Kalo kebeneran tanah yg di belinya itu buat jalannya ato buat jalur hijau lain lg ceritanya. Duit yang disisihin bertahun2 untuk pensiun kandas ..... Namanya investasi ada contoh yg untung ada juga yang buntung. Namanya juga investasi. Kyk tanahnya munawar yang ada sepanajng jalan s parman. Jakarta dari taman anggrek ke citra land. Kt pmrth buat jalur hijau , tidak ada ijin bangunan. Tapi sekarang jadi apa coba sepanjang jl s parman. Apes apes ....
. Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: Hanif Mantiq <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sun, 15 Jun 2008 19:06:33 To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com> Subject: [obrolan-bandar] Re: Property VS Inflasi di Indonesia Sang Penyembelih Sapi itu Memperoleh Uang Sebesar Rp 16 Milyar Yodhia Antariksa June 16th, 2008 Minggu lalu dalam sebuah penerbangan malam hari dari Banda Aceh � Jakarta, saya duduk bersebelahan dengan bapak tua berusia 60-an tahun. Namanya pak Zainal Abidin. Penampilannya sungguh sangat bersahaja. Bajunya tampak lusuh dengan peci hitam tua menghias kepalanya. Ia bilang kalau hingga beberapa tahun lewat, ia menekuni pekerjaan sebagai seorang penjagal dan penyembelih sapi. Ya, di hari-hari biasa atau juga dalam setiap hari raya Idul Qurban tiba, ia dengan setia menekuni profesinya sebagai sang penyembelih sapi. Ia bercerita kalau ia hendak berangkat umroh ke tanah suci dengan fasilitas pelayanan super VIP a la hotel bintang lima. Terus terang saya agak terkejut dengan pengakuannya ini. Dan sungguh saya lebih terkejut dan hampir terloncat dari kursi pesawat (untung saya pakai sabuk pengaman), saat ia bilang kalau baru saja ia mendapat rezeki dari Yang Diatas sebesar Rp 16 milyar. What?!! 16 milyar rupiah? Ini bukan uang yang sedikit lho pak. Bisa buat beli helikopter. Lalu dari mana pak Zainal memperoleh rezeki nomplok sebesar itu? Mari kita simak kisahnya. Sejak tahun 80 hinggan 90-an lalu, Pak Zaenal bilang kalau ia selalu rajin menyisihkan penghasilannya untuk membeli tanah sepetak demi sepetak. Dan kita tahu, dalam era konflik saat itu harga tanah di bumi Rencong relatif murah. Namun pak Zainal ternyata punya keyakinan positif : suatu saat bumi Naggroe Atjeh Darussalam, tempatnya berpijak, pasti akan dilimpahi kemakmuran. Begitulah dengan keyakinan itu, ia pelan-pelan selalu menyisihkan tabungannya buat membeli tanah dipinggiran desa penuh rawa hingga seluas 8000 meter persegi. Rata-rata harganya hanya Rp 20,000 per meter persegi. Ternyata visi investasi Pak Zainal (wah Pak Zainal sendiri mungkin tak tahu apa itu visi investasi�.) benar dan sangat akurat. Selepas tsunami dan kesepakatan damai, uang trilyunan rupiah mengalir ke Serambi Mekah. And thanks God, kebetulan tanah rawa punya Pak Zainal masuk area perluasan jalan raya tembus antar kabupaten. Begitulah, akhirnya disepakati tanah seluas 8000 meter persegi itu dibeli oleh Pemda Aceh seharga Rp 2,000,000,- per meternya. Alhasil, fulus sebesar Rp 16 milyar dengan sukses masuk ke kantong baju Pak Zainal. Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah dramatis ini? Setidaknya ada tiga poin pelajaran penting tentang financial planning yang bisa kita petik dari kisah Sang Penyembelih Sapi ini. Poin yang pertama adalah sebuah konsep yang dalam wacana wealth management disebut sebagai exponential income growth. Atau pertumbuhan pendapatan secara eksponensial. Pak Zainal membeli tanah dengan harga Rp 20 ribu dan kemudian menjualnya Rp 2 juta. Ini artinya naik seratus kali lipat atau 10,000 % !! And sorry to say, kalau Anda termasuk kelas pekerja kantoran, Anda hampir tak mungkin bisa meraih pertumbuhan pendapatan secara eksponensial ini. Sebab, rata-rata kenaikan gaji karyawan per tahun hanyalah 10 % (ini pun sudah tergerus oleh laju inflasi). Kalaulah gaji Anda 10 juta per bulan, Anda perlu waktu 133 tahun untuk mengumpulkan uang sebesar 16 milyar (dan saat itu, Anda pasti sudah berubah menjadi tulang belulang di alam baka sana). Poinnya jelas : untuk memperoleh exponential income growth, Anda mesti memiliki bisnis sendiri atau melakukan investasi atas aset produktif (seperti tanah, properti, atau saham). Poin pelajaran yang kedua adalah apa yang kini lazim disebut sebagai passive income. Bahasa kerennya : membiarkan uang bekerja untuk Anda, dan bukan Anda bekerja mati-matian untuk mencari uang. Pak Zainal bercerita, kalau uangnya tersebut sebagian telah disimpan di deposito, sebagian dibagikan kepada anak-anaknya, dan sebagian diinvestasikan kembali dalam bentuk properti dan tanah (dan sebagian lagi dipakai untuk umroh dengan fasilitas super VIP�.). Kalaulah yang didepositokan 10 milyar, dengan asumsi bunga 1% per bulan, maka tiap bulan Pak Zaenal bisa menerima uang sebesar Rp 100 juta��dan uang ini akan terus mengalir tanpa dirinya bekerja. Sepanjang hari, pak Zaenal bisa tidur leyeh-leyeh atau menggembalakan sapi di pinggir sawah. Sementara sebagian dari kita, sekedar untuk mendapatkan 5 juta per bulan pun harus bekerja keras, berangkat dari rumah jam 6 pagi, pulang selepas Isya. Dan dikantor dimarahin bos lagi. Sementara dijalanan terjebak macet sambil kena damprat kondektur metromini��(duh Gusti, nasib, nasib�.). Poin pelajaran yang terakhir adalah apa yang disebut sebagai financial freedom atau kebebasan finansial. Dengan uang sebesar 16 milyar rupiah, pak Zaenal tak perlu risau lagi tentang masa depan anak dan cucunya hingga tujuh turunan. Ketika harga BBM terus melambung, banyak orang mengeluh, protes dan membakar ban dijalanan (emang setelah ban dibakar, sim salabim, harga BBM bisa kembali turun?). Mungkin akan jauh lebih baik jika energi untuk mengeluh dan protes itu disalurkan untuk meningkatkan income growth guna meraih financial freedom � persis seperti yang ditunjukkan pak Zaenal itu. Dengan financial freedom, kita tak perlu lagi panik setiap kali diguncang oleh kenaikan harga bahan pokok dan BBM. Kelak, ketika harga bensin menjadi Rp 20,000 per liter, pak Zaenal mungkin akan tetap tenang-tenang saja��bisa tetap tidur leyeh-leyeh sambil menggembalakan sapi di pinggir sawah. Itulah tiga poin pembelajaran finansial yang bisa kita petik dari sang Penyembelih Sapi dari Aceh ini. Malam kian larut, dan dari balik kabin pesawat, lamat-lamat terdengar suara mesin turbo jet Boeing seri 737 yang kami tumpangi. Ketika saya menoleh ke sebelah, ternyata pak Zaenal telah tertidur lelap, sementara pecinya yang lusuh agak miring ke kanan. Saya melihat segaris senyum tersungging di bibirnya. Ah, malam itu pak Zenal mungkin tengah terlelap dalam buaian mimpi yang indah. Inilah sepotong impian tentang hidup yang berkelimpahan dengan rasa syukur yang terus mengalir tanpa henti�� Re: Property VS Inflasi di Indonesia Posted by: "Cleopatras Cat" [EMAIL PROTECTED] cleopatras.cats Sun Jun 15, 2008 7:12 am (PDT) contoh sukses ala KG cukup langka. yg biasa terjadi adalah rame rame membangun. promosi jor jor an. cepet cepet jualan. banyak yg niat nya emang invest kecele karena setelah real kok tidak seindah iklan nya ya. tidak selalu salah location. banyak pengembang yg memang ga punya niat untuk mengembangkan bener bener. niatan asal abis cepet. property mengerikan? ngga jg. sama kaya di saham aja. yg terpenting jg asal comot. banyak orang mau invest maen di ruko dengan pikiran sederhana. beli murah dengan harapan jual di harga setinggi tingginya di kemudian hari. padahal kalo mau cape cape dikit pratiin dulu kiri kanan nya. ya 2 blok ke kiri 2 blok ke kanan. samping samping nya. depan belakang. ada apaan di daerah itu. kalo misalnya kita pratiin dah ada 3 atawa 4 Banken di sono pratiin Bank apa yg belum terwakilkan. nah cape cape dikit hunting ruko yg mo dijual di sono. jelek dikit gpp malah bagus buat bargain harga sama ownernya. jadi ada alasan lha beli di harga mendekati itung tanah. kalo ruko sudah menjadi milik jgn ragu ragu menawarkan kepada Bank tadi. asal tau aja Bank rata rata adalah buyer yg baik. apalage jika tau wew sudah ada 3 saingan di daerah itu tapi mereka kok belum ada. bikin surat penawaran berikut specs area. niscaya akan mendapat sambutan positive. jadi yg penting jg sebelum niat invest tentuin mo maen nya di mana. kalo di residential ya hunting nya rumah, apt, kondo, townhouse. kalo lebih suka invest di industrial ya cari nya Fabrik, warehouse, perkebunan. kalo daerahnya lebih mendekati ke daerah pecinan, commercial, ga terlalu ke pinggiran pisan, ya maen di ruko, rukan, perkantoran. selain itu ya ada land buat yg suka kav, atawa villa yg masuk ke resort. yg ditulis Pak RH kalo kendala investasi di property tuh Charakteristikum nya ga liquid tepat. selain ga liquid, harus diperhatikan legal complexity nya. ngurusin SHM, HGB, HGU et cetera membutuhkan waktu & biaya yg ga sedikit. belum lg soal yg banyak dijumpai kalo beli kav apalage mayan gede. coba aja ga dibangun tuh kav ga lama lg banyak yg nungguin. bangun bedeng. satu dua lama lama banyak. ngusirnya perlu duit & ga jarang kudu pake jasa setrip setrip an. semakin gede tanah kita, semakin bagus daerahnya, makin besar Energie yg kita perlukan buat ngosongin kalo dah sempet ditongkrongin orang orang. belum lg Mafia tanah yg banyak sliweran. kaya D Sitorus di Jakarta yg selain nyumbang kiri kanan inklusive rumah ibadah tapi jg nyaplokin kav orang lain dengan Zertifikat aspal. kok bisa punya Zertifikat ya. hahaha apa yg ga mungkin di negriku tercinta ini? selain itu semua, kudu dipratiin jg kalo mo invest di property segala sesuatu yg berhubungan dengan object yg ditaksir. contoh: GSB nya, cocok ga garis batas / struktur bangunan nya, trus garis batas kavling dengan jalan [GSJ], selain itu luas max bangunan yg bole dibangun, KLB, et cetera kudu jelas dulu. jangan sampe beli dulu baru tau. wah. bisa bodong kalo mau invest. kalo soal IMB tidak sesuai dengan real nya pada umumnya dah 'normal' di sini, tapi kalo kita beli 1 object, contoh: rumah yg IMB nya beda jauh banget sama keadaan real nya bakal refot kalo mo jual lg. banyak pembeli ngeper dengan perbedaan yg terlalu menyolok. buntut nya kan kudu nyumpel orang tuh. kalo beda cuma 5% - 10% wajar wajar saja. tapi terkadang orang terkadang terlalu bernapsu membangun tanpa mengindahkan IMB. bakal mayan refot jualnya. kalo Notar / Notaris mah ga terlalu dipusingin. banyak yg tutup mata. begichu.