> Kenapa harus lebih dulu dosen yg disiplin ?? Kenapa tidak mahasiswa juga.
> Melihat dari ratio, (dosen baru nggka ngajar 3 kali langsung dapat surat
> peringatan) dan mahasiswa, maka bisa dikatakan ketidak disiplinan lebih
> tinggi di mahasiswa.
>

saya setuju dg ini, bahwa mahasiswa lebih tidak disiplin dari dosen....
karena itu saya berpendapat, bagaimana kalau mereka dibantu/disadarkan untuk
disiplin... oleh
bantuan dosen, atau kampus...

> Coba bandingkan "kontroling" yg terjadi di PTN (dosen mengajar tidak jelas
> jam-nya dsb). Tapi karena memang mahasiwswanya yg sudah dewasa, mereka tak
> terlalu mempermasalahkan hal ini.
>

Hal itu bisa terjadi karena yang masuk ke PTN itu memang mahasiswa yang
sudah dewasa... karena mereka kan sudah disaring dari awal penerimaan
mahasiswa... :)... lain hal nya dengan mahasiswa gunadarma... :)

>
> Artinya anda tetap berada pada asumsi "mahasiswa bukan makhluk yg dewasa"
> 8-)

hehehehe... bukankah memang ini kenyataannya?  Bapak pun bilang seperti ini
bukan?

Quote:
>"Menurut saya ya karena memang masyarakat memang belum meletakkan
>mahasiswa sebagai makhluk yg dewasa, yg bisa menentukan dirinya sendiri.
>Masyarakat (termasuk mahasiswa)"

Kita semua sih memang ingin menganggap bahwa mahasiswa adalah mahluk yang
dewasa... tapi pada kenyataannya?... :)

>
> Kalau anda bisa berkata merubah mahasiswa dalam 1 tahun bukan mustahil,
> saya bisa tebak, anda melihat mahasiswa masih terlalu "idealis", di
> lapangan berbicara lain.

Lapangan kampus mana dulu nih Pak... :)...

maksud saya gini Pak... bila kampus ikut serta dalam mendewasakan
mahasiswanya... maka perubahan itu bisa di targetkan dalam suatu kurun waktu
tertentu... jadi ada targetnya.... bila kita sudah bisa menentukan target,
berarti langkah2 yg akan ditempuh akan lebih konkrit... persamaannya seperti
kalo ngerjain proyek... ada milestone2nya... ada supervisionnya... dan ada
target dan hasilnya... memang bisa saja mereka dibiarkan begitu saja agar
mereka tau sendiri... tapi perubahan ini benar2 abstrak... tidak ada
batasan waktunya.... merubahkan berarti menyadarkan, kalau tidak ada yg
menyadarkan bagaimana mereka akan berubah?

> Kenapa lagi-lagi ke kontroling dosennya ?? bukan mahasiswanya.  Dosen
> membuat tugas ? ini sudah biasa, tapi apa yg diberikan mahasiswa (biasnya
> yg dikumpulkan adalah ala kadarnya, saya berani jamin hanya 20% dari tugas
> yg masuk yg beres) yg lainnya kalo nggak copy dari temennya sendiri, copy
> dari kakak kelas, atau copy-copy dari yg lainnya (heheh lucunya sering
> pada mengcopy dari tulisan saya sendiri, yg bukunya hanya saya yg
> miliki.h.e.he.h dan belum pernah dipinjem mahasiswa).

Justru karena itu kampus harus kontroling dosennya, lalu dosennya kontrol
mahasiswanya dengan mengecek tugas2 mereka, bila ada yg sama ya kasih aja
nilai 0... sekalian mendidik bahwa mencontek adalah no no... :)

kenapa bukan mahasiswanya?... mau nya sih begitu Pak.... tapi terus terang
saya tidak tau caranya.... bagaimana caranya "menyihir" seluruh mahasiswa
gunadarma menjadi dewasa, tanpa peran komponen2 dari kampus....?

>
> Apa yg anda sebutkan itu sudah dilakukan semua koq (saya curiga
> jangan-jangan Anda malah belum pernah duduk di ruang kuliah heheh)

wahh... Bapak kok tau ya... jangan2 para normal juga ya... :)

> Biar mereka merasakan dan sadar sendiri, biasanya selah mereka lulus (ada
> yg kuliah ke LN, dan sebagainya) mereka akan sadar.  Salah satu resep
> pendidikan yg baik adalah "belajar mengetahui resiko". (Dreyfus, On the
> Internet, atau Coloring dari Schank).  Apalagi sebagai orang dewasa,
> mereka harus belajar mengambil resiko dan menerima resiko dari apa yg dia
> lakukan.

Ya betul.. saya juga setuju dengan "belajar mengetahui resiko"... tapi
bagaimana kalau resiko itu adalah resiko kalau mencontek tugas/paper dapet
nilai 0 dan terancam fail the class... dari pada memberikan pilihan kepada
mahasiswa (yg belum dewasa) terserah mau masuk kelas atau tidak... karena
kenyataannya  akan lebih banyak mahasiswa yang memilih tidak masuk kelas
dari pada yg masuk (karena faktanya most of mahasiswa belum dewasa).

>
> Dengan mengubah metoda mengajar, dan membawa mereka ke arah yg "tak perlu
> dewasa" berarti kita menina bobokan.  Saya lebih setuju "membukakan" mata
> mahasiswa dan menunjukkan bahwa mereka belum dewasa, dan salah satu syarat
> menjadi mahasiswa adalah "dewasa".

"membukanan" mata mahasiswa yaitu dengan membiarkan mereka yang belum
dewasa, nanti juga tau sendiri... gitu Pak?

>
> (hehe masak kalau banyak maling, terus UUnya diubah biar nggak ada
> maling, walau yg maling seabrek...)
>
> Heheh mas udah pernah tanya berapa tugas yg diberikan ke mahasiswa ???
> saran saya tanya dulu.. ke dosen baru "protest" ntar diguyu lho ama para
> dosen-

hehehehe.. saya tau kok ada beberapa dosen yg telah melakukan ini.... tapi
saya juga tau kalau ada banyak yg tidak melakukan hal ini... :)  at least
waktu dulu saya kuliah keadaannya spt ini... saya masih inget, satu2nya yg
memberi tugas membuat paper dan presentasi itu adalah mata kuliah ISD...

Tapi kalau sekarang keadaan itu sudah berubah... dan kalau memang mayoritas
dosen sudah berbuat seperti itu (memberi paper work, discussions,
controlling dll),... ya saya memang patut diguyu sm para dosen... monggo
saya diguyu... bagi saya tidak apa2... wong sy salah kok, siapa takut... :)

>
> Sejak saya balik dari Australia (95-an) saya dan beberapa dosen (yg
> rata-rata S2 di LN) rutin memberikan tugas, biasnaya 2 tugs dalam 1
> semester ke mahasiswa.  Presentasi mahasiswa pun sudah merupakan kewajiban
> (kalo nggka percaya tanya ke para mahaisswanya kakak saya sekarang). Upaya
> itu adalah merupakan membawa pengaruh metoda pengajaran yg ada di LN.
> Tujuannya ya agar mahasiswa tidak kaget kalau dia meneruskan studinya.
>
> Tapi bagaimana mahasiswa mengerjakan tugas itu ??? 70% ancur !!!! banyak
> yg saling salin.  Jadi jangan bilang dosen belum melakukan tugas,
> mencantumkan bibliography (kalau saya memberikan tugas, malah format
> penulisan, cara citation, pun ditentukan). Ada juga yg bagus (30% itu).
> Saya sendiri dg 30% yg bagus itu sudah lumayan seneng (30% dari jumlah
> mahasiwa Gunadarma itu udah banyak lho.. walau secara ratio masih
> menyedihkan).

hehehehe... kontroling Pak kontroling... kontrol mahasiswanya... supaya
tidak saling menyalin tugas... bukankah begitu Pak kalau ingin meningkatkan
rasio qualitas tulisan/tugas mahasiswa?  Dengan Quality Control / Quality
Assurance... ?

>
> Hehe sepertinya Anda "jauh" dari Gunadarma nih..
>

Wah... kayanya Bapak bener2 para normal ya.... kok tau sih... saya memang
lumayan jauh dari gunadarma... karena saya di jaksel... :)

> Hm... sekali lagi Anda masih mengharap mahasiswa adalah makhluk yg "perlu"
> dibentuk.  Sayang sekali Anda sangat meremehkan mahasiswa 8-).   Kalau
> memang itu mending mahasiswa masuk ke "camp konstentrasi" aja deh.
>

hehehe... saya hanya melihat pada kenyataan yang ada kok Pak,... ngga
macem2... suer deh... :)... dari pada berpaling dari kenyataan dan
mengharapkan yang seharusnya... :)

Pemikiran saya sih simple saja sebenarnya...

telah disimpulkan bahwa -> mahasiswa belum dewasa....

lalu apa yg hrs dilakukan? Apakah :

a. Membiarkan mereka tau sendiri
b. Membantu menyadarkan mereka dengan menggunakan komponen2 kampus
c. A & B benar
d. A & B salah
e. Tidak tahu

Intinya sih hanya itu... :)

> Saran saya "liat ke lapangan" dulu lah 8-)

hehhe.. kalo ke lapangan sih udah... dulu waktu masih jadi "pemain"...
maklum skr sudah pensiun... hanya bisa liat dari kursi penonton.. dan
sepertinya tidak banyak yg berubah... :)


* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke