Dear Bung Rosadi,

Saya tidak yakin kalau pesta itu a la Barat.  Sebab sudah nenek-nenek di
sini (US-red), saya belum pernah melihat acara semacam itu di expos di
publik.  Biasanya acara yang agak gila-gilaan, menurut ukuran orang
timur, dilakukan di pantai. Kalau di US tempat paling terkenal itu NY,
CA, atau FL.  Ada beberapa tempat yang mempresentasikan acara-acara yang
berkategori liar dan sangat liar di nightclubs.  Tapi ini tertutup untuk
umum. Pengujungnya terbatas anggota dengan tanda pengenal.

Menurut saya,  anak-anak Indonesia tidak sedang mengikuti gaya barat.
Mungkin saja mereka kurang memiliki agenda yang lebih inovative and
creative. Tidak bisa disalahkan juga posisi mereka.  Rangkaian budaya
politik kita yang terlalu kaku telah membatasi remaja Indonesia untuk
mengekspresikan diri mereka baik di sekolah maupun di masyarakat.
Tengok saja kurrikulum sekolah dan organisasi-organisasi sosial.
Anak-anak Indonesia hanya diajarkan dua hal: pertama, ideology Pancasila
dan kedua, cari koneksi untuk jadi pegawai nanti.

Nah mungkin saatnya kita memikirkan apa yang terbaik untuk pendidikan
generasi muda Indonesia. Biar mereka bisa menciptakan acara yang lebih
'beradat.'


thank you,

ida



>From: Mohammad Rosadi <[EMAIL PROTECTED]>

>
>Satu lagi problem besar buat Indonesia..."generasi stress dan
pemboros".
>
>Ada yang mau kasih komentar..???????????
>
>======================================================================
>
>
>            GATRA:PESTA ANAK MUDA
>
>                Gila-gilaan Mandi Oli
>
> Acara berbau Barat makin digemari anak-anak muda  Jakarta.
>Mudah-mudahan tak menjalar ke daerah.
>
> LAKI-laki dan perempuan itu bergulat di tengah arena oil wrestling
> berukuran 6 X 6 meter. Badan mereka berselimut pakaian ketat
>mengkilat berlumur minyak. Tanpa malu-malu, mereka bergumul,
>berguling-guling dilantai. Sementara itu, di arena lain, banyak yang
>asyik berjingkrak-jingkrak ditengah busa-busa yang beterbangan.
>Begitulah suasana "Pall Mall Bubble Party" yang digelar di Bengkel
>Night Park, Jakarta, akhir tahun lalu.
>
> Pesta-pesta macam begitulah yang kini digemari "anak-anak gaul".
>Gawatnya,kegemaran melakukan hal-hal berbau Barat itu makin
>menggejala. Sedikitnya ada lima acara heboh berbau Barat yang digelar
>di sejumlah kota besar Indonesia. Mulai Valentine's Day, Halloween,
>message party, sampai bubble party yang terhitung baru. Dan semua
>digandrungi. Jumlah pengunjung "Pall Mall Bubble Party" mencapai  8.000
>orang.Sampai-sampai, banyak anak muda yang tak dapat masuk ke  dalam
>arena yang berdaya tampung 6.000 orang itu. Padahal bagi kaum  muda
>kalangan menengah, tiket masuk seharga Rp 20.000 dinilai cukup  mahal.
>Digilainya acara-acara macam ini juga terlihat saat Fashion  Cafe,
>Jakarta, menggelar "Lucky Strike Message Party". Di acara yang
>diselenggarakan berbarengan dengan Valentine's Day alias Hari Kasih
>Sayang, pertengahan Februari lalu,jumlah pengunjung mencapai 2.000
>orang.
>
>  Berjubelnya peminat acara-acara tersebut tampaknya tak lepas dari
>minimnya minat anak muda terhadap acara lokal yang begitu-begitu saja.
>Wayang kulit,misalnya, diakui atau tidak, jelas tak punya gereget bagi
>generasi out of the box ini. Mimpi-mimpi dan keinginan liar mereka yang
>terpendam, tak mungkin bisa diekspresikan cuma dengan melihat sang
>dalang beraksi. Sebaliknya,kebutuhan mengekspresikan diri secara bebas
>itu bisa disalurkan lewat acara-acara berbau Barat yang lebih funky dan
>mampu memenuhi fantasi mereka.
>
> Di "Pall Mall Bubble Party", misalnya, para kawula muda bisa bermain
>"gila" apa saja. Bebas! Begitu melewati pintu masuk, mereka bebas
>memilih permainan yang tersedia. Mulai mandi busa atau gulat, silakan.
>Tinggal mengenakan pakaian superketat yang disediakan panitia. Ingin
>tubuh dihiasi tato, tinggal mengunjungi corner body painting. Dan masih
>banyak lagi permainan yang ditawarkan. Pokoknya, bebas! Seru! Bahkan
ada
>acara kontes yang mengejutkan. Bagaimana tidak. Para peserta kontes
>boleh dibilang nyaris telanjang. Sehingga pesta yang bebas dan seru
>berubah menjadi rada saru.
>
>Lain lagi pergelaran "Lucky Strike Message Party" di Fashion Cafe. Di
>acara ini, pengunjung bebas menyurati siapa saja yang ditaksirnya.
>Dengan tiket Rp 35.000, mereka berhak mendapat satu paket berisi, buku
>kecil yang akan ditulisi pesan dan nomor peserta. Nomor ini menjadi
>identitas pengunjung dan bagian penting dalam permainan itu. Lewat
nomor
>itulah, para pengunjung dapat dikenali lewat pesan-pesan yang dikirim
>atau diterimanya.
>
>Bagi yang ingin menyampaikan pesannya, cukup menulis pesan dan nomor
>orang yang diincarnya. Sebuah layar besar akan mempertontonkan nomor
dan
>pesan-pesan yang dianggap unik dan lucu. Pemenangnya mendapat hadiah
>tiket menonton pembalap Formula I Jacques Villeneuve dari Tim Lucky
>Strike berlaga di Australia.
>
>Minat kaum muda Indonesia pada berbagai hal yang berbau Barat bisa jadi
>bersifat temporer. Sebagaimana halnya tarian breakdance yang pernah
>mewabah awal tahun 1980-an. Acara bubble party yang di negara
>asalnya,Amerika Serikat, dikenal dengan sebutan wetsuit party atau wild
>jungle itu pun merasuki kehidupan "anak-anak gaul" Indonesia. Entah
>sampai kapan.
>
>Tinggal, para orangtua, yang dulu pernah bangga mengenakan celana ketat
>menari twist, mengelus dada. Mereka cuma bisa berharap agar
anak-anaknya
>tidak larut oleh budaya Barat yang usianya cuma semusim itu. Kalau
>ketularan Valentine's Day yang kini sudah menjalar sampai kota-kota
>kecil, tak jadi soal. Tapi, jika sampai ketularan mandi oli, bisa
>repot.Lagi pula, acara pesta seperti itu bisa mengundang kecemburuan
>sosial di saat sulit seperti ini, sebagaimana diakui Dandan Hamdani,
>Manajer Humas dan Pemasaran Bengkel Night Park. "Tapi, kami cuma
>memanfaatkan orang-orang yang dilanda stres di masa sulit seperti ini,"
>kata Dandan kepada Aryananda dari Gatra. Tanggapan senada juga
>diungkapkan Ismutia Rahmi. Kepala proyek acara "Lucky Strike Message
>Party" ini membidik orang-orang mapan sebagai sasaran promosinya. "Kami
>menggelar acara ini memang untuk mereka," ujarnya kepada Aditya
>Wicaksono dari Gatra.
>
>Dan yang terkena bidikan itu adalah cewek bernama samaran Ina. Pelajar
>SMU Sumbangsih ini sampai berbohong kepada maminya, agar bisa hadir di
>message party itu. "Rugi lho nggak dateng. Gue bisa kenalan sama lima
>cowok berbeda," tutur cewek yang mengendarai mobil BMW warna merah
>itu. Perasaan serupa juga diutarakan Karina, yang menikmati acara
>tukar-tukaran pesan itu. "Bawaannya seneng aja," kata mahasiswi berusia
>23 tahun yang menghabiskan dana sekitar Rp 250.000 malam itu.
>
>                Wilis Pinidji
>
>
>
>Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>

Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Reply via email to