: Re: [is-lam] (no subject)


  Menarik juga yang dipostingkan. Tapi sayangnya tulisan ini jauh dari 
KEBENARAN.

   

  Al-qur'an diturunkan adalah untuk PETUNJUK buat manusia agar menjadi manusia 
yang baik. Tidak ada yang sangat PENTING untuk mengetahui SIFAT SIFAT Tuhan. 
Tuhan juga tidak memaksa atau menyuruh manusia untuk mengetahui SIFAT SIFAT 
Tuhan. Jadi manusia yang baik adalah calon calon penghuni SURGA, tanpa melihat 
apakah dia mengetahui SIFAT SIFAT TUHAN. Manusia yang baik adalah calon calon 
penghuni SURGA tanpa melihat AGAMA yang dinamakan oleh manusia itu sendiri.

   

  Alkhori M

  Alkhor Community

  Qatar


------------------------------------------------------------------------------

  From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Achmad Saidi
  Sent: Tuesday, September 02, 2008 7:52 AM
  To: [is-lam]
  Subject: [is-lam] (no subject)

   

  Benarkah Orang Baik Belum Tentu Masuk Surga ?

  http://www.kebunhikmah .com/php/

  Apakah Bunda Theresa yang sepanjang usia nya dibaktikan untuk umat miskin 
India harus masuk neraka ? Apakah Paus Paulus II yang pernah menjamu calon 
pembunuhnya dengan baik hingga si calon pembunuhpun membatalkan rencana 
pembunuhan tersebut juga tak pantas masuk surga ? Apakah Mahatma Gandi yang 
secara lembut, sabar dan selalu menggunakan jalan damai untuk membela 
kemerdekaan rakyat India juga harus masuk neraka ? Bagaimana pula dengan 
sebagian dari milyaran umat manusia non Islam yang baik hati, apakah mereka 
harus masuk neraka dibanding sebagian dari milyaran umat Islam tapi buruk 
perilakunya ?

  Apakah Akhlak Menentukan Seseorang Masuk Surga atau Tidak ?

  Ada satu jawaban yang singkat, jelas dan tegas untuk pertanyaan tersebut 
yaitu, "kalau memang akhlak dijadikan patokan oleh Tuhan untuk menentukan 
pantas tidaknya seseorang masuk surga, maka agama tidak diperlukan lagi di muka 
bumi ini"
  Kalau memang akhlak kriteria utama menentukan masuk surga atau tidaknya 
seseorang, maka untuk apa lagi agama, karena tanpa agama saja orang bisa 
berbuat baik. Di negeri atheis seperti di Rusia, China, atau di negeri sekuler 
seperti Eropa dan Amerika, ditemukan banyak orang yang tak beragama tapi 
memiliki akhlak yang luar biasa baiknya. Tidak usah jauh-jauh, pasti kita 
sering menemukan diantara teman atau tetangga kita akhlaknya sangat baik, ia 
mengaku punya agama tapi tak pernah sholat atau ke gereja, tapi nyatanya 
akhlaknya lebih baik dari umat Islam yang rajin beribadah.

  Sifat baik adalah fitrah yang diberikan Allah sejak kita didalam kandungan. 
Fitrah (sifat-sifat baik) adalah kecenderungan manusia untuk berbuat kebaikan, 
seperti halnya binatang buas diberi Allah kecenderungan untuk bersifat buas, 
mereka akan tetap buas walaupun manusia berusaha menjinakkannya. Hawa nafsu dan 
pilihan manusia sendiri yang membuat seorang manusia menjadi jahat dan 
berperilaku buruk. 

  Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya Aku menciptakan 
hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus) semuanya. Dan sesungguhnya mereka 
didatangi oleh setan yang menyebabkan mereka tersesat dari agama mereka" (HR 
Muslim).
  Allah menganugerahi manusia kesempatan untuk memilih yang baik atau yang 
buruk sesuai firman Allah : "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. 
(QS, Al-Balad 90 : 10). "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; 
ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS, Al-Insaan 76 : 3).
  Kemudian setan berusaha mengaburkan jalan yang benar sehingga jalan yang baik 
oleh manusia dikira sesat, dan jalan yang sesat dikira benar. Allah SWT 
berfirman dalam Al-Quran surat Al Baqarah 2 : 216) : "Boleh jadi kamu membenci 
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai 
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak 
mengetahui."

  Namun tujuan tulisan ini sama sekali bukan untuk menyatakan bahwa akhlak yang 
baik tidak penting, atau menjadi muslim yang berperilaku buruk lebih baik 
daripada non-Islam yang baik hati. Tujuan tulian ini agar kita menyadari bahwa 
Tuhan tidak menuntut dari manusia sekedar akhlak yang baik, tapi juga ada hal 
lain yang lebih utama dibanding akhlak. 

  Bahkan Akhlak Seorang Muslim Yang Baik Sekalipun Tidak Cukup Untuk Membuatnya 
Masuk Surga.
  Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak 
muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya 
kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya 
Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya 
sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu 
saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu 
sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya 
Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada 
orang tua?" Nabi SAW sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda itu 
ia berkata : "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang 
berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan oleh 
pengorbanan dan kebaikanmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa 
amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang 
tua kita terhadap anaknya. Kita merasa sudah cukup, tapi dalam perhitungan 
Allah nilai jasa kedua orang tua pada anaknya jauh lebih besar nilainya dari 
yang dibayangkan manusia. Pasti ada sesuatu perbuatan lain yang harus kita 
lakukan untuk memperbanyak balas budi kita pada kedua orang tua kita. 
Diantaranya dengan cara menjadi anak yang sholeh dan selalu mendoakan kedua 
orangtua kita. 

  Untuk membalas budi kedua orang tua saja kita tidak akan pernah sanggup, 
apalagi membalas kebaikan Tuhan yang mengkaruniakan kita fitrah kasih sayang 
pada kedua orang tua kita, yang mengkaruniakan kita mata yang mampu melihat, 
telinga yang mampu mendengar, lidah yang mampu merasakan kelezatan makanan, 
yang telah mengkaruniakan kita udara secara gratis.

  Ada perspektif yang sama antara hadits tersebut barusan dengan hadits berikut 
ini. Rasulullah SAW pernah berkata, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa 
memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan 
Engkau ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh sayapun juga tidak 
cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita 
masuk surga?" . Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya 
karena rahmat dan kebaikan Allah semata". Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub 
kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat 
Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Amal soleh yang 
kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) 
tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna 
apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat 
surga yang dijanjikan Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat 
Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat 
Allah.

  Apa makna dari kedua hadits tersebut diatas ? Yaitu bahwa perbuatan baik 
(akhlak) dan ibadah kita ternyata tidak mampu untuk mendapatkan tiket ke surga. 
Hanya karena rahmat-Nya lah kita bisa ke surga. Akhlak dan amal ibadah juga 
tidak cukup menjamin kita terbebas dari api neraka, hanya ampunan-Nya lah yang 
bisa membuat kita terbebas dari api neraka. Karena itu kita diminta banyak 
memohon rahmat dan ampunan Allah. 

  Pertanyaan berikutnya (dikaitkan dengan judul tulisan ini) adalah apa 
syaratnya agar doa kita untuk memohon rahmat dan memohon ampunan Allah bisa 
diterima ?
  Tidak semua orang diberi rahmat surga, dan tidak semua orang diberi ampunan 
dari ancaman neraka. Karena itu Allah menentukan syarat utamanya adalah beriman 
kepada-Nya dan rasul-Nya (melalui syahadat). Ia harus memiliki aqidah yang 
benar, memahami siapa Tuhan yang disembahnya dengan benar, apa yang dimaui-Nya, 
bagaimana cara mencintai-Nya. Inilah syarat utama agar permohonan rahmat dan 
ampunan kita bisa diterima.

  Apakah Benar Anggapan Bahwa Sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Akan 
Membuat Allah Tidak Mungkin (Tega) Menghukum Orang Yang Baik Hati ? 

  Di akhirat kelak orang yang tidak beriman kepada Allah akan membawa amal 
kebaikannya ke hadapan Allah, tapi kemudian Allah tidak menerimanya, seperti 
tersebut dalam Al Qur'an surat Al Furqan ayat 23, "Dan Kami hadapi segala amal 
yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang 
berterbangan".

  Ibarat seorang pembantu yang bekerja keras pada majikannya, setiap hari ia 
bangun pagi membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyapu halaman, menjaga 
keselamatan anak majikan selama majikan bekerja diluar. Namun sang pembantu 
yang rajin ini ternyata tidak sopan dalam kata dan perilaku, Sang pembantu 
tidak mau berusaha memperbaiki sikapnya ini pada atasannya, karena ia mempunyai 
pendapat sendiri tak mungkin majikan akan memecatnya karena ia sudah bekerja 
sangat keras dan merawat anak-anak majikannya dengan baik. Ia tidak juga 
berusaha mencari tahu apa yang diinginkan sang majikan. Padahal jelas sang 
majikan sudah menulis tatatertib dan uraian kerja pembantu rumah tangga, 
diantaranya disebutkan bahwa kesopanan adalah syarat terpenting bekerja di 
rumah majikan tersebut. Bahkan terkadang ia sombong dan keras hati serta 
menyimpulkan sendiri bahwa sebagai orang yang berintelektual tinggi seharusnya 
majikannya bisa menerima kekurangan sang pembantu. Iapun kaget ketika di akhir 
bulan, sang majikan memecatnya dengan alasan tidak sopan. Ia protes tapi 
majikannya punya hak.

  Analogi sederhana ini, menyiratkan bahwa agar doa, ampunan, amal dan ibadah 
kita bisa diterima Allah hendaknya kita mengenal Allah secara baik, melalui 
perenungan dan makrifatullah. Kitapun sebagai hamba Allah perlu mencari tahu 
apa sebenarnya syarat utama yang diinginkan Allah agar segala amal ibadah dan 
akhlak baik kita diterima Allah. Tidak susah mengenal Allah karena karya-Nya 
ada disekeliling kita, yaitu alam semesta ini, bahkan Ia telah memperkenalkan 
diri-Nya pada manusia melalui kitab-kitab suci dan ajaran nabi-Nya. Dengan 
mengenal allah secara baik kita akan tahu bahwa Allah sangatlah penyayang, 
demikian sabar dengan kelemahan manusia, terlalu banyak kesalahan kita yang 
dimaafkan-Nya, bahkan kita akan tahu bahwa terlalu berlebihan kalau keimanan, 
amal ibadah dan kebaikan kita dibalas dengan surga yang luar biasa nikmatnya. 
Dengan hati yang bersih dan ilmu yang cukup juga akan memudahkan kita memahami 
mengapa Allah mengancam orang-orang tidak beriman dan yang buruk akhlaknya 
dengan neraka. 

  Memahami Allah dengan menggunakan kemampuan akal manusia adalah sia-sia, 
karena hakikat sifat-sifat Allah tidak dicerna oleh akal manusia, tapi oleh 
hati manusia. Hati manusia akan membantu kita memahami Allah, karena didalam 
hati bersemayam fitrah manusia yang salah satunya memiliki sifat-sifat cinta 
kepada Allah. Hatipun perlu dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran (sifat 
sombong, dengki, kikir, dsbnya) agar fitrah manusia bisa diaktifkan untuk 
memahami sifat-sifat Allah dengan baik.

  Tanpa Mengenal Sifat Allah Dengan Baik Maka Sia-sialah Akhlak Baik, Amal dan 
Ibadah Kita

  Melalui pengenalan yang baik terhadap Allah melalui cara-cara yang diatur 
dalam Qur'an dan hadits, akan kita temukan bahwa Allah mensyaratkan aqidah 
Islam yang benar sebelum segala amal ibadahnya diterima. 

