alaykumussalam
 
kalau tidak salah, di UI depok sedang gencar.. miliser MD ada yang mau
menambahkan..?
 
waLlahu 'alam bish showab

________________________________

From: hernaningsih [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, March 21, 2007 9:23 AM
To: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
Subject: Re: [media-dakwah] Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar -----
Dari PR hari ini


Assalamualaikum,
 
Mohon maaf, mau tanya NII itu singkatan dari apa ya.... dan dimana aja
adanya..... 
 
Terima kasih,
 
herna,--
 
 

        ----- Original Message ----- 
        From: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
        To: media-dakwah@yahoogroups.com 
        Sent: Wednesday, March 21, 2007 8:38 AM
        Subject: [media-dakwah] Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar
----- Dari PR hari ini


        Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar
        http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm
<http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm> 
        <http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm
<http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm> > 
        
        TELITI sebelum Anda menyumbang. Pasalnya, ada kemungkinan dana
yang Anda
        sumbangkan itu diselewengkan. Atau tidak disalurkan kepada
pihak-pihak
        yang membutuhkan, salah satunya untuk gerakan NII KW-9.
        
        "Soalnya, itulah salah satu modus anggota NII KW-9 untuk
memperoleh dana
        bagi NII. Semua dana itu disetor ke Al-Zaytun," kata Dede Achmad
(28),
        mantan anggota NII kepada wartawan di Mapolda Jabar, Selasa
(20/3).
        
        Modus sumbangan yang dilakukan ialah dengan mengedarkan amplop
sumbangan
        untuk masjid, yayasan, atau pesantren. "Seperti yang diedarkan
di
        bus-bus, di jalan, di rumah, hingga di mal. Soal alamat kan
gampang
        dipalsukan," tutur Dede yang aktif di gerakan NII KW-9 pada
tahun
        1997-2000 itu.
        
        Selain bermodus sumbangan, cara lainnya ialah mencuri. Ada
berbagai cara
        yang dilakukan, yaitu mencuri barang di rumah saudara sendiri,
rumah
        tetangga, atau rumah teman. Cara lainnya, pura-pura menjadi
pembantu
        rumah tangga.
        
        "Biasanya, kita masukin orang ke sebuah keluarga yang memerlukan
        pembantu. Nah, setelah beberapa bulan bertugas sebagai PRT, dia
pergi
        dengan membawa barang berharga milik majikannya," kata Dede yang
mengaku
        pernah memiliki 50 anggota di Kota Bandung.
        
        Cara yang terbilang haram itu, bagi anggota NII KW-9 tergolong
halal.
        "Mengambil harta dari orang yang bukan anggota NII adalah halal
        hukumnya. Itu yang diatur dalam NII," tutur Dede. Itulah yang
membuat
        Dede bersama istrinya, akhirnya keluar dari NII pada tahun 2000.

        
        Perkenalan Dede dengan NII dimulai tahun 1997, saat ia bekerja
di sebuah
        percetakan di Bandung. Setelah menjadi anggota NII, Dede
diwajibkan
        membayar sedekah untuk gerakan itu. "Pertama Rp 100.000,00 per
bulan.
        Makin lama makin besar," tuturnya.
        
        Kewajiban membayar "iuran" itu, diakui Dede, sangat membebani.
"Bahkan,
        kita rela tidak makan berhari-hari hanya demi mengumpulkan uang
itu,"
        ucapnya.
        
        Jabatan terakhir Dede di struktural NII saat masih aktif ialah
Kepala
        Desa Pulogadung di Jatinegara Jakarta. "Saat menjadi kades itu,
saya
        harus menyetor Rp 15 juta per bulan. Kalau pada bulan itu tidak
bisa
        bayar, diakumulatifkan untuk bulan berikutnya. Begitu
seterusnya,"
        tuturnya.
        
        Beban setoran itulah yang akhirnya membuat ia dan anggotanya
memakai
        segala cara yang halal menurut NII, untuk mengumpulkan uang.
"Semua uang
        itu dipakai untuk keperluan gerakan NII. Kalau semuanya lancar,
target
        NII agar Indonesia memakai syariat Islam, bisa dimulai tahun
2010
        nanti," katanya.
        
        Atas dasar itulah, Dede beserta enam eks anggota NII lainnya,
Selasa
        (20/3), mendatangi Polda Jabar. "Kami hanya mendorong polda agar
serius
        menangani ini. Soalnya, tahun 2000 lalu kami sudah melaporkan
hal ini
        tapi sampai sekarang tidak ada perkembangannya. Apalagi, menurut
        informasi yang saya dapatkan, gerakan ini mulai aktif lagi
merekrut
        anggota-anggota baru di perguruan tinggi, pabrik-pabrik, hingga
        sekolah-sekolah," ujarnya. (Satrya/"PR")***
        
        [Non-text portions of this message have been removed]
        
        

         



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke