Salam ... Bila memang sahih dan sah sehat sebagai yang disampaikan jeng Hafsah...ini bisa jadi berita bagus bagi beberapa kalangan wanita karir atau wanita yang ASI nya ngga lancar Mungkin jeng Hafsah bisa memberikan referensi kedokteran dan kesehatan yang sahih sesuai pernyataan anda?
Para wanita karir sedang menunggu anda, jeng... Salam beachboy ----- Original Message ---- From: Hafsah Salim <[EMAIL PROTECTED]> To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Sunday, July 8, 2007 1:19:03 PM Subject: [mediacare] Re: Saatnya 'Kembali' ke ASI Kalo kita membicarakan Kesehatan Anak, maka menyusui bayi dengan ASI TIDAK BOLEH DIBERIKAN LEBIH DARI 6 BULAN. Secara medis, ASI hanya baik hingga 5 bulan, setelah 5 bulan kualitas ASI sudah tidak berguna untuk bayi. Sejak umur bayi 3 bulan, makanan pengganti susu sudah harus diperkenalkan kepada bayi agar secara bertahap bisa digantikan setelah umur 5 bulan. ASI sangat dianjurkan hanya sampai umur 3-4 bulan saja karena dalam ASI terkandung cairan antibody ibu yang sangat berguna untuk mempertahankan kesehatan bayi menghadapi infeksi dunia luar. Sejak baru lahir, organ2 bayi belum tumbuh sempurna termasuk organ2 yang membentuk zat antibody bayi. Bayi sejak lahir bergantung kepada zat antibody yang didapatkan dari ibunya sedangkan sebelum lahir antibody ini ditransfer melalui barrier placenta. Oleh karena itu, sejak bayi dilahirkan, perlu waktu 3-5 bulan untuk organ2 pembentuk antibody ini berkembang hingga berfungsi penuh. Sambil menunggu waktu inilah, bayi membutuhkan ASI yang masih mengandung antibody yang cukup konsentrasinya untuk melindungi kesehatan bayi. Setelah 5 bulan, kandungan antibody ibu dalam ASI sudah sangat rendah sebaliknya kemampuan bayi untuk membuat sendiri antibody-nya sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada ASI. Namun pada usia 5 bulan ini, bayi sangat membutuhkan makanan pengganti yang bukan ASI yang berisi protein yang lebih lengkap daripada ASI. Dunia memang tidak selalu menyediakan makanan sehat bagi semua orang. Untuk negara2 miskin, WHO menetapkan bahwa ASI masih boleh diberikan hingga umur bayi 2 tahun. Hal ini ditetapkan mengingat kemampuan ibu untuk memberikan makanan pengganti sangatlah rendah sehingga daripada bayinya mati karena tidak diberi makan, masih lebih baik diberi ASI yang meskipun isinya berkualitas rendah tetapi lebih baik daripada tidak diberikan apapun juga. Namun kalo dalam keluarga yang mampu memberi makanan pengganti ASI, haruslah dijelaskan untuk jangan memberikan bayi anda ASI lebih daripada 6 bulan. Karena pemberian ASI hingga 2 tahun hanyalah kebijaksanaan WHO untuk keluarga yang dibawah kemiskinan. Ny. Muslim binti Muskitawati. --- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, "B. Dwiagus Stepantoro" <[EMAIL PROTECTED] .> wrote: > > Mbak Dian, Romo Blasius > > Mungkin bisa dibedakan kelompok ibu-ibu yang menjadi sasaran gerakan ini. > > Gerakan kembali ke ASI ini mungkin sasarannya ya memang bagi Ibu-Ibu yang sudah terbiasa membeli susu formula, sehingga mereka sangat tergantung dengan susu formula itu,... jadi, ketika harga susu formula naik, mereka jadi kewalahan, apaagi ketika susu formula ini sudah langka dipasaran. Jadi kalau mereka yang biasanya mampu beli susu formula, kenapa kita dorong untuk kembali ke ASI,.. . kalau mereka mampu beli susu formula tiap 1-2 minggu yang harganya 50-200ribu, berari orang itu mampu untuk belimakanan untuk sang ibu bukan,.... jadi,bukankah duit anggaran mereka untuk beli susu formula yang harganya di supermarket kadang membuat saya takjub, bisa dipakei untuk beli makanan2 bergizi saja... > > Jadi sasaran dari gerakan kembali ke ASI ini memang bukan untuk Ibu-Ibu yang kekurangan gizi atau pangan, yang bahkan untuk makan ajah susah.. jelas ini butuh pendekatan/strategi /gerakan yang berbeda,... karena prioritasnya berbeda. > Apalagi kalau sasarannya adalah ibu-ibu yang tidak mempunyai kekuatan untuk meminta haknya untuk menyusui, macam para PRT yang mempunyai bayi, seperti yang disampaikan ROmo. (Walaupun menariknya, ada juga mereka (yang ditemukan anggota AIMI ini), yang berhasil menyusui bayinya, walaupun mereka adalah penjaga toko). Strateginya beda lagi ini. > > Jadi memang tiap sasaran,tujuan, butuh pendekatan yang berbeda. > Saya rasa Gerakan Kembali ke ASI ini sangat realistis melihat konteks kelompok sasaran ibu-ibu yang sangat tergantung susu formula dan lupa ASI, dan melihat kondisi saat ini ketika susu formula sudah harganya naik, juga penawarannya kadang tidak rasional lagi. > > Blasius Slamet Lasmunadi <lasmunadi_17@ ...> wrote: > > > Dear Dian dan rekan-rekan milis ytk., > Salah satu kelemahan kebanyakan orang itu memiliki "gagasan yang bagus" tapi tidak disertai dengan "ketrampilan management". Kalau "Saatnya kembali ke ASI", tentu ada "sasaran" yang mesti dicapai. Sasarannya tidak sekedar kesehatan bayi melainkan sebuah perubahan sikap hidup para ibu dari cara menyusui yang mengandalkan susu formula beralih ke ASI. Namun masalahnya, bagaimanakah "para ibu dapat memiliki perubahan perilaku kalau tidak didukung dengan strategi yang tepat?" Seperti dikatakan Dian, bagaimana ibu mau menyusui kalau gizi perempuan tidak diperhatikan. KAlau perempuan mengalami kekerasan dalam rumah tangganya. Seorang ibu yang mengalami kekerasan dalam rumah tangganya juga berpengaruh pada nafsu makan...padahal ibu itu butuh makan banyak dan bergizi demi ASI untuk bayinya....Saya sependapat.. .dengan Dian...Semua orang , suami isteri tahu kepentingan ASI tapi siapa yang memikirkan "Strategic Planning" supaya para ibu mampu menyusui bayinya. sementara banyak fakta > menunjukkan kesehatan perempuan sering tereliminasi, terpinggirkan dan dipaksa kerja keras/ Bagaimana hak seorang pembantu yang memiliki bayi, padahal jam kerja mereka bisa 12 -18 jam....?? > > Semua orang peduli pada ibu untuk kembali ke ASI, tapi perlu dipikirkan ulang, "manakah strategic planning yang sudah dibuat sampai tingkat keluarga: pemberdayaan kesehatan ibu, pemberdayaan ekonomi?? > > best regards > bslametlasmunadipr > > > > > > ----- Original Message ---- > From: Dian Kartika Sari <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] ps.com > Sent: Friday, July 6, 2007 7:33:44 PM > Subject: Re: [mediacare] Saatnya 'Kembali' ke Air Susu Ibu (ASI) > > > Bukan saya tidak setuju untuk kembali ke ASI, > Tapi tolong dilihat realitasnya: > lebih setengah dari jumlah penduduk perempuan di Indonesia telah jatuh miskin dan kekurangan gizi. > Kemiskinan dan kekurangan gizi itu akan berakibat pada kurangnya kualitas dan kuantitas air susu. > sehingga ASI itu tak cukup bagi sang bayi. > > Ada lagi cerita, perempuan-perempuan yang kekurangan pangan dan gizi saat menyusui akhirnya derajat kesehatannya menurun secara drastis. > > jadi Kembali ke ASI itu lihat-lihat keadaan ibunya. > > salam > > dian > > > > > ----- Original Message ----- > From: Amanda Andono > To: amanda.andono@ gmail.com > Sent: Thursday, July 05, 2007 7:38 PM > Subject: [mediacare] Saatnya 'Kembali' ke Air Susu Ibu (ASI) > > > > > UNTUK DIMUAT SECEPATNYA > > Jakarta, 4 Juli 2007 > > Untuk informasi hubungi: > Rahmah Housniati (Nia) > (021) 7071 9988 > 0815 900 3357 > [EMAIL PROTECTED] org > [EMAIL PROTECTED] asi.org > www.aimi-asi. org > > > Saatnya 'Kembali' ke Air Susu Ibu (ASI) > > Menyikapi kenaikan harga susu formula yang kian meningkat, kami dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) ingin mengajak kembali masyarakat untuk 'kembali' menyusui bayi dengan Air Susu Ibu (ASI), karena ASI adalah standar pemberian nutrisi yang terbaik bagi bayi. > > Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sedangkan penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002. > > Hal ini sangat meresahkan dan mengkhawatirkan kami, karena terlihat pada data tersebut, peningkatan penggunaan susu formula juga meningkatkan resiko leukemia dan limfoma pada anak, diabetes, gangguan pencernaan dan diare, pneumonia, asma dan eksim, meningitis, rematik, osteoporosis, kanker payudara dan kanker indung telur, kolesterol yang lebih rendah dan obesitas pada masa kanak-kanak maupun remaja. > > Berbeda dari susu formula yang berasal dari susu sapi, ASI merupakan suatu spesifik spesies yang khusus hanya dibuat untuk bayi manusia, bahkan hanya untuk bayi sang Ibu, bahkan lebih jauh lagi, ASI yang keluar setiap tetesnya memiliki kandungan berbeda yang khas yang persis sempurna sesuai dengan kebutuhan bayi seorang ibu pada saat itu. Komposisi yang terkandung dalam susu formula tidak pernah berubah, semuanya disamaratakan bagi setiap bayi dan pada tingkatan umur yang sama, walaupun kebutuhan bayi yang satu dengan yang lain amatlah berbeda. Kandungan lemak (AA, DHA), karbohidrat, protein, vitamin, mineral, enzym, hormone dan yang paling penting zat antibodi yang terkandung dalam ASI tidak akan didapatkan dalam susu formula manapun. > > Besar harapan kami, pihak media dapat membantu mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif kepada masyarakat dengan memberikan informasi bahwa selama ini kita sering 'melupakan' bahwa ada yang jauh lebih baik, aman dan higienis dibandingkan susu formula dan tentunya tidak mengalami kenaikan harga seperti susu formula. > > Salam ASI! > -- > Cheers, > Amanda Andono Sudarwanto > Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) > 021 - 936 manda > [EMAIL PROTECTED] asi.org > www.aimi-asi. org ____________________________________________________________________________________ Got a little couch potato? Check out fun summer activities for kids. http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mail&p=summer+activities+for+kids&cs=bz