On Sat, 2008-12-13 at 01:06 +0700, Harry Sufehmi wrote:
> 2008/12/10 Net Competency <netcompete...@gmail.com>:
> > Saya sempat diskusi dgn Direktur Content/Pemred VivaNews.com, Karaniya
> > Dharmasaputra (ex redaksi senior di Tempo),
> > beliau menyediakan jalan, jika ada yg berminat melakukan kampanye FOSS,
> > selama commit, consistent bisa menyediakan content,
> >
> > tetapi mengalir ... VivaNews.com menyediakan space buat "iklan" gratis
> > via tutorial atau ulasan mengenai produk-produk FOSS.
> > Kita bisa usulkan kolaborasi satu rubrik khusus yg menjelaskan secara
> > gamblang ttg FOSS dan kegiatan-kegiatannya.
> >
> > Bisa dijadikan salah satu alternatif buat media ...
> 
> Terimakasih banyak infonya. Ada beberapa kawan di Ristek yang sedang
> kebagian tugas untuk menulis artikel2 tentang F/OSS. Tentu mereka akan
> senang sekali jika artikel-artikelnya bisa tersebar dengan
> seluas-luasnya.
> 
> Majalah CHIP juga menawarkan space untuk artikel Linux setiap
> bulannya. Cuma ya itu, musti berani konsisten; dan harus dengan bahasa
> awam (bukan ilmiah/serius)
> 
> Kita masih butuh banyak sekali penulis soal Linux & F/OSS.
> 
> 
> Salam, HS
> 
Hanya share sesuai dengan dunia kerja yg digeluti dan lingkungan yg
dihadapi.
Di sekolah saya, GNU/Linux masih merupakan barang langka walaupun sudah
diadakan roadshow linux dan diterapkan dengan memasang blankon 4.0 di
warnet.

Siswa2 peminat warnet tidak mempermasalahkan pemasangan blankon di
warnet sekolah, tetapi pembelajaran materi komputer masih memakai ms
windows bajakan.

Ini terjadi karena malasnya pengajar untuk belajar kembali F/OSS. Ini
disebabkan karena tidak adanya ketegasan akan pemakaian dan pembelajaran
software open source dari pihak kurikulum dan pimpinan, sehingga yang
terjadi hanya harapan dan harapan saja dalam sosialisasi F/OSS.

Jadi sebaiknya, sosialisasikan GNU/Linux ini ke pejabat2 pendidikan
sebagai alternatif software proprietary yg tidak terjangkau oleh pihak
sekolah untuk dipakai dalam pembelajaran juga rangka "menghormati" UU
HaKI.

Kalau kita hitung (perkiraan kasar):
20 PC x Rp. 3.600.000 (MS. Windows + Office legal) = Rp.  72.000.000,-
20 PC x Rp. 5.000.000 (PC)                         = Rp. 100.000.000,-
Total : Rp. 172.000.000,- hanya untuk 20 PC

Yang 72 juta mending dipakai untuk kesejahteraan pengajar dalam bentuk
pelatihan + transport (setuju dgn ide yg disampaikan pak Rusmanto),
itupun kalau mau hitung-hitungan memakai software legal dan sekolahnya
mampu dan punya anggaran khusus buat LABKOM.

Nah, hal-hal seperti itu belum tumbuh, yang ada adalah, bagaimana
menyampaikan materi sesuai dengan yg biasa dipakai pengajarnya.

Intinya :
- Adakan (sangat diharapkan) seminar / workshop F/OSS untuk tingkat
wakasek kurikulum / pimpinan pendidikan dengan dukungan depdiknas dan
kominfo/ristek.
- Kalau kominfo dll "hanya" menyebarkan manual F/OSS (seperti yang sudah
bisa di download di website fossnya) akan percuma anggaran yg besar itu,
karena level bawah responnya sangat minim thd anjuran dan bahan gratis
(kurang bersyukur jdnya).
- Tetap menyebarkan poster2 pemakaian F/OSS ke lingkungan pendidikan,
karena komunitas yg paling besar memakai OS Ilegal menurut saya adalah
pendidikan secara umum (bisa dihitung dengan jari, berapa banyak lembaga
pendidikan yg menyediakan Lab Komputer + OS proprietary legal)

-- 
Tjetjep RB
http://tjetjeprb.blogspot.com
http://tjetjeprb.wordpress.com


-- 
Berhenti langganan: linux-aktivis-unsubscr...@linux.or.id
Arsip dan info: http://linux.or.id/milis

Kirim email ke