Assalamualaikum, ww.
Dunsanak yang barado dipalanta nan dihormati !
Menarik polemik antara sanak Ronald dengan dunsanak Harman, masing-masing
tergambar suatu kepentingan yang tak lain juga adalah kepentingan kita
bangsa Indonesia apalagi juga merupakan dukungan kita terhadap perjuangan
atau kepentingan agama dan kaum muslim didunia ini.

Ambo tidak akan memihak kepada pendapat atau opini kedua sanak diatas. Tapi
ambo sebagai yang bekerja di bidang pendidikan sangat setuju sekali bahwa
kita harus bekerja dengan program. Masing-masing partai yang berada di
negara kita ini saya rasa ada mempunyai program yang sama yaitu memajukan
dan mendahulukan kepentingan bangsa dan juga agama yang merupakan ciri khas
dari partai-partai agama, dan mempunyai pula program yang sama didalam
memajukan kepentingan agama terutama bagi kita yang bergama Islam. Tentu
bagi kita yang beragama Islam tidak akan menolak program ini sepanjang itu
adalah memajukan agama Islam serta pemeluknya baik di yang berada di
Indonesia maupun dalam bentuk solidaritas kita kepada umat Islam diluar
negeri dalam kerangka muslim itu adalah bersaudara.

Himbauan ambo adalah, senergikanlah program-program partai anda yang sama,
sehingga kerja berat ini dapat dilakukan dengan ringan kalau disinergikan.
Bangsa ini kembali di hargai dunia dan, cita-cita tinggal landas yang telah
di canangkan oleh Pemerintah Orde Baru dan hampir tercapai itu (dan telah
diporak porandakan oleh krisis moneter yang sengaja dilakukan oleh
negara-negara kapitalis yang tidak ingin Indonesia ini menjadi negara
produsen, malainkan mereka lebih senang Indonesia ini adalah negara
konsumen), dapat dilanjutkan dan betul dapat diujudkan.

Dulu kita tidak dapat menilai dan bahkan benci sekali kepada sistim
pemerintahan Orde Baru, karena belum ada pembanding !.
Tapi pada saat ini !, kita dapat menilai dan membandingkan, dari
pemerintahan pak Harto, pak Habibi, buya Gusdur dan biai Mega,
dimasa pemerintahan siapakah yang benar-benar berhasil dirasakan
oleh rakyat badarai ?, bagi guru-guru ?, bagi pegawai negeri ?
Dengan jujur saja saya pribadi dan mereka atau beberapa kawan-
kawan di sekolah dan di birokrasi dan rakyat badarai, mereka
menjawab yang berhasil memang pemerintahan Suharto !, dengan
alasanya sangat tepat yaitu :

1. Keamanan negara stabil dan terkendali, orang masih aman berjalan sampai
larut malam, tidak adak pajak atau uang aman dan uang takut lainnya dsb.
Walaupun diwaktu itu kebebasan berpolitik dan berpendapat tidak
dibolehkan, dan bagi yang menentangnya, di gebuk dan hilang malam.
Bagi rakyat kecil hal ini tidak masalah !, yang masalah bagi mereka
adalah sulitnya mencari uang untuk pembeli apa yang akan dimakan !

2. Pembangunan terprogram dan berlanjut (dapat kita lihat adanya program
Pelita I - V), sehingga banyak menyerap tenaga kerja. Walaupun dana yang
terserap untuk pembangunan pisik sesungguhnya adalah 30 %, Pada saat
sekarang ! memperbaiki dan memelihara yang ada saja tidak mampu, malah
 yang dikatakan rusak dijual saja !

3. Promosi jabatan di pemerintahan (Kepala Dinas, Kasubdin, kabag dan kasi)
terpola dan ada penjenjangan karir, walau akhirnya ada juga pakai uang.
Tapi sekarang promosi jabatan tsb. tidak ada aturan dan tidak bermoral tidak
mempertimbangkan jam terbang golongan pangkat serta jenjang karir seseorang
melainkan ditentukan oleh unag dan politik atau sanak-sanak
mereka yang ada di DPRD dsb. yang datang dari luar intansi dimana ia akan
ditempatkan, Pada hal mereka sesungguhnya tidak mengerti apa tupoksi dari
jabatan yang dipegangnya, karena jabatan esselon adalah jabatan teknis
yang harus dijabat melalui penjenjangan karir dan selain mengerti manajemen
juga mengerti pelaksanaan teknis. Sehingga, karena kebanyakan mereka di
promosikan lewat politis, terdapat pangkat dan golongan kepala
lebih rendah dari pangkat atau golongan bawahannya dan apabila bekerja,
tidak tahu apa yang harus dilakukan bahkan menyerahkan saja kepada
bawahan. Bagi bawahan yang sudah mempunyai jam terbang dan pangkat
atau golongan yang tinggi yang mempunyai dedikasi yang tinggi dan
menguasai teknis pula seolah-olah tidak mempunyai harapan lagi karena
jabatan yang akan ditujunya diisi oleh orang luar dari jalur politis yang
tidak ngerti teknis (itukah yang dinamakan bahwa KORPRI tidak
berafiliasi kepada PARPOL ?, dulu jelas Korpri berafiliasi kepada
Golkar sehingga penjenjangan karir jelas dan terpola, sekarang ?
entahlah !, masak Kepala Sekolah diangkat orang terdekat dari
bupati atau salah seorang anggota DPRD ?, yang tidak mengerti dengan
kurikulum ?, karena dulunya bekerja di Dinas Pasar dan Pekuburan ?.
Sekarang ada camat diangkat dari sarjana IAIN ?, apakah camat ini jabatan
politis ?. Pada saat sekarang ini Bupati dan Wali Kota tidak mempedomani
dan mengindahkan Kepmen tetang pengangkatan dan penjenjangan karir
dilingkungan pegawai negeri dan promosi jabatan, karena Pemda adalah
raja-raja kecil yang  membuat aturan tersendiri, tentu sesuai dengan tujuan
politik atau partai yang  mengantarkannya ke jabatan tersebut, maka
semua jabatan didalam Dinasnya adalah juga jabatan politik ? Itulah
pemikiran dunsanak kita yang duduk di DPRD yang sebahagian besar
berijazah SLTA dan bahkan banyak yang  mempunyai ijazah SLTA atau
SMA persamaan ?, yang sama sekali juga tidak  mengerti apa pekerjaan
di intansi teknis, mereka menyamakan PEMIMPIN dengan KEPALA !,
tidak sama Kepala Dinas, Kepala Sub Dinas, dan Kepala Seksi dengan
Pimpinan Partai, Pemimpin Ormas !.
Di era pemerintahan Orba anggota DPRD rata-rata dipilih dan disetujui oleh
pemerintah diwaktu itu adalah mereka yang loyal terhadap pemerintah tetapi
sangat ketat terhadap keahlian, jam terbang di birokrasi dan kridibiltas di
masyarakat serta ijazah yang dimiliki mereka !

4. Dulu, kalau sudah memegang jabatan seperti kepala sekolah atau jabatan
esselon pasti pensiunnya dijabatan yang sama, kalau tidak akan naik jabatan
atau esselon. Bagi mereka atau kepala sekolah yang tidak berhasil
di pindahkan jadi kepala sekolah ke daerah terpencil, demikian pula
sebaliknya, bagi kepala sekolah daerah terpencil yang berhasil di orbitkan
ke sekolah yang berada dikota, masih berhasil lagi di pindahkan jabatan
struktural di Dinas Pendidikan atau Kandepdikbud. Maksudnya tidak pernah
terjadi apabila seorang pejabat esselon atau kepala sekolah diberhentikan,
kemudian jadi guru atau staf biasa,.apabila tidak melakukan kesalahan yg
sangat fatal. Sekarang jabatan esselon atau teknis mempunyai masa tertentu
(kayaknya jabatan politis atau anggota DPRD), dan belum tentu sesudah itu
akan menjadi pejabat !

5. Pada era pemerintahan Suharto, memang Korupsi merupakan hal yang lumrah
sampai kepada pada pejabat tingkat kelurahan. Tapi sekarang tidak hanya
lumrah lagi malah luar biasa ! Tidak hanya saja pejabat yang korupsi !
rakyat dan wakil rakyat pun korupsi ! Yang lebih tragis lagi, korupsi yang
dilakukan oleh pejabat dan wakil rakyat lebih besar dari yang dilakukan oleh
pejabat dimasa Orba yang lalu, karena mereka beralasan "MUMPUNG ?!" kita
masih menjabat !. Dan jabatan ini belum tentu berlanjut sampai pensiun !?,
dan kelanjutan jabatan ini tergantung pula pada dunsanaknya yang
mengorbitkannya !.
Berhenti dunsanaknya tsb. pudur pulalah jabatannya !

6. Pada masa Orba Pegawai negeri yang pensiun dapat naik haji dengan uang
Taspen !,
Sekarang uang Taspen yang diterima oleh pagawai pensiun sebesar Rp.
8.000.000,-  itu apakah cukup untuk naik haji ?

7. Setiap tahun pemerintah Orba mengangkat pegawai negeri, membuka lapangan
kerja, walaupun itu dalam rangka politis memenangkan Golkar, tapi bagi
rakyat dirasakan sebagai salah satu upaya menggaji rakyat, seperti yang
dulakukan oleh negara kaya di Timur Tengah yang seluruh rakyatnya diberi
gaji !. Sekarang pemerintah tidak dapat mengangkat pegawai negeri dalam
rangka untuk menggaji sebahagian rakyatnya !?

8. Mengenai hutang ke luar negeri ? tidak ada bedanya malah semakin besar !

Maka dari opini saya diatas kepada dunsanak yang mempunyai kendaraan
politik, marilah dan sinergikanlah program anda ! Yang pasti !, setiap
partai ada program yang sama untuk bangsa, negara dan agama. Sinergikanlah
program dan pelaksanaannya untuk kemajuan bangsa dan agama ini, sehingga
pemulihan ekonomi bangsa kita ini cepat tercapai !.

Ambo melihat masalah ini disisi atau sudut pandang dari bawah dari
kepentingan rakyat kecil !, bahwa pemerintahan Orba (Pak Harto) itu yang
rusak, kalau diibaratkan kepada kursi, yang rusak itu adalah sandarannya,
kenapa pemerintah sesudahnya, seperti pemerintahan buk Mega memperbaikinya
malah ditanggalkan atau dibongkarnya keseluruhannya ?, kemudian dipasang
kembali, sandaran yang rusak tadi tidak bertambah baik, malah menjadikan
seluruh kaki kursi yang diperbaiki itu goyang ? dan tidak enak diduduki !

Mudah-mudah pemerintahan SBY sekarang ini dapat mempelajari strategi dan
sistim pemerintahan Orba yang telah baik dan membuang strategi atau sistim
pemerintahannya yang tidak baik, janganlah kita bergerak atau mulai dari
nol !, karena pemerintahan sebelumnya telah berjalan sekian ribu
kilometer !. yaitu 30 tahun, tentu di dalam pemerintahan yang 30 tahun
ini ada subsistim yang baik yang masih dapat dipakai dilanjutkan dan
dimodifikasi !

Lanjutkanlah strategi dan sistim pemerintahan Orba (pak Harto) yang telah
baik itu. Tukar atau perbaiki sistim pemerintahan yang tidak baik.
Mudah-mudahan cita-cita Indonesia aman dan makmur ini tercapai !,

Banyak maaf, wassalam.
Z. Rky. Mulie.






















____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke