Albert Siagian wrote: > > Long term support, tidak selalu berarti contract maintenance kan?
Gampangnya begini : beli maintenance contract barang repairnya gratis. Gak beli maintenance contract, ya mahal dong kan IBM sudah kudu stock barang type X selama 10 tahun? > > Ketersediaan spare part untuk jangka panjang, dengan harga yang > kompetitif, itu kan bagian dari long term support juga. Tapi kalau saya > beli server, dan tahun ke 3 mau tambah hdd, yang harganya hampir sama > dengan beli server baru, itu sih kurang ajar :-) Nah itu, contoh anda makin memperkuat pendapat saya. Kalau anda mau keep changing the server growth setiap 3 tahun, jelas salah beli frame yang tahan 10 tahun lengkap dengan spare partnya. Untuk type short term usage pattern begini, lebih cocok beli komputer murah high performance, dan keep upgrading dengan change platform. Enteprise computing itu baru make sense kalau lifecyle lebih dari 5 tahun, IMO. > > Coba saja member milis ini, apakah ada yang pernah ikut bos bikin > "business plan"? Kalau ada, kelas perusahaanya level apa? > Small/Medium/Enterprise? Kalau memang IT adalah support, maka dia tidak perlu pusing pusing atau sakit hati kalo servernya kepenuhan, atau terlalu lambat. Support memang tanggung jawabnya adalah break and fix. Bukan architecting suatu solution. Jadi kalo member milis ini ada yang jadi kerjaan support, ya santai santai saja, tidak perlu tidak bisa tidur nyenyak kalo di complain oleh user karena disk space penuh. Ya bilang saja, space penuh. Sebagai professional kudu bisa mengenali dimana batas kewajiban yg kudu dipenuhi. Di luar itu sebaiknya "emangnya gue pikirin", tidur aja yg nyenyak :D Dan juga sebetulnya capacity planning untuk sesuatu yang gampang dan kecil, itu juga gampang dan kecil kok. Saya kebetulan buka toko komputer dan jadi freelance sysadmin di beberapa biro arsitek waktu kuliah. Seperti anda bilang, orang IT di beberapa designer house semacam itu biasanya cuman salah satu karyawan "rada melek IT" dan dibantu office boy yg rada diupgrade. Karena mereka tidak tahu kudu beli yg bagaimana, and they came to me. Jadi mereka tahu diri, seeking advice, itu ciri khas professional juga. Walau baru mahasiswa tahun kedua, saya cukup punya common sense untuk tahu ukuran file yg mau disimpen berapa per orang, berapa lembar design yg mau di print pakai printer A0 dan A3 per hari, lalu nanya ke boss mereka, kalo paling sibuk itu biasanya loadnya bagaimana, most of the common sense. Sama kalo kita mau ke pasar, hari ini mau masak apa, kira kira belanja buat seminggu berasnya berapa, karena dengan mudah bisa terlihat. Kalo sampai menjabarkan hal hal semacam itu saja tidak bisa, mungkin itu memang yang membedakan antara IT professional dengan IT office boy, menggunakan common sense untuk melihat masalah IT dengan mudah. Sebagai contoh, dulu kita pernah lihat ada iklan Intel Pentium 4 yg iklannya membuat berselancar jadi lebih lancar, padahal masalah di Indonesia kan adalah bandwidth, bukan computing power. Jadi terlihat kualitas marketing Intel di Indonesia seperti apa. > > Simplenya begini: > Anda kasih ke bos (owner/presdir) 2 pilihan: > - Whitebox, harga USD 1500 > - Branded, harga USD 2000 > > Mana yang bos pilih? Untuk Server, beda cuma USD 500, ya ngga perlu > bikin proposal "capacity planning" juga kemungkinan besar dia jawab, > "beli branded saja". Kalo ada sales cuman menawarkan se-naif itu, berarti pembelinya benar benar bodoh sekali atau salesnya mis-representing the product. Mengambil analogy beli mobil, orang yg cukup terdidik, akan berpikir kalo beli mobil, kudu tahu harga ganti olie, jenis bahan bakar dan spare part, bikin garasi, pasang alarm, etc. Sama dengan beli komputer, memang gak semua perlu capacity planning. Tapi apakah ketika membeli server yg bisa menampung 6 hard disk, tapi cuman diisi 2 hard disk dan kelihatan sekali "bolong"-nya karena pakai HDD canister khusus, tidak memancing pertanyaan : eh pak, kalo nambah hard disk 4 lagi berapa? Boleh tahu ndak? Maksimum RAM misalkan 4GB, tapi bisa dibeli 2GB saja, apakah tidak memancing pertanyaan, harga 2 GB-nya berapa? Saya pikir itu common sense yang jelas. Kalo ada orang membeli asal pada face value dan tidak pernah menghitung maitenance ataupun expandibility, ya itu yg membedakan professional dengan office boy tho, dimana office boy cukup melaksanakan perintah, tidak perlu membuat decision. Good boss juga sebaiknya tahu, bisa mengenali, minta advice ke professional atau ke office boy. Lalu apa iya, penawaran produk itu tidak diberikan dalam bentuk itemized list. Di iklan koran memang dinyatakan produk X dengan kapasitas Y harganya Z. Tapi ketika sudah jadi dalam proposal dan listnya di break dalam komponen level, kan bisa kelihatan harga komponennya berapa. Dari situ kelihatan RAM vendor X dan vendor Y selisih harganya berapa. Pada waktu anda membeli IBM server anda, 3 tahun lalu, apakah anda tidak tahu harga hard disk IBM pada saat itu? Kalau anda pada saat itu tidak tahu dan di saat sekarang jadi kaget, IMO itu kesalahan yg cukup fatal. Kecuali kalo server tersebut server "warisan" orang lain. Tapi andapun juga bisa mempertimbangkan sendiri, ah, ternyata platform yg dipakai sekarang tidak sudah tidak ekonomis untuk di-expand, lebih baik beli server baru, yg lama di-decomissioned saja. Tapi ini jelas bukan salah IBM tho. Memang dalam 3 tahun teknology sudah membuat apa apa serba obsolete, dimana ganti baru malah lebih murah. Saya sendiri punya contoh di lain spektrum : a. HR di salah satu perusahaan minyak di Indonesia, dari dulu ya pakai mesin itu itu saja, karena dibeli pas jumlah karyawannya terbesar, pas boom minyak. Sekarnag produksi minyak menurun, dan apa apa serba otomatis gak pakai orang dan pada di outsource, demand jadi menurut. Mereka hanya perlu ganti spare part kalo ada yg rusak. b. Core database insurance company di Singapore, masih pakai Win NT 4.0. Pasar di sini mature, jumlah penduduk tetap, semuanya insured, malah kematian lebih besar dari kelahiran. No point in upgrading right? Baru sekarang mereka mikir mau upgrade karena mau slimming down data center dari satu ruangan lapangan badminton jadi 4 rack saja. Having said all that, menurut saya pertanyaan yg salah banget sebagai professional adalah kalo menanyakan : saya punya duit X, sebaiknya beli server apa? IMO, yg begituan lebih cocok kalo mau beli saham, emas, atau instrument investasi, bukan buat beli produk IT. ------------------------------------ -- www.itcenter.or.id - Komunitas Teknologi Informasi Indonesia Gabung, Keluar, Mode Kirim : [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ITCENTER/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ITCENTER/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/