Bung Ade, 

Saya juga sebetulnya sepakat dengan poin2 ajuan Bung Loekyh, saya cuma
'memburu' poin blasphemy-nya. Sebab pandangan Bung Loekyh itu persis
mencerminkan kecenderungan sejumlah Muslimin yang dikritiknya itu -->
sebuah studi kritis dikategorikan sebagai blasphemy, menghujat.

Memang betul yang digambarkan Bung Ade, sejumlah banyak orang Kristen
sudah cukup boleh lah dalam hal membicarakan secara lapang materi2 yg
dianggap kontroversial, dalam arti tidak terjebak pada saling hujat.
Namun perlu juga diingat, dalam tiap agama selalu ada kelompok2 kecil
atau besar yang tidak terbuka terhadap studi kritis atas agama.
Kristen juga tidak steril dalam hal ini. 

Contohnya, saya pernah membaca miliser yang menyebut National
Geographic dan Discovery Channel sebagai TV channels yg Anti-Christ/
Anti-Kristus, (beberapa bulan lalu channels ini gencar menayangkan
diskusi seputar Injil Tomas -dan Injil Maria?-), walaupun minoritas,
saya kuatir pola pikir ini terus dipupuk sejumlah pemimpin jemaat yang
kurang mau dan takut belajar kritis. 

Kemampuan bersikap kritis sambil sekaligus beriman (Pdt. Ioanes
Rakhmat menggambarkannya sebagai "beriman secara cerdas") memang butuh
kedewasaan dan keterbukaan, dan ini memang sulit.  
FYI: Orang yang kena label Anti-Christ itu mungkin sama derajatnya
dengan label "kafir", "zindik" dan sebangsanya dalam Islam.

Akhirul kata, sebagai bagian umat Kristiani, saya menyambut baik sikap
kritis dan ajakan Bung Ade menyangkut ucapan Natal yang diposting di
milis ini beberapa waktu lalu. 
Semoga jihad Bung Ade mencerdaskan umat mendapat ridhaNya. 

Salam,
Ida Khouw


--- In mediacare@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Sebagai umat islam, saya setuju dengan proposisi rekan loeky bahwa umat
> islam perlu belajar tentang kesediaan umat Kristen untuk menerima dan
> membicarakan secara lapang materi-materi yang mungkin dianggap
> kontroversial dalam perspektif agama masing-masing.
> 
> Umat islam di dunia terlalu mudah marah, karena itu adalah kewajiban
> mereka yang berpendidikan tinggi dalam komunitas Islam untuk terus
> menyuarakan arti penting menghormati perbedaan.
> 
> Mudah2an saja beberapa kasus terakhir dalam komunitas islam Indonesia,
> misalnya perbedaan penetapan hari Idul Fitri dan Idul Adha, serta juga
> kasus poligami AA Gym, bisa menjadi langkah awal bagi umat Islam untuk
> menerima bahwa perbedaan adalah sebuah kelaziman hidup.
> 
> Saya juga setuju dengan rekan loeky yang menggambarkan kasus CNN sebagai
> bukti bahwa media barat bukanlah antek Kristen dan Yahudi. Sebetulnya
> contoh yang lebih kuat lagi adalah buku dan film Da Vinci Code. Bukunya
> diedarkan oleh penerbit besar AS, di Indonesia dijual di Gramedia, dan
> filmnya dibuat oleh Hollywood!
> 
> Salam!
> 
> ade armando


Kirim email ke