Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Kalau mengamalkan ibadah sunnah tersebut tidaklah mengapa. Tetapi bila mengamalkan ibadah tersebut dengan mengaharapakan keutamaan bulan rajab ( dikerjakan hanya dibulan tersebut ) itulah yang tidak boleh. Untuk lebih jelasnya mengenai bulan rajab berikut ini antum bisa melihat situs : http://vbaitullah.or.id/content/view/771/9/
Semoga bermanfa'at. Baarakallahu Fiikum. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Shalat Dan Puasa Di Bulan Rajab Kategori Ar-Rasaa-il Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2 Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan berperang pada bulan-bulan itu. Allah juga mengkhususkan hari Jumat dalam sepekan untuk berkumpul shalat Jumat dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat. Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Maaad,[1] bahwa Jumat mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jumat atau puasa pada hari Jumat, sebagaimana sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengkhususkan malam Jumat untuk beribadah dari malam-malam yang lain dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jumat dari hari-hari yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jumat itu) dengan puasa yang biasa kalian berpuasa padanya. [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban (no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)] Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang dengan menjanjikan terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar. Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab. Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan shalat dan puasa di bulan Rajab. HADITS PERTAMA Artinya : Rajab bulan Allah, Syaban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): Hadits ini maudhu. [Lihat Maudhuatush Shaghani (I/61, no. 129)] Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada lafazh: Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jumat pertama di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib... Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): Hadits ini diriwayatkan oleh Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad bin Said al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Abdullah as-Shanany, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu. [Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dhaif (no. 168-169)] Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): Hadits ini palsu dan yang tertuduh memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: Rawi-rawi hadits tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka. [Al-Maudhuat (II/125), oleh Ibnul Jauzy] Imam adz-Dzahaby berkata: Ali bin Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadits. Kata para ulama lainnya: Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat ar-Raghaa'ib. [Periksa: Mizaanul Itidal (III/142-143, no. 5879)] HADITS KEDUA Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan al-Qur'an atas semua perkataan, keutamaan bulan Syaban seperti keutamaanku atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan seperti keutamaan Allah atas semua hamba. Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany: Hadits ini palsu. [Lihat al-Mashnu fii Marifatil Haditsil Maudhu (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh Ali al-Qary al-Makky (wafat th. 1014 H)] HADITS KETIGA: Artinya : Barangsiapa shalat Maghrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian shalat sesudahnya dua puluh rakaat, setiap rakaat membaca al-Fatihah dan al-Ikhlash serta salam sepuluh kali. Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya Jibril mengajarkan kepadaku demikian. Kami berkata: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui, dan berkata: Allah akan pelihara dirinya, hartanya, keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab Qubur dan ia akan melewati as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak disiksa. Keterangan: HADITS MAUDHU Kata Ibnul Jauzi: Hadits ini palsu dan kebanyakan rawi-rawinya adalah majhul (tidak dikenal biografinya). [Lihat al-Maudhuat Ibnul Jauzy (II/123), al-Fawaa'idul Majmuah fil Ahaadits Maudhuat oleh as-Syaukany (no. 144) dan Tanziihus Syariah al-Marfuah anil Akhbaaris Syaniiah al-Maudhuat (II/89), oleh Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Araaq al-Kinani (wafat th. 963 H).] HADITS KEEMPAT Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan shalat empat rakaat, di rakaat pertama baca ayat Kursiy seratus kali dan di rakaat kedua baca surat al-Ikhlas seratus kali, maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan kepadanya (sebelum ia mati) Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata Ibnul Jauzy: Hadits ini palsu, dan rawi-rawinya majhul serta seorang perawi yang bernama Utsman bin Atha adalah perawi matruk menurut para Ahli Hadits. [Al-Maudhuat (II/123-124).] Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany, Utsman bin Atha adalah rawi yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)] HADITS KELIMA Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab (ganjarannya) sama dengan berpuasa satu bulan. Keterangan: HADITS INI SANGAT LEMAH Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu. Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bernama al-Furaat bin as-Saa'ib, dia adalah seorang rawi yang matruk. [Lihat al-Fawaa-id al-Majmuah (no. 290)] Kata Imam an-Nasa'i: Furaat bin as-Saa'ib Matrukul hadits. Dan kata Imam al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: Para Ahli Hadits meninggalkannya, karena dia seorang rawi munkarul hadits, serta dia termasuk rawi yang matruk kata Imam ad-Daraquthni. [Lihat adh-Dhuafa wa Matrukin oleh Imam an-Nasa'i (no. 512), al-Jarh wat Tadil (VII/80), Mizaanul Itidal (III/341) dan Lisaanul Mizaan (IV/430).] HADITS KEENAM Artinya : Sesungguhnya di Surga ada sungai yang dinamakan Rajab airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu. Keterangan: HADITS INI BATHIL Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di dalam kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy telah menceritakan kepada kami Musa bin Imran, ia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik berkata, ... Imam adz-Dzahaby berkata: Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan darinya, Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rajab. Mansyur bin Yazid adalah rawi yang tidak dikenal dan khabar (hadits) ini adalah bathil. [Lihat Mizaanul Itidal (IV/ 189)] Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: Musa bin Imraan adalah majhul dan aku tidak mengenalnya. [Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dhaifah wal Maudhuah (no. 1898)] HADITS KETUJUH. Artinya : Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan baginya (ganjaran) puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api Neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Surga. Dan barang siapa puasa nishfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah. Keterangan: HADITS INI PALSU Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa'idul Majmuah fil Ahaadits al-Maudhuah (no. 288). Setelah membawakan hadits ini asy-Syaukani berkata: Suyuthi membawakan hadits ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnuah, ia berkata: Hadits ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan dari Anas secara marfu. Dalam sanad hadits tersebut ada dua perawi yang sangat lemah: [1]. Amr bin al-Azhar al-Ataky. Imam an-Nasa-i berkata: Dia Matrukul Hadits. Sedangkan kata Imam al-Bukhari: Dia dituduh sebagai pendusta. Kata Imam Ahmad: Dia sering memalsukan hadits. [Periksa, adh-Dhuafa wal Matrukin (no. 478) oleh Imam an-Nasa-i, Mizaanul Itidal (III/245-246), al-Jarh wat Tadil (VI/221) dan Lisaanul Mizaan (IV/353)] [2]. Abaan bin Abi Ayyasy, seorang Tabiin shaghiir. Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan haditsnya). Kata Yahya bin Main: Dia matruk. Dan beliau pernah berkata: Dia rawi yang lemah. [Periksa: Adh Dhuafa wal Matrukin (no. 21), Mizaanul Itidal (I/10), al-Jarh wat Tadil (II/295), Taqriibut Tahdzib (I/51, no. 142)] Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Syaikh dari jalan Ibnu Ulwan dari Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: Ibnu Ulwan adalah pemalsu hadits. [Lihat al-Fawaaidul Majmuah (hal. 102, no. 288). Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits tentang keutamaan Rajab, shalat Raghaa'ib dan puasa Rajab, akan tetapi karena semuanya sangat lemah dan palsu, penulis mencukupkan tujuh hadits saja. [Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M] _________ Foote Note [1]. Zaadul Maaad (I/375) cet. Muassasah ar-Risalah. HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Bagian Terkahir dari Dua Tulisan 2/2 PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG MASALAH RAJAB [1]. Imam Ibnul Jauzy menerangkan bahwa hadits-hadits tentang Rajab, Raghaa'ib adalah palsu dan rawi-rawi majhul. [Lihat al-Maudhuat (II/123-126)] [2]. Kata Imam an-Nawawy: Shalat Raghaa-ib ini adalah satu bidah yang tercela, munkar dan jelek. [Lihat as-Sunan wal Mubtadaat (hal. 140)] Kemudian Syaikh Muhammad Abdus Salam Khilidhir, penulis kitab as-Sunan wal Mubtadaat berkata: Ketahuilah setiap hadits yang menerangkan shalat di awal Rajab, pertengahan atau di akhir Rajab, semuanya tidak bisa diterima dan tidak boleh diamalkan. [ Lihat as-Sunan wal Mubtadaat (hal. 141)] [3]. Kata Syaikh Muhammad Darwiisy al-Huut: Tidak satupun hadits yang sah tentang bulan Rajab sebagaimana kata Imam Ibnu Rajab. [Lihat Asnal Mathaalib (hal. 157)] [4]. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H): Adapun shalat Raghaa'ib, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam), bahkan termasuk bidah.... Atsar yang menyatakan (tentang shalat itu) dusta dan palsu menurut kesepakatan para ulama dan tidak pernah sama sekali disebutkan (dikerjakan) oleh seorang ulama Salaf dan para Imam... Selanjutnya beliau berkata lagi: Shalat Raghaa'ib adalah BIDAH menurut kesepakatan para Imam, tidak pernah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyu-ruh melaksanakan shalat itu, tidak pula disunnahkan oleh para khalifah sesudah beliau Shallallahu alaihi wa sallam dan tidak pula seorang Imam pun yang menyunnahkan shalat ini, seperti Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, Imam ats-Tsaury, Imam al-Auzaiy, Imam Laits dan selain mereka. Hadits-hadits yang diriwayatkan tentang itu adalah dusta menurut Ijma para Ahli Hadits. Demikian juga shalat malam pertama bulan Rajab, malam Isra, Alfiah nishfu Syaban, shalat Ahad, Senin dan shalat hari-hari tertentu dalam satu pekan, meskipun disebutkan oleh sebagian penulis, tapi tidak diragukan lagi oleh orang yang mengerti hadits-hadits tentang hal tersebut, semuanya adalah hadits palsu dan tidak ada seorang Imam pun (yang terkemuka) menyunnahkan shalat ini... Wallahu alam. [Lihat Majmu Fataawa (XXIII/132, 134)] [5]. Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah: Semua hadits tentang shalat Raghaa'ib pada malam Jumat pertama di bulan Rajab adalah dusta yang diada-adakan atas nama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat pada beberapa malamnya semuanya adalah dusta (palsu) yang diada-adakan. [Lihat al-Manaarul Muniif fish Shahiih wadh Dhaiif (hal. 95-97, no. 167-172) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq: Abdul Fattah Abu Ghaddah] [6]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany mengatakan dalam kitabnya, Tabyiinul Ajab bima Warada fii Fadhli Rajab: Tidak ada riwayat yang sah yang menerangkan tentang keutamaan bulan Rajab dan tidak pula tentang puasa khusus di bulan Rajab, serta tidak ada pula hadits yang shahih yang dapat dipegang sebagai hujjah tentang shalat malam khusus di bulan Rajab. [7]. Imam al-Iraqy yang mengoreksi hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Ihya Uluumuddin, menerangkan bahwa hadits tentang puasa dan shalat Raghaa'ib adalah hadits maudhu (palsu). [Lihat Ihya Uluumuddin (I/202)] [8]. Imam asy-Syaukani menukil perkataan Ali bin Ibra-him al-Aththaar, ia berkata dalam risalahnya: Sesungguhnya riwayat tentang keutamaan puasa Rajab, semuanya adalah palsu dan lemah, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam). [Lihat al-Fawaa-idul Majmuah fil Ahaaditsil Maudhuah (hal. 381)] [9]. Syaikh Abdus Salam, penulis kitab as-Sunan wal Mubtadaat menyatakan: Bahwa membaca kisah tentang Isra dan Miraj dan merayakannya pada malam tang-gal dua puluh tujuh Rajab adalah BIDAH. Berdzikir dan mengadakan peribadahan tertentu untuk merayakan Isra dan Miraj adalah BIDAH, doa-doa yang khusus dibaca pada bulan Rajab dan Syaban semuanya tidak ada sumber (asal pengambilannya) dan BIDAH, sekiranya yang demikian itu perbuatan baik, niscaya para Salafush Shalih sudah melaksanakannya. [Lihat as-Sunan wal Mubtadaat (hal. 143)] [10]. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, ketua Dewan Buhuts Ilmiyyah, Fatwa, Dawah dan Irsyad, Saudi Arabia, beliau berkata dalam kitabnya, at-Tahdzir minal Bida (hal. 8): Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para Shahabatnya tidak pernah mengadakan upacara Isra dan Miraj dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. Jika peringatan malam tersebut disyariatkan, pasti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada ummat, baik melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah dilakukan beliau Shallallahu alaihi wa sallam, pasti diketahui dan masyhur, dan ten-tunya akan disampaikan oleh para Shahabat kepada kita... Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak memberi nasihat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan telah menjalankan amanah Allah dengan sempurna. Oleh karena itu, jika upacara peringatan malam Isra dan Miraj dan merayakan itu dari agama Allah, ten-tunya tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, tetapi karena hal itu tidak ada, maka jelaslah bahwa upacara tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, mencukupkan nikmat-Nya dan Allah mengingkari siapa saja yang berani mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan oleh Allah: Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam jadi agama bagimu. [Al-Maa-idah: 3] KHATIMAH Orang yang mempunyai bashirah dan mau mendengarkan nasehat yang baik, dia akan berusaha meninggalkan segala bentuk bidah, karena setiap bidah adalah sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Artinya : Tiap-tiap bidah itu sesat dan tiap-tiap kesesatan di Neraka. [HSR. An-Nasa'i (III/189) dari Jabir radhiyallahu anhu dalam Shahih Sunan an-Nasa'i (I/346 no. 1487) dan Misykatul Mashaabih (I/51)] Para ulama, ustadz, kyai yang masih membawakan hadits-hadits yang lemah dan palsu, maka mereka digo-longkan sebagai pendusta. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dari Samurah bin Jundub dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barang-siapa yang menceritakan satu hadits dariku, padahal dia tahu bahwa hadits itu dusta, maka dia termasuk salah seorang dari dua pendusta. [HSR. Ahmad (V/20), Muslim (I/7) dan Ibnu Majah (no. 39)] MARAJI [1]. Shahih al-Bukhari. [2]. Shahih Muslim. [3]. Sunan an-Nasaa-i. [4]. Sunan Ibni Majah. [5]. Musnad Imam Ahmad. [6]. Shahih Ibni Hibban. [7]. Zaadul Maaad fii Hadyi Khairil Ibaad, oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1412 H. [8]. Maudhuatush Shaghani. [9]. Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dhaif, oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. [10]. Al-Maudhuat, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H. [11]. Mizaanul Itidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: Ali Muhammad al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr. [12]. Al-Mashnu fii Marifatil Haditsil Maudhu, oleh Syaikh Ali al-Qary al-Makky. [13]. Al-Fawaa-idul Majmuah fil Ahaadits Maudhuat oleh asy-Syaukany, tahqiq: Syaikh Abdurrahman al-Maallimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 H. [14]. Tanziihus Syariah al-Marfuah anil Akhbaaris Syaniiah al-Maudhuat, oleh Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Araaq al-Kinani. [15]. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lany, cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah. [16]. Adh-Dhuafa wa Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i. [17]. At-Taghib wat Tarhib, oleh Imam al-Mundziri. [18]. Silsilah Ahaadits adh-Dhaifah wal Maudhuah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany. [19]. Al-Laali al-Mashnuah, oleh al-Hafizh as-Suyuthy. [20]. Adh-Dhuafa wal Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i. [21]. Al-Jarhu wat Tadil, oleh Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razy. [22]. As-Sunan wal Mubtadaat, oleh Muhammad Abdus Salam Khilidhir. [23]. Asnal Mathaalib fii Ahaadits Mukhtalifatil Maraatib, oleh Muhammad Darwisy al-Huut. [24]. Majmu Fataawa, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. [25]. Al-Manaarul Muniif fis Shahih wadh Dhaif, oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. [26]. Tabyiinul Ajab bimaa Warada fiii Fadhli Rajab, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany. [27]. Ihya Uluumuddin, oleh Imam al-Ghazzaly. [28]. At-Tahdziir minal Bida, oleh Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. [29]. Misykaatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, takhrij: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany. [Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1525&bagian=0 Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1523&bagian=0 dodindra <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ass.Wr.Wb. Ada hadits Riwayat Imam Bukhori dan Muslim : " Abu Huroiroh RA berkata : Junjunganku SAW telah berpesan kepadaku agar berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat dhuha, dan sholat witir sebelum tidur " Nah, jika mengamalkan hal ini, apakah tertolak ? apakah Rojab itu bukan bagian dari "setiap bulan " ? Demikian juga hal yang lain, bersholawat, bertasbih, sholat sunnah, dan lainnya, tidak bolehkah kita menggunakan qiyas/yurispudensi tentang hal yang sejenis ? Silahkan ditafakuri.... wassalam, dodi --- In media-dakwah@yahoogroups.com, "Mas No" <[EMAIL PROTECTED]> --------------------------------- Want to be your own boss? Learn how on Yahoo! Small Business. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/