sadara yang terhormat

saya ikutan perdapat....saya kira bukan sitem kenagaraannya yang kita Rubah, 
Islaisme kah, budhisme, atau yang lainya, yang lebih penting adalah manusianya 
jauh lebih penting yang harus kita persiapkan ? kembali penbinanaan secara 
pribadi, keluarga dan yang lebih besar lagi setelah mantap maka dengan 
sendirrinya akan tertata sendiri Pola kehidupan madinatun munawarah seperti 
yang anda obsesikan...betul...mari bina pribadi pribadi muslim yang pas dengan 
ajaran satu pandangan satu ucapan dan satu tingkah laku berdasar Al Qur"an dan 
sunah Rosul, sampaikan ke keluarga lingkungan dan negara... setelah semuanya 
hidup pas dengan ajaran maka akan terwujud negara yang beradsarkan 
Islam.......kalau dengan scala besar dulu seperti NII atau yang lainya 
sementara manusianya masing belum pas dengan ajaran ma buang buang waktu sama 
saja sedang bemimpi, begitu bangun sama saja buntutnya.... oke.

terima kasih. Wassalamaualaikum wr wb

 Hamba Allah.
  ----- Original Message ----- 
  From: Tampubolon, Mohammad-Riyadi 
  To: media-dakwah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 20, 2007 6:27 PM
  Subject: FW: [media-dakwah] Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar ----- Dari PR 
hari ini


  alaykumussalam

  kalau tidak salah, di UI depok sedang gencar.. miliser MD ada yang mau
  menambahkan..?

  waLlahu 'alam bish showab

  ________________________________

  From: hernaningsih [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, March 21, 2007 9:23 AM
  To: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
  Subject: Re: [media-dakwah] Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar -----
  Dari PR hari ini

  Assalamualaikum,

  Mohon maaf, mau tanya NII itu singkatan dari apa ya.... dan dimana aja
  adanya..... 

  Terima kasih,

  herna,--



  ----- Original Message ----- 
  From: Tampubolon, Mohammad-Riyadi
  <mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
  To: media-dakwah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, March 21, 2007 8:38 AM
  Subject: [media-dakwah] Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar
  ----- Dari PR hari ini

  Eks Anggota NII Datangi Polda Jabar
  http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm
  <http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm> 
  <http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm
  <http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/21/0209.htm> > 

  TELITI sebelum Anda menyumbang. Pasalnya, ada kemungkinan dana
  yang Anda
  sumbangkan itu diselewengkan. Atau tidak disalurkan kepada
  pihak-pihak
  yang membutuhkan, salah satunya untuk gerakan NII KW-9.

  "Soalnya, itulah salah satu modus anggota NII KW-9 untuk
  memperoleh dana
  bagi NII. Semua dana itu disetor ke Al-Zaytun," kata Dede Achmad
  (28),
  mantan anggota NII kepada wartawan di Mapolda Jabar, Selasa
  (20/3).

  Modus sumbangan yang dilakukan ialah dengan mengedarkan amplop
  sumbangan
  untuk masjid, yayasan, atau pesantren. "Seperti yang diedarkan
  di
  bus-bus, di jalan, di rumah, hingga di mal. Soal alamat kan
  gampang
  dipalsukan," tutur Dede yang aktif di gerakan NII KW-9 pada
  tahun
  1997-2000 itu.

  Selain bermodus sumbangan, cara lainnya ialah mencuri. Ada
  berbagai cara
  yang dilakukan, yaitu mencuri barang di rumah saudara sendiri,
  rumah
  tetangga, atau rumah teman. Cara lainnya, pura-pura menjadi
  pembantu
  rumah tangga.

  "Biasanya, kita masukin orang ke sebuah keluarga yang memerlukan
  pembantu. Nah, setelah beberapa bulan bertugas sebagai PRT, dia
  pergi
  dengan membawa barang berharga milik majikannya," kata Dede yang
  mengaku
  pernah memiliki 50 anggota di Kota Bandung.

  Cara yang terbilang haram itu, bagi anggota NII KW-9 tergolong
  halal.
  "Mengambil harta dari orang yang bukan anggota NII adalah halal
  hukumnya. Itu yang diatur dalam NII," tutur Dede. Itulah yang
  membuat
  Dede bersama istrinya, akhirnya keluar dari NII pada tahun 2000.


  Perkenalan Dede dengan NII dimulai tahun 1997, saat ia bekerja
  di sebuah
  percetakan di Bandung. Setelah menjadi anggota NII, Dede
  diwajibkan
  membayar sedekah untuk gerakan itu. "Pertama Rp 100.000,00 per
  bulan.
  Makin lama makin besar," tuturnya.

  Kewajiban membayar "iuran" itu, diakui Dede, sangat membebani.
  "Bahkan,
  kita rela tidak makan berhari-hari hanya demi mengumpulkan uang
  itu,"
  ucapnya.

  Jabatan terakhir Dede di struktural NII saat masih aktif ialah
  Kepala
  Desa Pulogadung di Jatinegara Jakarta. "Saat menjadi kades itu,
  saya
  harus menyetor Rp 15 juta per bulan. Kalau pada bulan itu tidak
  bisa
  bayar, diakumulatifkan untuk bulan berikutnya. Begitu
  seterusnya,"
  tuturnya.

  Beban setoran itulah yang akhirnya membuat ia dan anggotanya
  memakai
  segala cara yang halal menurut NII, untuk mengumpulkan uang.
  "Semua uang
  itu dipakai untuk keperluan gerakan NII. Kalau semuanya lancar,
  target
  NII agar Indonesia memakai syariat Islam, bisa dimulai tahun
  2010
  nanti," katanya.

  Atas dasar itulah, Dede beserta enam eks anggota NII lainnya,
  Selasa
  (20/3), mendatangi Polda Jabar. "Kami hanya mendorong polda agar
  serius
  menangani ini. Soalnya, tahun 2000 lalu kami sudah melaporkan
  hal ini
  tapi sampai sekarang tidak ada perkembangannya. Apalagi, menurut
  informasi yang saya dapatkan, gerakan ini mulai aktif lagi
  merekrut
  anggota-anggota baru di perguruan tinggi, pabrik-pabrik, hingga
  sekolah-sekolah," ujarnya. (Satrya/"PR")***

  [Non-text portions of this message have been removed]





  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke