Assalamu'alaikum wr.wb

Maaf sebelumnya jika saya kasih masukan sedikit saja karena saya 
perlu untuk menanggapi kebingungan sdr Munif.

sdr Munif membingungkan hubungan antar atsar sahabat yang sdr Wendy 
sebutkan dengan ucapan sholawat.

Sebenarnya sangat mudah sekali bahwa keduanya menunjukkan makna 
ittiba terhadap keputusan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam.

Ucapan shalawat, ittiba terhadap apa yang beliau anjurkan diucapkan.
Taharah, ittiba terhadap apa yang beliau lakukan (praktekan)
Mencium hajar aswad, ittiba terhadap apa yang pernah beliau lakukan
dan semuanya adalah intinya ittiba terhadap seluruh sunnah 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam.

ambil contoh, jika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak 
mencium hajar aswad. Maka apakah kita perlu menciumnya atau tidak? 
Tentu juga tidak, maka itulah Islam. Jika kemudian ada sekelompok 
umat ini yang memandang baik perbuatan tersebut dengan 
berkata, "bukankah itu baik", "apa salahnya" atau dengan ungkapan 
syar'i seperti "sekedar menghormati Nabi yang penting kan niatnya 
ibadah". Maka yang harus kita lakukan adalah kembalikan kepada 
asalnya yaitu Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. 
Bagaimana kita mengetahui perbuatan Rasulullah tersebut, apa harus 
mimpi dulu? tidak. Ketahuilah melalui perbuatan para 
khulafaurrasyidin dan para sahabat ridwanullahi ajma'in melalui 
atsarnya.

Tak mengherankan manakala seorang ulama salaf Imam Al-Barbahariy 
rahimahullah dalam kitabnya Syarhus Sunnah no.1 berkata:
"Ketahuilah! Sesungguhnya Islam itu adalah Sunnah dan Sunnah itu 
adalah Islam. Dan tidak akan tegak salah satu dari keduanya kecuali 
dengan yang lainnya (yakni tidak tegak Islam ini kecuali dengan 
Sunnah atau sebaliknya)".