  Aqidah adalah hal yang pokok yang membedakan Islam dengan agama lainnya. 
Aqidah adalah fondasi bangunan seorang umat Muslim, sedang ibadah (syariah) 
adalah dinding bangunan seorang Muslim, lalu akhlak adalah atapnya. Tanpa 
fondasi maka ia pun tidak bisa mendirikan bangunan diri seorang Muslim, tanpa 
aqidah yang benar dan lurus iapun tidak pantas disebut seorang Muslim. Tanpa 
ibadah yang sesuai syariah Islam, iapun belum sempurna untuk dikatakan sebagai 
sebuah bangunan yang bernama Muslim. Demikian pula, tanpa Atap yang bernama 
akhlak, bangunan yang bernama Muslim ini belum utuh dan akan mudah rusak oleh 
hujan dan panas. Muslim yang baik wajib memiliki ketiga syarat ini (aqidah, 
ibadah dan akhlak) secara lengkap, tidak kurang satupun, dan harus sempurna. 
Bila aqidahnya salah, maka kekal lah ia di neraka, bila ibadah dan akhlak buruk 
maka ia 'mungkin' masih berpeluang masuk surga setelah di'cuci' dulu di neraka. 
Semoga kita tidak termasuk sebagai orang yang di'cuci' dulu, apalagi kekal, di 
neraka. Mumpung kita masih hidup di dunia ini, semoga kita diberi ilmu oleh 
Allah SWT mengenai kedahsyatan akhirat dan neraka, supaya kita tidak 
menggampangkan diri untuk menganggap bahwa di'cuci' di neraka adalah bukan 
masalah besar. Tidak untuk sedetikpun ! Naudzu billah min dzalik.

  Aqidah adalah apa yang diyakini seseorang, bebas dari keraguan. Aqidah adalah 
iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang 
meyakininya. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan 
pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah Islam merupakan syarat pokok menjadi 
seorang mukmin, dan merupakan syarat sahnya semua amal kita. Untuk memperoleh 
aqidah yang lurus kita perlu mempelajari dan memahami sifat-sifat Allah dan 
apa-apa yang disukai dan dibenci Allah. Tanpa aqidah yang lurus maka amal 
ibadah kita tidak diterima-Nya. Salah satu hal yang paling dibenci Allah SWT 
adalah syirik, yaitu mensejajarkan diri-Nya dengan makhluk atau benda 
ciptaan-Nya. Allah berfirman, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan 
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang yang merugi" (QS, Az-Zumar: 
65). 

  Aqidah adalah tauqifiyah, artinya tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil, 
dan tidak ada medan ijtihad atau berpendapat didalamnya. Sumbernya hanya 
al-Qur'an dan as-Sunnah, sebab tidak ada yang lebih mengetahui tentang 
sifat-sifat Allah selain Allah sendiri. Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang 
teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, 
bertauhid dan ta'at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, 
Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan 
mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih tentang Prinsip-Prinsip Agama 
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' 
(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), 
baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut 
al-Qur-an dan as-Sunnah yang shahih serta ijma' Salafush Shalih.

  Begitu pentingnya aqidah dalam Islam, sehingga pelurusan aqidah adalah dakwah 
yang pertama-tama dilakukan para rasul Allah, setelah itu baru mereka 
mengajarkan perintah agama (syariat) yang lain. Didalam Al Qur'an, surat 
Al-A'raf ayat 59, 65, 73 dan 85, tertulis beberapa kali ajakan para nabi, 
"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selain-Nya". Dengan 
demikian ilmu Tauhid sebagai ilmu yang menjelaskan aqidah yang lurus, merupakan 
ilmu pokok yang harus dipahami sebaik mungkin oleh setiap umat Islam yang ingin 
memperdalam ilmu agamanya. Tanpa aqidah yang benar seseorang akan terbenam 
dalam keraguan dan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup 
pandangannya dan menjauhkannya dari jalan hidup kebahagiaan. Tanpa aqidah yang 
lurus seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh berbagai informasi 
yang menyesatkan keimanan kita.

  Wallahu a'lam bish shawab.

  Sumber : tulisan oleh Abdillah M.U & diedit sedikit oleh Penjaga Kebun.



------------------------------------------------------------------------------


  _______________________________________________
  Is-lam mailing list
  Is-lam@milis.isnet.org
  http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam
_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke