Buyback kadang kala dilakukan karena cash on hand banyak sedangkan
rencana untuk expansi nggak ada. Tapi kalau dilakukan buyback tentunya
equity turun, sedangkan debt nggak berubah artinya DER akan naik
tentunya, sedangkan penggunaan cash on hand juga akan membuat quick
ratio and current ratio turun.

Kalau niatnya meningkatkan value ke shareholder mending debtnya
dikurangi sehingga beban operasional turun yang ujungnya menaikkan Net
Margin tapi efeknya bayar pajak tambah gede sedangkan kalau dilakukan
buyback tentunya yang menikmati treasury stock itu yah founders atau
pemilik perusahaan doang.

On 5/21/08, Haris Wijanarko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
>
>
>
>
> Cuma sekedar memberikan pendapat...
> BUYBACK mungkin dilakukan untuk menurunkan penumpang. Bila jumlah
> penumpangnya berkurang, jalannya mungkin bisa lebih cepat. Program BUYBACK
> biasanya ditentukan jumlah uang yang hendak digunakan untuk BUYBACK, tinggal
> pintar2nya pihak manajemen untuk mendapatkan jumlah saham sebanyak2nya dari
> uang tersebut. Keputusan BUYBACK harus diberitahukan kepada publik karena
> untuk melakukannya harus melalui RUPS (CMIIW) jadi perusahaan tidak bisa
> diam2 BUYBACK dalam jumlah besar (kalo jumlahnya kecil sih ngga apa2 kali,
> tinggal dimasukin ke pos Inventory Stock). Yg jadi masalah buat investor
> kecil adalah TIMEFRAME-nya. Kapan akan dilakukannya. Sering kali setelah
> pengumuman BUYBACK harganya malahan turun sampe kita lupa akan ISUE
> tersebut. Pada saat harga turun dan orang2 mulai menganggap BUYBACK-nya
> gagal atau tidak jadi, maka mereka akan mulai melepas sahamnya sehingga
> jumlah penumpangnya jadi turun juga. Setelah itu, baru deh TANCAP GAS...
> Ini cuma pendapat pribadi, sory kalo salah atau ada yang tidak sependapat
>
> ----- Original Message ----
> From: Bandar Bola <[EMAIL PROTECTED]>
> To: obrolan-bandar@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, May 21, 2008 1:07:49 PM
> Subject: Re: [obrolan-bandar] BUYBACK PRICE, TBLA 720, BUDI 406
>
>
>
>
>
> Sejatinya, program buy-back dilakukan oleh emiten saat melihat bahwa harga
> sahamnya jatuh di bawah instrinsic value dari saham tsb (persepsi management
> mewakili shareholder) , sehingga dengan melakukan pembelian kembali, terjadi
> pergeseran supply demand di market yang membuat harga saham menguat. Selain
> itu, dengan program buy-back, secara tidak langsung emiten meng-investasi-
> kan cash-on-hand- nya menjadi saham sendiri yang akan membuat jumlah saham
> beredar di market berkurang, sehingga EPS saham menjadi meningkat.
> Peningkatan EPS ini seharusnya lebih besar daripada bila cash-on-hand
> di-investasikan di instrumen lain. Jika program buy-back dilakukan oleh
> management dengan konsep ini, maka terjadi value-add untuk shareholder
> secara umum.
>
>
>
> Masalahnya adalah, apa yang secara text-book bagus, gampang sekali
> di-telikung menjadi sarana untuk melakukan white-collar- crime (nggak cuma
> di BEI, di NYSE juga). Program buy-back dapat di-salahgunakan oleh
> management atau major shareholder untuk menendang major shareholder lain
> yang tidak sejalan dengan mereka dengan cara membeli saham mereka dengan
> menggunakan cash-on-hand emiten (tentu dengan harga mahal, kalo nggak mana
> mau mereka keluar). Istilah ini dikenal sebagai "greenmail". Dalam hal ini
> tidak terjadi add-value untuk shareholder publik lainnya, karena demand yang
> di-create dengan program buy-back diimbangi oleh supply oleh major
> shareholder yang mau ditendang keluar. Publik shareholder juga dirugikan,
> karena harga yg dibayarkan adalah harga premium, jadi EPS naik tidak sebagus
> bila cash di-invest di instrumen lain.
>
>
>
> Program buy-back juga tidak add-value jika dilakukan di harga tinggi, dan
> demand yang dibuat oleh program tsb seimbang dengan suppy dari insider
> stakeholder yang mau jual di harga tinggi (misalnya management dan employee
> yang mau jual saham dari MSOP atau ESOP mereka).
>
>
>
> Kontrol cek yang paling mudah untuk menilai apakah program buy-back itu add
> value, adalah apabila program dilakukan oleh emiten untuk membeli sahamnya
> pada harga yang di bawah intrinsic value saham tsb. Bahkan, bila emiten mau
> pinjam uang dari bank untuk buy-back depressed stock-nya, harus
> di-apresiasi, karena add value dari EPS yang meningkat bagi shareholder
> dapat mengkompensasi biaya bunga uang untuk program buy-back tsb.
>
>
>
> Kontrol cek yang lain, adalah apakah pra-program buy-back ada program MSOP
> atau ESOP dalam jumlah yang besar.
>
>
>
> Selain untuk "greenmail", ada approach yang lain yang lebih konyol yang
> dapat dikembangkan dari program buy-back yang sangat merugikan public
> shareholder umum. Silakan anda ber-imajinasi sendiri...
>
>
>
> Just my 2 cents, mudah2-an membantu mencerahkan.
>
>
> Regards,
> Bandar Bola
>
>
> 2008/5/21 mike harnett <mike_harnett2002@ yahoo.com>:
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > buyback (sepertinya) punya dampak positif lebih besar yah daripada
> negatifnya?
> > jadi secara tersirat bahwa saham tersebut bagus yah,. (punya potensi untuk
> naik)?,.,.
> > atau malah menjadi negatif karena berkurangnya saham di pasar?
> >
> > ada yg bisa menjelaskan potensi dampak dr program buyback terhadap nilai
> saham..,,?.
> >
> >
> > thx,.
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> >
> >
>
>
>
>  

Kirim email ke