Salam sejahtera...

At 00:41 14-03-2002 +0100, "IMW" wrote:

>what is most important, namely learning how to learn.

Kalau mau di'lebar'kan, justru belajar bagaimana caranya belajar, merupakan
tahapan yang amat panjang. Tapi kalau sudah menangkap filosofinya, segala
sesuatunya akan tampak sederhana. Ini pengalaman sendiri. Terima kasih untuk
Pak IMW, yang sudah mengingatkan indahnya kegiatan belajar, karena ia
merupakan suatu bentuk seni.


>Nah tentu saja kondisi di atas (guru belajar juga dari murid..dll) hanya
>akan tercapai bila si murid juga aktif. 

Dlam praktik, ada banyak hal mengapa si murid tidak giat : tidak tertarik,
atau gengsi. Yang terakhir ini yang pernah saya alami. Memang anaknya agak
'ngeyel' -ini dari kosakata bahasa Jawa- dan semula membuat saya bingung,
mengenai sejauh apa ia menangkap atau berusaha menangkap apa yang saya
sampaikan. Toh dengan kekurangacuhannya ini, orang tuanya sudah cukup
gembira ketika nilai matematikanya naik satu angka. Bayangkan, kalau ia
lebih ngotot.

Namun, keadaannya akan berbeda jika dalam ruangan kelas, yang dipenuhi oleh
sekian kepala, dengan tujuan yang tidak selalu sama. Sang pengajar mustilah
memahami satu titik yang menjadi perhatian semua murid. Dan ini mustahil
akan ia temukan, kalau sekadar mengajar saja, tanpa keinginan menumbuhkan
perhatian pada kalangan murid.


>guru/dosen bukan menjadi instruktur, tetapi lebih kepada fasilitator,
>yaitu memfasilitasi proses belajar mengajar.

Sependapat.


>Sayangnya kembali lagi sayang, yaitu dari SD/SMP/SMA kita ini dididik,
>untuk memberikan JAWABAN YANG BENAR, bukan BAGAIMANA MENCARI JAWABAN YANG
>BENAR.

Membenahi sistem, memang bukan pekerjaan 10 tahun-an. Paling tidak yang kita
lakukan dalam milis ini, atau memelihara milis sendiri, merupakan usaha ke
arah tersebut, yang mungkin tidak akan pernah kita saksikan hasilnya.
Selamat, untuk Anda semua yang meluangkan waktunya dalam milis -apa pun
namanya- dan ikut berbicara dan berusaha mempengaruhi seisinya, bukan
sekadar menyerap.


>"komunikasi" harus lebih ditekankan.  Jelas kemampuan berbahasa adalah
>modalnya 8-) baik bahasa Indonesia, maupun bahasa Inggris (kata orang
>untuk pergaulan international.h.e.he)

Sependapat. Berbahasa dengan baik -artinya didukung oleh kegiatan banyak
membaca, menulis dan tentunya berbicara dalam bahasa tersebut- artinya
menyampaikan dengan baik dan sederhana hal yang ada dalam kepala kita.


>Konyolnya lagi, keinginan memperkaya bahasa Indonesia malah sering
>dianggap tindakan "memperbodoh bangsa" 8-)

Untuk hal yang mirip, saya pernah diserang dalam suatu milis, oleh beberapa
pribadi, ketika saya mencoba menawarkan pemadanan istilah. Ini bukan sok
nasionalis, namun mencoba menyampaikan suatu hal baru pada masyarakat awam
mengenai suatu hal, dalam kalimat yang sederhana. Rupanya lebih sulit
berbicara dengan orang yang 'pintar', dibandingkan yang merasa dirinya
'kurang'. Makanya saya terkadang geli jika ada yang mengaku menyokong "open
source", nyatanya "close minded"...
;)

Pak IMW pasti tahu nama milis itu...juga orang-orangnya...
:)


>> Makanya timbullah yang 32,5 miliar itu...

>Apaan nih ????  Baru muncul udah bagi-bagi duit bung Dayan.

Bukan begitu, Pak...ini mengenai 'bagi-bagi' uang di Jakarta, yang
menyangkut beberapa nama top...
:)


>Salam buat
>rekan-rekan Palembang 

Terima kasih Pak, akan saya saya sampaikan. Kapan Anda mampir di Palembang
lagi ?


Sharif Dayan

-*=*=*=*=*=*=*--*=*=*=*=*=*=*-
  http://www.ksatrian.or.id
-*=*=*=*=*=*=*--*=*=*=*=*=*=*-


* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke