Cuma sekedar memberikan pendapat...
BUYBACK mungkin dilakukan untuk menurunkan penumpang. Bila jumlah penumpangnya 
berkurang, jalannya mungkin bisa lebih cepat. Program BUYBACK biasanya 
ditentukan jumlah uang yang hendak digunakan untuk BUYBACK, tinggal pintar2nya 
pihak manajemen untuk mendapatkan jumlah saham sebanyak2nya dari uang tersebut. 
Keputusan BUYBACK harus diberitahukan kepada publik karena untuk melakukannya 
harus melalui RUPS (CMIIW) jadi perusahaan tidak bisa diam2 BUYBACK dalam 
jumlah besar (kalo jumlahnya kecil sih ngga apa2 kali, tinggal dimasukin ke pos 
Inventory Stock). Yg jadi masalah buat investor kecil adalah TIMEFRAME-nya. 
Kapan akan dilakukannya. Sering kali setelah pengumuman BUYBACK harganya 
malahan turun sampe kita lupa akan ISUE tersebut. Pada saat harga turun dan 
orang2 mulai menganggap BUYBACK-nya gagal atau tidak jadi, maka mereka akan 
mulai melepas sahamnya sehingga jumlah penumpangnya jadi turun juga. Setelah 
itu, baru deh TANCAP GAS...
Ini cuma pendapat pribadi, sory kalo salah atau ada yang tidak sependapat


----- Original Message ----
From: Bandar Bola <[EMAIL PROTECTED]>
To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, May 21, 2008 1:07:49 PM
Subject: Re: [obrolan-bandar] BUYBACK PRICE, TBLA 720, BUDI 406


Sejatinya, program buy-back dilakukan oleh emiten saat melihat bahwa harga 
sahamnya jatuh di bawah instrinsic value dari saham tsb (persepsi management 
mewakili shareholder) , sehingga dengan melakukan pembelian kembali, terjadi 
pergeseran supply demand di market yang membuat harga saham menguat. Selain 
itu, dengan program buy-back, secara tidak langsung emiten meng-investasi- kan 
cash-on-hand- nya menjadi saham sendiri yang akan membuat jumlah saham beredar 
di market berkurang, sehingga EPS saham menjadi meningkat. Peningkatan EPS ini 
seharusnya lebih besar daripada bila cash-on-hand di-investasikan di instrumen 
lain. Jika program buy-back dilakukan oleh management dengan konsep ini, maka 
terjadi value-add untuk shareholder secara umum.
 
Masalahnya adalah, apa yang secara text-book bagus, gampang sekali di-telikung 
menjadi sarana untuk melakukan white-collar- crime (nggak cuma di BEI, di NYSE 
juga). Program buy-back dapat di-salahgunakan oleh management atau major 
shareholder untuk menendang major shareholder lain yang tidak sejalan dengan 
mereka dengan cara membeli saham mereka dengan menggunakan cash-on-hand emiten 
(tentu dengan harga mahal, kalo nggak mana mau mereka keluar). Istilah ini 
dikenal sebagai "greenmail". Dalam hal ini tidak terjadi add-value untuk 
shareholder publik lainnya, karena demand yang di-create dengan program 
buy-back diimbangi oleh supply oleh major shareholder yang mau ditendang 
keluar. Publik shareholder juga dirugikan, karena harga yg dibayarkan adalah 
harga premium, jadi EPS naik tidak sebagus bila cash di-invest di instrumen 
lain. 
 
Program buy-back juga tidak add-value jika dilakukan di harga tinggi, dan 
demand yang dibuat oleh program tsb seimbang dengan suppy dari insider 
stakeholder yang mau jual di harga tinggi (misalnya management dan employee 
yang mau jual saham dari MSOP atau ESOP mereka). 
 
Kontrol cek yang paling mudah untuk menilai apakah program buy-back itu add 
value, adalah apabila program dilakukan oleh emiten untuk membeli sahamnya pada 
harga yang di bawah intrinsic value saham tsb. Bahkan, bila emiten mau pinjam 
uang dari bank untuk buy-back depressed stock-nya, harus di-apresiasi, karena 
add value dari EPS yang meningkat bagi shareholder dapat mengkompensasi biaya 
bunga uang untuk program buy-back tsb.
 
Kontrol cek yang lain, adalah apakah pra-program buy-back ada program MSOP atau 
ESOP dalam jumlah yang besar.
 
Selain untuk "greenmail", ada approach yang lain yang lebih konyol yang dapat 
dikembangkan dari program buy-back yang sangat merugikan public shareholder 
umum. Silakan anda ber-imajinasi sendiri...
 
Just my 2 cents, mudah2-an membantu mencerahkan.
 
  
Regards,
Bandar Bola
 
 

2008/5/21 mike harnett <mike_harnett2002@ yahoo.com>:

buyback (sepertinya) punya dampak positif lebih besar yah daripada negatifnya?
jadi secara tersirat bahwa saham tersebut bagus yah,. (punya potensi untuk 
naik)?,.,.
atau malah menjadi negatif karena berkurangnya saham di pasar?

ada yg bisa menjelaskan potensi dampak dr program buyback terhadap nilai 
saham..,,?.


thx,.


  
 


      

Kirim email ke