Kontrak futures itu kan ibaratnya tanda jadi (dp), kalau batal ya dp hilang.
Misalnya pada bulan juli saya beli kontrak seharga $1. Kontrak yang dibeli adalah pengiriman cpo bulan oktober di harga $900. Ternyata bulan ini (agustus) harga cpo turun terus ke $700. Jika nanti bulan oktober harga spot dibawah $900, maka saya gak akan tebus (default) kontrak yang saya beli di bulan juli alias angus. Saya rugi $1. Tapi kalo oktober harganya naik $1000, saya bisa tebus di harga $900, saya untuk $100-$1 = $99. Nah, masalahnya adalah apabila harga minyak turun + dollar menguat, maka kemungkinan besar harga komoditi akan melemah terus termasuk CPO. Apabila hal ini berlanjut maka dapat dipastikan banyak kontrak futures yang default. Kontrak berjangka ini produk derivatif/turunan dari harga komoditi sendiri. Mungkin di prakteknya perhitungannya lebih ribet, jadi cmiiw. Mungkin yang biasa trading future/option bisa bantu jelasin, secara saya gak ngerti2 amat..hehe.. Regards, DE Pada 16 Agustus 2008 17:41, golden.health <[EMAIL PROTECTED]>menulis: > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Dean Earwicker" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Komen sedikit, ngisi liburan. > > > > Untuk urusan minyak goreng katanya cogs nya tidak turun namun > harga jual cpo > > turun drastis. Ini mungkin yang bikin harga saham cpo jatuh. > > > > cogs nya terdiri dari biaya angkut/freight, pengolahan, > fertilizer, dsb. > > Fertilizer mengambil sekitar 40% dari total cogs, dan harganya > sudah di lock > > (ada yang setahun, ada yang 6 bulan), dan fertilizer ini kenaikan > harganya > > nyaris 3x lipat dari tahun lalu. > > > > Sedangkan untuk harga jual cpo, karena biasanya dijual spt model > lelang, > > maka patokan harganya diambil di harga spot, yang sangat volatile. > > > > Masalah supply/demand fisik ga ada masalah, malah volume produksi > naik > > terus. Yang jadi sedikit masalah adalah cogs tidak turun mengikuti > harga cpo, > > yang selanjutnya mempengaruhi > > IRR<http://en.wikipedia.org/wiki/Internal_rate_of_return>, > > apalagi model IRRnya pake estimasi harga cpo yang terlalu tinggi. > Akibatnya > > kemungkinan banyak analis yang mau revisi target, walau > rekomendasi tetap > > buy (karena harga sekarang overshoot alias cenderung panic selling) > > > > Perkiraan saya sektor agri akan kembali normal (=bullish) setelah > minyak dan > > cpo khususnya kembali ke harga wajarnya, mungkin awal tahun depan. > Qtr 3 > > mungkin ada penurunan net income yang menurut saya wajar. > > > > Kalau dari faktor negatif eksternal (diluar kemampuan emiten) > adalah: > > 1. Penguatan USD > > 2. Panen raya -> oversupply > > 3. Penurunan harga minyak dunia > > 4. Kontrak futures banyak yang cancel (karena harganya turun, > ngapain nebus > > di harga tinggi, kurang lebih mirip warrant) > > > > Sedangkan faktor positifnya: > > 1. Pajak ekspor turun > > 2. Produksi naik > > 3. Mudahan tahun depan inflasi turun jadi pupuk turun > > > > Sepertinya sentimen negatif lebih banyak yah.. :( > > > > Demikian komen singkat saya, mungkin bisa menjawab pertanyaan > BOZZnya Mbah > > kenapa harga minyak goreng ngga turun. Penyebab lainnya adalah > produsen > > lebih seneng jual di pasar internasional karena gainnya lebih gede > dibanding > > dijual di dalam negeri. > > > > > > Glossary: > > COGS=Cost of goods sold = biaya produksi > > IRR = Internal Rate of Return = Perhitungan pengembalian nilai > (yield) suatu > > investasi > > > > cmiiw > > > > Regards, > > DE > > > > Pak DE, > Analisis anda sangat bagus. > Untuk harga wajar dari CPO, menurut pak DE diharga berapa pak? > Bisakah kontrak futures dicancel? kalau kontrak futures bisa > dicancel apakah market features tidak jadi kacau, dan siapa yg > menanggung kerugiannya? > Mohon pencerahannya. > Terima kasih. > > > > > > ------------------------------------ > > + + > + + + + + > Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus > kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. > + + + + + > + +Yahoo! Groups Links > > > >