Sabda Rasulullah saw : "barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan" (Shahih Bukhari)
gotholoco <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan "33 kali" adalah "Tiga puluh tiga kali". Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka "baca" lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih "tiga puluh tiga kali", (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan "menguap"). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi "mencintai tanah air adalah sebagian dari iman"). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* > > An-Nisa : 103-104 > Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau > menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu > sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi > dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya > saja yang mengetahui. > > Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), > adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna > dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus > dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, > jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat > Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak > hitungan. > > > > Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba > memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa > memuji keMaha-MuliaanNya. > > Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang > bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah > diungkap dalam kata-kata "al-Hamdu lillah" (Segala puji hanya bagai Allah). > > Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri > seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada > apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha > Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, > lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan > sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan "Allah Akbar". > > Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. > Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan > dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula > kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa > tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang > besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang > tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. > > Bila "Subahanallah" dibaca 33 kali setiap usai shalat, "Al-hamdu lilah" 33 > kali dan "Allah Akbar" juga demikian, maka masing-masing akan terbaca > sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca > sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total > berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya > 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika > benar-benar dibaca > secara sungguhan dan diresapi. > > Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai bersyukur, > bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara aktif > dan teresapi dalam satu bulan. > > Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil " La ilah illa Allah", Tiada Tuhan > selain Allah". Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan di Dunia > dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan sangat > religius. > > Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat seperti > kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca kalimah > thayyibah sambil tiduran, dengan jalan-jalan, termasuk dengan jungkiran > sekalipun. > > Ayat studi ini memberi kebebasan cara berdzikir, yakni sambil berdiri, duduk > atau tiduran " fadzkuru Allah qiyama wa qu'uda wa 'ala junubihim ". Cuma > harus disadari, lha wong segera setelah shalat, dalam keadaan sangat > kondusif, barusan berbisik-bisik dengan Tuhan, tinggal meneruskan saja tidak > mau, apalagi setelah berpisah lama dan terpental dari situasi kondusif? Apa > tidak malah lupa?[] > __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com