2008/10/3 Endy Muhardin <[EMAIL PROTECTED]>:
> 2008/10/1 aviandri hidayat <[EMAIL PROTECTED]>:

> Demikian juga dengan JBoss Seam, tidak ada jadwal rilis yang reguler.
> Yang bisa rilis reguler selain Ubuntu masih jarang, soalnya belum
> menjadi budaya.

Ini nggak juga. Soalnya perbedaan buat ubuntu disto vs. code base,
mereka biasanya punya
"level" dari repository.
Stable, Backport etcs.

Debian: Stable, testing, unstable.
Dan stable itu di update terus menerus tanpa updating version.

Sedangkan untuk software in general. Trunk = unstable.
Dan bug fix usually happened in trunk dan latest branch.
Kalo bugnya applied to multiple minor/major version dan kita nggak
pake latest release.
Developer musti either pay subscription atau maintain spring code sendiri.

> 2. Bagaimana kalau ada bug?
> Well, ikut prosedur standar ... posting bug report di JIRA, kemudian
> tunggu beberapa saat.
> Kalau kita beruntung, akan ada fix di JIRA, yang dilengkapi dengan
> nomer revision di trunk.
> Check out nomer revision tersebut, compile, pakai.
> Kalau masih nge-bug, reopen bug.

Not as easy. Apalagi kalo kita berapa version behind. Mungkin ada
incompatibilities,
bagaimana kalo bug fixesnya punya dependency dengan some api yang cuma
available in later version?
Main problemnya itu ada di trunk, dan kita bukan spring core developer.
Kita nggak bisa yakin berapa stable trunk tersebut buat kita sendiri
decide buat release.

> Gimana kalo bug report tidak kunjung menghasilkan fix?
> Nah, di sini terlihat bedanya open-source user dan gratisan-user.
> Gratisan user akan komplain ke berbagai milis, mengeluh Rod Johnson
> sudah menjadi tamak.
> Atau nulis di blog.
> Open Source user simply akan checkout trunk, fixing bug, dan submit
> hasilnya ke repo Spring.
> That's open source all about.
> Apa lagi masalahnya ??
>
> Kita kan programmer Java, donlod library Java, ada source codenya ...
> kurang apa lagi?

Masalahnya spring source base itu HUGE! Kita nggak bisa easily bilang. Ok
I'll take linux code and maintain it myself without knowing the internals.
Apalagi kalo subscription pricingnya nggak jelas. Buat SME yang nggak punya
IT budget yang gede. Ini risky move.

> 3. Sebetulnya ini peluang bisnis bagi yang bermental pekerja.
> RedHat bisa cari uang dari menjual support Linux.
> Caranya, dia kompile kernel linux, dipaket dengan aplikasi lain,
> diintegrate sehingga mulus.
>
> Kenapa gak cari uang juga jualan support Spring?
> Kompile source code spring, paket dengan framework lain seperti
> Hibernate, integrate dan tuning, jualan support deh.

Well. Problemnya. Siapa yang mau beli support dari non spring approved partner?
Dan kita kalo bind dengan spring pricing buat making things fair for
all partners.
Kenapa nggak get support directly dari spring source?

Personally, kalo emang spring nggak mau spend extra resources buat
maintain old revisions.
Itu emang terserah spring. After all, ini project mereka :) Yang
free-loader, meningan bikin
strategy either adaptasi dengan pay/maintain/start migration/pray.
Kan spring non-intrusive, migration mustinya gampang toh? /sarcasm

Regards,
Edward Yakop

Kirim email ke