Amati dulu postingan saya, P'...,.Berarti anda setuju bila dilanjutka begitukan ? terus terang saya pribadi prihatin bila ada perselisihan atau permasalahan terulang kembali dari penyebab yang sama itulah peribahasa kekonyolan, tidak hanya BuYati termasuk saya dan Anda bisa saja konyol, itulah peribahasa tidak hanya urusan agama saja. Sebelumnya saya sudah mempostingkan agar semua dikembalikan kepada Alquran dan hadis. Silahkan lihat postingan saya 07 Desember 2007 untuk pertanyaan dari PAGI CERAH, harapan saya masalah ini ditutup karena dulu sudah pernah, ujungnya adalah hujatan, apakah ini harus terulang lagi? bila iya maka KONYOL,
-----Original Message----- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of wandysulastra Sent: Monday, December 10, 2007 9:41 AM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] Re: Memuji Rasulullah Belebihan Saya rasa tidak ada yang konyol. Saya berbaik sangka bahwa semua yang ada di milis ini berniat untuk saling membagi ilmu atau informasi. Apakah ada yang salah dengan artikel yang dikirim Ibu Yati? Mengapa anda menganggapnya konyol? Apakah artikel yang boleh dikirim dan yang tidak dianggap konyol adalah artikel yang hanya baik menurut anda saja? Kalau memang ada perbedaan pemahaman, silakan didiskusikan dengan baik. Tidak perlu melontarkan kata2 yang justru hanya akan membuat kita saling menjelekan satu dengan yg lain. Mohon maaf juga bila kurang berkenan dengan kata2 saya. Salam --- In keluarga-islam@ <mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com> yahoogroups.com, "Kartika, Bambang" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak,Wandy sulastra,....permulaanya adalah seperti dibawah ini silahkan di tinjau ulang, makanya saya sampaikan semua ada dasarnya, mengapa meski dibuka lagi, tentu saja hal ini akan mengulang masalah lagi, pepatah mengatakan "jangan sampai engkau jatuh pada lubang yang sama". Ma'af Pak Wandi,...menurut saya suatu kekonyolan kalau hal ini sampai terulang lagi, yang lebih bahaya lagi ada maksud apa menguyek-uyek itu lagi, hal itu sangat rentan dengan perpecahan umat, dan terus terang saja perpecahan itu akibat dari kedangkalan ilmu pengetahuan tentang agama yang dimiliki, nafsu yang tidak baik, cara menyampaikanya dan lain sebagainya, itu semua bisa dipelajari dengan keadaan yang sudah terjadi bahasa jawanya "Ngilmu titen". (peringatan-peringatan yang timbul akibat dari ulah seseorang / dari sebab akibat), sekalilagi silahkan di perhatikan dengan cermat dibawah ini. saya juga mohon ma'af bila hal ini kurang berkenan. > > > -----Original Message----- > From: keluarga-islam@ <mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com> > yahoogroups.com [mailto:keluarga- [EMAIL PROTECTED] <mailto:islam%40yahoogroups.com> com]On Behalf Of y4tie > Sent: Sunday, December 02, 2007 9:16 AM > To: keluarga-islam@ <mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com> yahoogroups.com > Subject: [keluarga-islam] Memuji Rasulullah Belebihan > > > > Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling mulia di > muka bumi. Seorang Rasul satu-satunya yang memiliki syafa'at agung > pada hari Kiamat. Orang yang pertama kali membuka pintu Surga. > Seorang yang diakui ketinggian akhlaknya oleh para sahabat bahkan > hingga oleh orang-orang yang memusuhinya. Seorang hamba yang karena > keseluhuran akhlaknya mendapat pujian langsung dari Alloh Subahanahu > wa Ta'ala. Meski demikian Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam melarang > kita memujinya secara berlebihan. > Beliau shallAllohu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: "Jangan > memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani memuji > berlebihan kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang > hamba maka katakanlah, hamba Alloh dan RasulNya'." (HR: Al- Bukhari). > > Apa al-ithra' (memuji berlebihan) itu? > > Al-Ithra' yang dilarang adalah memuji berlebihan dan melampaui batas > hingga terjerumus pada yang haram, kebatilan, dusta bahkan syirik. > Batas syirik inilah yang dilanggar orang-orang Nashrani hingga > mereka mengatakan, 'Isa bin Maryam 'alaihissalam adalah Alloh > Subahanahu wa Ta'ala, atau putra Alloh Subahanahu wa Ta'ala atau > salah satu dari yang tiga'. > > Dalil-Dalil Yang Menunjukkan keharamannya > > Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam melarang kita memujinya secara > berlebihan bukanlah sikap merendah (tawadhu') Nabi > shallAllohu 'alaihi wasallam, tetapi suatu syari'at yang menegaskan > diharamkannya hal tersebut. Keharaman al-ithra' ini, bahkan > ditegaskan Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam dalam banyak kesempatan. > > Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas radhiyAllohu 'anhu bahwa seorang > laki-laki berkata, yang artinya: " Wahai Muhammad, wahai tuan kami, > putra dari tuan kami, orang terbaik kami dan putra dari orang > terbaik kami." Maka serta merta Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam > menyangkal: " Wahai manusia, berhati-hatilah dengan ucapan kalian, > dan jangan terpedaya oleh setan. Saya adalah Muhammad bin Abdullah, > hamba Alloh dan RasulNya. Demi Alloh, sesungguhnya aku tidak > menyukai kalian menyanjungku melebihi kedudukan yang telah diberikan > Alloh kepadaku." (HR: Ahmad) > > Dalam kisah delegasi suku Bani Amir, di hadapan Nabi > shallAllohu 'alaihi wasallam ada yang menyanjung: "Di tengah- tengah > kita ada Nabi yang mengetahui apa yang (akan terjadi) besok." Maka > spontan Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam mengingkari perkataan > tersebut seraya bersabda: "Tinggalkanlah yang ini." (HR: Al- > Bukhari). > > Dalam riwayat Ibnu Majah ditambahkan, yang artinya: "Tidak ada yang > mengetahui apa yang (akan terjadi) besok kecuali Alloh." > > Haramnya al-ithra' > > Sebagian orang mengira, al-ithra' (pujian berlebihan) yang dilarang > Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam adalah yang sampai pada derajat > menuhankan beliau shallAllohu 'alaihi wasallam, sebagaimana yang > dilakukan orang-orang Nashrani terhadap Isa bin > Maryam 'alaihissalam, adapun selainnya maka dibolehkan. > > Ini adalah pemahaman keliru. Pemahaman ini dibantah oleh sabda Nabi > shallAllohu 'alaihi wasallam, yang artinya: "Maka katakanlah, 'hamba > Alloh dan RasulNya'." > > Dalam hadits tersebut, Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam melarang > pujian yang diharamkan, lalu menunjukkan hendaknya pujian itu tidak > melampaui kedudukannya sebagai hamba Alloh Subahanahu wa Ta'ala yang > tidak bisa mendatangkan manfaat atau madharat, baik untuk dirinya > atau pun orang lain. Alloh Subahanahu wa Ta'ala berfirman, yang > artinya: "Katakanlah (wahai Muhammad), 'Aku tidak bisa memiliki > (mendatangkan) manfaat maupun madharat untuk diriku kecuali jika > dikehendaki oleh Alloh." (QS: Al-A'raf: 144). > > Adapun keistimewaan Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam atas segenap > manusia yang lain adalah bahwa Alloh Subahanahu wa Ta'ala memilihnya > untuk mengemban risalah dan amanat wahyu, sebagaimana firman Alloh > Subahanahu wa Ta'ala, artinya: "Katakanlah (wahai > Muhammad), 'Sesungguhnya aku hanya-lah adalah manusia biasa seperti > kalian, yang diberikan wahyu kepadaku." (QS: Al-Kahfi: 110). > > Tindakan prefentif (penjagaan) > > Larangan memuji berlebihan kepada Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam > adalah untuk menjaga Ummat Islam agar tidak terjerumus pada hal- hal > yang diharamkan. Sama halnya ketika Nabi shallAllohu 'alaihi > wasallam melarang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan wanita > bukan mahramnya. Ini adalah bentuk penjagaan agar umat Islam tidak > terjerumus pada perbuatan zina. > > Upaya prefentif terbesar yang dilakukan Nabi shallAllohu 'alaihi > wasallam adalah penjagaan agar Ummat Islam tidak terjerumus pada > perbuatan dosa terbesar, yaitu syirik. Sedangkan sarana termudah > yang menjerumuskan orang kepada syirik adalah mengagung-agungkan > orang-orang shalih dari kalangan para Nabi, wali, dan ulama secara > berlebihan. Baik dalam bentuk ucapan dengan memuji mereka secara > berlebihan, atau dalam bentuk tindakan dan ini yang lebih banyak > terjadi dengan berbagai macamnya. Dan yang paling umum terjadi > adalah dengan mengagungkan kuburan mereka, membangunnya dan > menjadikannya sebagai tempat ibadah. > > Inilah yang sangat dilarang Nabi shallAllohu 'alaihi wasallam sampai- > sampai sebelum sakaratul maut, beliau shallAllohu 'alaihi wasallam > menyatakan, yang artinya: "Semoga Alloh melaknat orang-orang Yahudi > dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan para Nabinya sebagai tempat > ibadah (masjid). Aisyah berkata, 'Beliau memperingatkan dari > perbuatan mereka'." (HR: Al-Bukhari dan Muslim). > > Sahabat Jabirz meriwayatkan, yang artinya: "Bahwasanya Nabi > shallAllohu 'alaihi wasallam melarang mengapur kuburan dan membangun > (sesuatu) di atasnya." (HR: Muslim). > > Dan masih banyak lagi hadits lain yang melarang pengagungan > berlebihan kepada manusia. Itu semua untuk menjaga Ummat Islam agar > terbebas dari syirik. Semoga kita diberikan hidayah dan kekuatan > untuk menghindari hal berlebihan ini. Wallahu a'lam bish shawab. > > (Sumber Rujukan: Silsilah Manahij Dauratil Ulum Asy-Syar'iyyah > wal 'Arabiyyah) > > mediamuslim.info > > > > > > -------------------------------------------------------- > > This message (including any attachments) is only for the use of the person(s) for whom it is intended. It may contain Mattel confidential, proprietary and/or trade secret information. If you are not the intended recipient, you should not copy, distribute or use this information for any purpose, and you should delete this message and inform the sender immediately. >