wassalamu'alaikum
fAtiH







--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Assalamu'alaikum ........
>    
>   Silahkan baca respon saya di bawah........
> 
> wandysulastra <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>     Bapak Munif yang terhormat, silakan anda teliti lagi semua 
tulisan 
> saya. Saya tidak pernah menyampaikan informasi menurut apa yang 
saya sukai saja. Saya mengutip semua perkataan Ulama Ahlus Sunnah 
tanpa kecuali, baik itu yang saya dapati secara langsung lewat 
pengajian maupun melalui bacaan-bacaan. Selama Ulama tersebut 
mendasarkan fatwanya berdasarkan Alquran dan As-Sunnah menurut 
pemahaman para Salafus Shalih, maka ulama tersebut adalah ulama 
saya. 
> Wah.... anda sudah berlebihan memanggil saya dengan Bapak... yang 
terhormat lagi, Bukankah anda sendiri menyebut manusia yang paling 
mulia diantara semua makhluq yang telah Allah SWT ciptakan cukup 
dengan namanya thok.... bukan?.... Saya pribadi tidak menafikan 
semua informasi yang anda sampaikan, hanya saja seringkali bila ada 
saudara anda yang menyampaikan informasi pembanding untuk 
permasalahan yang sama dengan sumber HR ataupun ayat Qur'an ( pada 
paragraph di bawah anda sebutkan ....pendapat kebanyakan orang yang 
tidak jelas asal-usulnya) , anda lebih memilih apa yang sudah anda 
terima terlebih dahulu. Ini yang saya maksud dengan anda lebih 
sukai. 
>   
> Sebaliknya, anda saya lihat yang merasa enggan untuk mengikuti dan 
belajar dari FATWA ULAMA yang tertulis jelas dalam kitab-kitab 
mereka, kemudian lebih memilih dan membela pendapat kebanyakan orang 
yang tidak jelas asal-usulnya. Jadi sekali lagi saya katakan, bahwa 
dalam setiap diskusi sesungguhnya SAYA HANYA MENGUTIP pernyataan-
pernyataan ULAMA yang jelas sumber dan dasar pengambilan fatwanya. 
> Terimakasih atas kesimpulan anda terhadap saya..... inilah yang 
terkadang saya singgung mengenai perlunya memanfaatkan akal & logika 
kita. Bila kita gunakan hal tersebut tentunya kita tidak mudah 
dengan cepat menyimpulkan sesuatu, bila data dan informasi yang 
sampai ke kita belum cukup banyak. Lha... bagaimana mungkin anda 
bisa menyimpulkan sesuatu tentang diri saya, sementara anda dan saya 
hanya mengenal lewat tulisan dengan frekwensi yang tidak terlalu 
sering. Kita perlu menggunakan akal & logika bukan berarti kita 
harus mengabaikan nash Al-Khadist maupun Al-Qur'an bukan...? 
>   
> Memang benar Allah telah mengkaruniakan kepada kita akal dan 
logika untuk mempermudah segala urusan kita di dunia. Tetapi akal 
bukanlah segala-galanya. Ada batasan-batasan tertentu dalam agama 
yang tidak boleh dilewati oleh akal, Nash haruslah selalu berada 
diatas akal. 
>   Benar..... akal & logika bukanlah segala-galanya, tetapi pada 
awal mempelajari informasi apakah itu HR, tafsiran ayat Al-Qur'an 
ataupun yang lainnya...... tentunya kita akan menggunakannya 
terlebih dahulu bukan ....? atau barangkali yang anda alami mungkin 
langsung mengerti tentang Khadits & Al-Qur'an begitu saja datang 
dari Allah SWT...... kalau begitu bersyukurlah anda termasuk makhluq 
pilihan-Nya. 
>   Nash haruslah selalu berada diatas akal .... ini benar sekali, 
tetapi perlu dipahami bahwa informasi yang kita terima kan hanyalah 
tafsiran terhadap nash itu sendiri, jadi bila ada saudara kita 
kebetulan menyampaikan tafsiran terhadap nash yang kebetulan menurut 
kita kurang cocok..... tidak berarti tafsiran tersebut pasti salah 
bukan ...?
>   Saya kira perihal bacaan sholawat yang kita diskusikan kemarin 
kan sudah jelas bahwa anda menyampaikan dengan tafsiran nash yang 
sudah anda yakini dan saya pribadi tidak pernah menyalahkan 
informasi tersebut, begitupun dengan tafsiran nash yang pak Nashir 
Ahmad & mas Dodindra sampaikan semuanya memiliki sandaran yang sama 
kuatnya. Jadi menurut saya tidak perlu dipertentangkan "perbedaan" 
sudut pandang tersebut. Anda silahkan bersholawat sesuai dengan 
tafsiran nash yang anda yakini. Begitupun saya, pak Nashir Ahmad, 
mas Dodindra, & mungkin saudara yang lain biarkan beramal sesuai 
dengan tafsiran nash yang diyakini juga.  
>   
> Mendahulukan akal dalam segala masalah adalah merupakan sumber 
semua kerusakan di alam semesta. Akal dijadikan hakim bagi semua 
perkara, jika datang syari'at yang tidak dipahami oleh akal, maka 
syari'at itu ditolak atau direkayasa agar sesuai dengan akal.
> Maaf kang Wandy..... menurut saya kalimat di atas terlalu dilebih-
lebihkan. Insya Allah saya pribadi dan mungkin member milist ini 
dalam memahami sesuatu mudah-mudahan tidak tidak seperti maksud 
kalimat anda tersebut di atas.
>   
> Seharusnyalah kita mencontoh Para shahabat ra sebagai generasi 
yang terbaik keimanannya sehingga mereka selalu bersikap mendengar 
dan taat kepada Rasulullah SAW. Menerima dan melaksanakan sabda 
Rasulullah apa adanya tanpa merekayasa dan menambah-nambahkan dari 
yang sudah beliau ajarkan. 
>   Benar sekali kang..... karena beliau-beliau khan mendengar dan 
menerima penjelasan langsung dari RosuluLLoh SAW, sementara 
informasi yang sampai ke kita pada umumnya hanyalah tafsiran-
tafsiran terhadap setiap contoh yang ditunjukkan oleh RosuluLLoh 
SAW. Jadi bila kita menemukan tafsiran yang menurut kita mungkin 
sedikit "berbeda" bukan berarti yang satu pasti benar dan yang lain 
pasti salah bukan...?
>    
>   Berikut beberapa atsar para Shahabat r.a. tentang pengutamaan 
nash (dalil) diatas rasio yang saya ambil dari tulisan Syaikh Ali 
Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Atsary:
> 1. Dari Ali bin Abi Thalib r.a., dia berkata : 
> "Andaikata agama itu cukup dengan ra'yu (akal), maka bagian bawah 
> khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. 
> Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam 
> mengusap bagian atas khuf-nya." 
> (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 
> 1/160 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, 
> dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di 
> dalam Shahihul Abu Daud, 1/33) 
> 
> 2. Dari Umar bi Al-Khaththab r.a., dia berkata tatkala mencium 
Hajar 
> Aswad: 
> "Sesungguhnya aku tahu engkau hanya sekedar batu yang tidak bisa 
> memberi madharat dan manfaat. Kalau tidak karena kulihat 
Rasulullah menciummu, tentu aku tidak akan menciummu."(HR. Bukhari 
dan Muslim) 
> 
> 3. Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata : 
> "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam 
> bersabda, "Janganlah kalian mencegah istri-istrimu (untuk 
> mendatangi) masjid-masjid jika mereka meminta izin kepada kalian." 
> Salim bin Abdullah berkata, "Lalu Bilal bin Abdullah berkata, 
`Demi 
> Allah, kami akan mencegah mereka'." 
> Salim berkata, "Lalu Ibnu Umar menghampiri Abdullah dan mengolok-
> oloknya dengan olok-olokan yang amat buruk, yang tidak pernah 
> kudengar sebelumnya seperti itu. Dia berkata, "Aku mengabarkan 
> kepadamu dari Rasulullah, lalu engkau berkata,'Demi Allah, aku 
benar-
> benar akan mencegahnya ?'."(HR. Muslim) 
> 
> 4. Dari Imran bin Hushain r.a., dia berkata : 
> "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam 
> bersabda, "Malu itu adalah kebaikan seluruhnya." 
> Lalu Busyair bin Ka'ab berkata, "Sesungguhnya di dalam sabda 
beliau ini terdapat kelemahan." 
> Lalu Imran berkata, "Aku memberitahukan dari Rasulullah, lalu 
engkau datang untuk menentang ? Aku tidak akan memberitahukan satu 
hadits pun yang kuketahui."(HR. Bukhari dan Muslim) 
> 
> 5. Dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa dia berkata kepada Ibnu Abbas 
> r.a.: 
> "Engkau telah menyesatkan manusia.""Apa itu wahai Urayyah ?", 
tanya Ibnu Abbas.Urwah menjawab, "Engkau memerintahkan umrah pada 
sepuluh hari itu, padahal hari-hari itu tidak ada umrah."Ibnu Abbas 
bertanya, "Apakah engkau tidak bertanya mengenai masalah ini kepada 
ibumu ?"Urwah menjawab, "Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak 
pernah melakukan hal itu."Ibnu Abbas berkata, "Inilah yang membuat 
kalian rusak. Demi Allah, aku tidak melihat melainkan hal ini akan 
membuat kalian tersiksa. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian 
dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, namun kalian menjawab 
dengan diri Abu Bakar dan Umar."(HR Imam Ahmad dan Al-Khathib serta 
lainnya dengan sanad yang shahih) 
> 
> Ibnul Qayyim berkata, "Semoga Allah merahmati Ibnu Abbas. 
Bagaimana 
> andaikata dia tahu sekian banyak orang yang menentang firman Allah 
> dan sabda Rasul-Nya dengan menggunakan perkataan Aristoteles, 
Plato, Ibnu Sina, Al-Faraby, Jahm bin Shafwan, Bisyr Al-Maraisy, 
Abul Huzail Al-Allaf, dan orang-orang yang sealiran dengan mereka ?" 
> 
> Dapat kami katakan (Syaikh Ali Hasan), "Semoga Allah merahmati 
Ibnul Qayyim. Bagaimana jika dia tahu ada orang-orang rasionalis 
abad ke dua puluh, yang menentang Sunnah hanya dengan menggunakan 
rasionya yang serba terbatas, dengan gambaran-gambaran yang rusak 
dan dengan pendapat yang hina ?" 
> 
>   Kang Wandy.... saya tidak menafikan seluruh Khadits maupun atsar 
para Sahabat yang anda sebutkan secara detail di atas,...... hanya 
saja inilah perlunya kita mengolah seluruh informasi tersebut dengan 
akal & logika kita sehingga informasi tersebut pas penempatannya. 
Kira-kira hubungan antara Khadits maupun atsar para Sahabat yang 
anda sebutkan secara detail di atas dengan konteks diskusi yang kita 
bahas kemarin itu dimana yach..... saya kok agak confuse. Kita 
mendiskusikan tentang cara bersholawat kepada Muhammad sebagai 
seorang sayyidul anbiya dan rosul Allah yang kebetulan sama-sama 
memiliki sandaran nash walaupun kelihatannya "berbeda", sementara 
Khadits maupun atsar para Sahabat yang anda sebutkan secara detail 
di atas tidak berhubungan dengan hal yang kita diskusikan. Atau 
barangkali anda mau  melontarkan perihal lain untuk disampaikan 
kepada member milist ini, kalau boleh saya menyarankan buatlah tema 
baru sehingga tidak membingungkan yang membacanya. 
>    
>   Demikian yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya. 
Apa yang anda yakini silahkan anda amalkan dan apa yang menurut 
kita "berbeda" mudah-mudahan itu bukanlah benar-benar berbeda, oleh 
karenanya biarkanlah kami mengamalkan yang kami yakini, insya Allah 
ini bukanlah hal yang prinsip... ini hanyalah khilafiah di tataran 
amal ibadah yang sifatnya sunnah.
>    
>    Selamat menyongsong bulan penuh berkah, maghfiroh dan 
pembebasan dari Allah SWT marilah kita berlomba-lomba dalam 
kebaikan.... insya Allah.
>   Bila ada hal yang kurang berkenan mohon dimaafkan, terima kasih 
atas perhatian anda.
>     Wassalamu'alaikum WarohmatuLLohi  Wabarokatuhu
>   ____________
>   Achmad Munif
>   
> 
> 
> --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif 
> wrote:
> >
> > Terimakasih...... selanjutnya silahkan tulisan anda direnungkan 
> juga untuk diri anda sendiri, ditelaah satu-persatu, setiap 
> paragraph yang anda kirimkan ....... tetapi saya agak ragu juga 
> dengan hasil perenungan terhadap tulisan anda sendiri, masalahnya 
> anda kan kurang suka menggunakan akal dan logika yang telah 
> dikaruniakan Allah SWT kepada anda. 
> > 
> > Anda lebih suka menyampaikan informasi dari sumber yang sudah 
> anda sukai, sementara bila ada saudara anda bersodaqoh informasi 
> pembanding seringkali anda mengabaikannya. Bukankah sebagian 
saudara 
> kita sudah memberikan informasi HR maupun ayat Qur'an mengenai 
> bolehnya perihal yang kita bicarakan kemarin....?
> > Ibarat gula ditangan sendiri dikatakan madu, sementara madu 
> ditangan orang lain anda katakan racun. Mudaha-mudahan tidak 
begitu 
> ya kang....... mohon maaf bila ada kata atau kalimat yang kurang 
> berkenan di hati anda.
> > 
> > Salam,
> > ___________
> > Achmad Munif
> > 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala 
kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, 
salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu 
kepada yang membutuhkan. 
> Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah 
Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, 
beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta 
petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu. 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>               
> ---------------------------------
> Apakah Anda Yahoo!?
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
>






Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh 
manusia yang akan bertambah bila terus diamalkan, salah satu pengamalannya 
adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan. 
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu 
wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang 
tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas 
yang engkau mampu. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/keluarga-islam/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke