Pengertian Salafi
 
RasuluLlah SAW bersabda; “Sebaik-baik generasi adalah
generasiku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian
mereka yang mengikuti mereka. Kemudian, setelah kamu
ada orang-orang yang bersaksi tanpa diminta untuk
melakukannya, mereka berkhianat dan tidak bisa
dipercaya, mereka bersumpah dan tidak memenuhinya....”
[Al Bukhari dan Muslim] 

Dengan tujuan untuk memahami apa yang dimaksud dengan
istilah Salafi sangat penting untuk menjelaskan
perbedaan antara istilah berikut; As salaf, As
Salafiyyah dan As Salafi. 

1.      Kata As Salaf di cirikan pada sebuah era,
dalam bentuk jamak disebut Al Aslaaf.Ayat dibawah ini
menggunakan kata Salaf untuk pengerti secara tepat: 

“Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata:
"Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku
dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku;
maka apakah kamu tidak melihat (nya)? Bukankah aku
lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir
tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? Mengapa tidak
dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat
datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya." Maka
Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu)
lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya
mereka adalah kaum yang fasik. Maka tatkala mereka
membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami
tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami
jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi
orang-orang yang kemudian. [QS Al Zukhruf, 43, 51-56] 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh
binatang buruan, ketika kamu sedang ihram.  Barang
siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka
dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak
seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut
putusan dua orang yang adil di antara kamu, sebagai
had-ya yang di bawa sampai ke Kakbah, atau (dendanya)
membayar kafarat dengan memberi makan orang-orang
miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang
buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa
yang telah lalu. Dan barang siapa yang kembali
mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah
Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.”
[QS Al Ma’idah, 5: 95] 

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah
lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).” [QS An Nisaa’, 4: 22] 

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” [QS Al Baqarah, 2: 275] 

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu;
anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua);
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [QS An Nisaa’, 4: 23] 

As Salaf secara bahasa adalah lawan dari khalaf yang
berarti era sebelumnya dan sesudahnya. As Salaf
terbagi menjadi dua era; 

-    As Salafus Salih Ini adalah adalah golongan yang
pertama dalam Ummat ini seperti Aadam, Nuh, Ibrahim,
Musa, ‘Isa (as) dan lainnya serta RasuluLlah Muhammad
SAW beserta Shahabat-shahabatnya ra. 

-    As Salafut Taalih Ini termasuk seperti Iblis dan
Fir’aun sebagaimana Allah SWT menyebutkannya dalam
Qur’an. 

2.      Istilah As Salafiyyah adalah karekteristik
pada sebuah manhaj, pluralnya disebut salafiyun. Kata
ini diambil dari kata kerja Salafa yang berarti apa
saja yang telah selesai, telah berlalu atau yang telah
dimulai. 

Istilah As Salafiyyah adalah sinonim dari apa yang
disebut standar Islam (merujuk pada buku Standar Islam
pada bab 1 oleh Syeikh Omar Bakri Muhammad)
sebagaimana itu menujuk pada manhaj mengikuti Qur’an
dan Sunnah berdasarkan dengan pemahaman Shahabah. 

As Salafiyyah adalah standard dan itu bukan suatu
karakter kelompok atau seseorang, selanjutnya bahkan
menggunakan istilah seperti Salafiyyah Jihaadiyyah
kurang tepat karena Salafiyyah secara defenisi
termasuk Jihad. 

As Salafiyyah dipahami sebagai berikut: 

Ahlul Hadits – Ahli Hadits 

Ahlul Atsar – Ahli Riwayat 

Ahlul Jama’ah – Orang-orang dalam Jama’ah 

Ahlus Sunnah – Orang-orang Sunnah 

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah 

Al Firqatun Naajiyah – Golongan yang selamat 

At Taa’ifah Al Mansurah – Kelompok yang dimenangkan 

Al Ghurabaa – Orang-orang yang terasing 

Al Mufridun – Orang-orang yang taat 

Al Muwahhidun – orang-orang yang taat 

An Nuzaa’minal Qabaa’il – orang-orang yang menolak
kebiasaan dan tradisi 


A Immatul Hudaa 

Ahlul ittabaa’ – Mereka yang mengikuti Qur’an dan
Sunnah berdasarkan dengan pemahaman Shahabat, yang
berlawanan Ahlul Ibtidaa’ yang mengikuti lainnya dan
bid’ah. 

3.      Istilah As Salafi adalah karekter seseorang
yang membawa keyakinan dan manhaj tertentu. 

Kesimpulan
As Salaf – Ketika menyebutkannya merujuk pada Imamus
Salaf yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan
Shahabat-shahabatnya sebagai sebuah era yaitu generasi
pertama. 

As Salafiyyah – ini berarti ‘dalam jalan salaf’
merujuk pada metode tertentu atau mekanisme untuk
memahami, merujuk dan mengikuti wahyu. 

As Salafi – Merujuk pada seseorang yang mengikuti
keyakinan dan metode tertentu (manhaj As Salafiyyah). 

Apakah diperbolehkan menggunakan istilah Salafi? 

Rasulullah SAW duduk bersma Fatimah ra dan dia merasa
sedih, dia bertanya pada Rasulullah SAW jika kamu
wafat besok siapa yang akan aku ikuti? Beliau SAW
berkata; ‘Aku adalah sebaik-baik salaf bagimu wahai
Fatimah.’ [Muslim, No, 2482] 

Jika RasuluLlah SAW adalah sebaik-baik Salaf bagi
Fatimah untuk merujuk pada setelah dia wafat maka
beliau juga adalah sebaik-baik Salaf untuk kita ikuti.
  

Diriwayatkan oleh Rasyid Bin Sa’ad dalam bab menaiki
kuda liar; salaf dahulu menyukai mengendarai kuda liar
betina. [Bukhari, jilid 6. hal 66, Fathl Bari] 

Rasyid Ibnu Sa’ad adalah seorang Taabi’ akbar dan
selanjutnya salaf baginya adalah Shahabat. Ibnu Hajar
berkata bahwa salaf disini adalah Rasulullah SAW dan
para Shahabatnya. 

Pada bab apa yang shahabat simpan dalam rumahnya
(makanan), diriwayatkan oleh Imam Zuhri dimana dia
berkata ‘Aku berada pada salafus salih (ulama salaf)
dan mereka akan menyimpan makanan dan bahkan tulang
gajah untuk menyisir rambut mereka, untuk sabun dan
transportasi.’ [Bukhari, jilid 1 hal 342, Fathul Bari
dan Bukhari, Jilid 5 hal. 208] 

Ibnu Hajar berkata bahwa salaf bagi Ulama adalah
RasuluLlah SAW. Hadits Muhammad Ibnu Abdullah, Ali Bin
Syuqaiq mendengar Ibnu Mubarak berkata ‘Aku tidak
mengambil Hadits dari Amru Ibnu Tsabit karena dia
tidak setuju dengan beberapa salaf’. [Muqadimah Shahih
Muslim, hal. 6] 

Imamal Uzai’, Kitaab ul Syariyyah, Jilid 58 oleh Imam
Al Aujirii berkata berkaitan dengan ayat: Katakanlah
kepada orang-orang yang kafir itu: Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah
lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan
berlaku (kepada mereka) sunah (Allah terhadap)
orang-orang dahulu". [Al Anfal, 38] Tetap berdiri pada
Sunnah dan berdiri dimana Salaf telah berdiri dan
berkata apa yang telah mereka katakan, menahan diri
dari apa yang mereka hindari, mengikuti manhaj Salafus
Shalih, apa yang cukup bagi mereka adalah cukup bagi
mereka.’ 

Ada ijma dari Tabi’in dan Tabi Tabi’in tentang istilah
‘salaf’. 

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa ada ijma tentang
istilah salaf dalam kitabnya Al Fataawa, Jilid 1, hal.
149 dimana dia menjawan Al Izzul dien Ibnu Abdus Salam
adalah seorang yang beraqidah Ashari menyatakan
menjadi seorang salafi. Ibnu Taimiyah berkata; …dan
itu adalah orang yang menyamarkan dirinya sendiri
dengan Mahzab salaf, tidak punya rasa malu atas orang
yang mengklaim mengikuti salaf dan mengatributkan
dirinya pada mereka dan menyatakan menjadi seorang
salafi, kita harus menerima ini darinya karena jalan
salaf adalah haq dan jika apa yang kamu sembunyikan
sama dengan apa yang kamu tampakan maka kamu adalah
mu’min dan jika itu tidak maka kami akan menilai yang
ditampakkan dan Allah SWT mengetahui apa yang
disembunyikan, dan in adalah apa yang Allah wajibkan
kepada kita untuk menilai. 

Apa yang Ibnu Taimiyah katakan adalah bahwa kita
seharunya menerima dari seseorang yang mengklaim
mengikuti salaf dengan menyebut dirinya sebagai
seorang salafi dengan tujuan untuk mendorongnya dalam
mengikuti manhaj ini, yang lebih baik daripada
mengatakan bahwa mereka adalah Ashari dan Maturidi. 

Tanda-tanda Ahlul Bid’ah adalah bahwa mereka tidak
suka disebut Salafi 

Ibnu Taimiyah, jilid 4 hal hal. 155, Kitabul Fatawa
berkata; slogan ahlul bid’ah adalah bahwa mereka tidak
pernah setuju diatributkan pada salaf. 

Hafidz Ibnu Maruuf Ibnu Muhammad juga mengetahui
sebagaimana Abu Tahir As Salafi bahwa ‘Salafi’
mempunyai dua fatha dan dia adalah seseorang yang
mengikuti jalan salaf. 

Muhammad Ibnu Muhammad Al Bahraani berkata bahwa dia
berlaku sebagaimana salafi. 

Ahmad Ibn Ahmad Al Maqdisi berkata bahwa dia seseorang
yang berada pada Aqidah Salaf. 

Daaruqutuni berkata bahwa tidak ada yang aku benci
selain ilm kalam, tidak ada seorangpun yang memasuki
ilmu ini, membantah dan berdebat kecuali Ahlul Bid’ah.
Imam Dhahabi berkata tentangnya bahwa dia tidak pernah
berbicara tentang Kalaam dan bahwa dia seorang Salafi.


Sebagian orang berkata bahwa tidak dibolehkan untuk
menyebut diri kita salafi disaat apa yang Allah SWT
katakan dalam Qur’an… maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa. [QS An Najm, 53:32] 

Fuqaha berkata bahwa jika seseorang berkata aku Atsari
atau salafi dibolehkan melakukannya jika dia
menjelaskan aqidahnya kepada orang lain, jika itu
lakukan dengan tujuan untuk memuji dirinya sendiri
maka itu dilarang. 

Alasan bahwa kita tidak menggunakan istilah salafi dan
mengatributkan diri kita karena Allah SWT melarang
kita untuk memuji diri kita dan selanjutnya dilarang
menggunakannya kecuali kita menginformasikan kepada
orang lain tentang aqidah kita dengan tujuan agar
mereka mengerti.

wallahu a'lam bis showab..


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke