Allooo bung Patiwael dan mas Joko.....,
Saya mau ikutan nimbrung diskusi bareng anda berdua..., siapa tau ada
hal-hal yang bisa jadi masukan bagi kita semua.

>Mas Djoko,
>tenang mas, saya ngga bakalan segalak preman-preman ambon didaerah
>ketapang, yang mungkin sekarang sudah kapok galak-galak thd penduduk
>sekitar.
>Kok penjabaran atau pembelaan yang anda tulis mengenai Adi Sasono tidak
>seperti yang sering saya baca atau saya dapat informasinya.
>Benar-benar bertolak belakang, ibarat bumi dan langit,
>Mungkin anda belum membaca koran kompas atau suara merdeka,
>keterlibatan AS dalam Pam Swakarsa, Kisdi, etc....
>cuma memperjuangkan umat islam? tanyakan sendiri kepada AS dalam
>keterlibatan beliau di Kisdi, pendirian kembali SI,

Sekedar berbagi informasi, sepengetahuan saya istilah PAM Swakarsa itu
sendiri hanyalah nama yang diberikan masyarakat atas sekelompok orang
yang ingin mengamankan SI kemaren.., jadi bukan organisasi Formal.
Sedang kelompok yang disebut PAM Swakarsa itu sendiri terbagi 2, satu
yang dibentuk pemerintah (anggotanya kebanyakan preman), dan kelompok
satu lagi dibentuk atas inisiatif beberapa ormas Islam yang ingin
membantu pemerintah mengamankan SI (terdiri dari para Santri,pelajar
sekolah Islam, dan mahasiswa).
Kemudian Tentang KISDI. Saya terus terang tidak faham mengapa banyak
sekali berita yang mendiskreditkan KISDI. Setahu saya, KISDI selama ini
telah banyak sekali membantu menyuarakan kepentingan Umat Islam, sesuai
dengan misinya.Sumbangan KISDI yang paling besar bagi Umat Islam, adalah
ketika membangkitkan semangat dan solidaritas atas perjuangan kaum
Muslim di Bosnia dalam menghadapi orang-orang serbia yang kejam, dan
juga membantu pengumpulan dana untuk kaum muslimin di Somalia yang
menderita kelaparan. Kalaulah sikap KISDI terkesan agak vokal belakangan
ini, tak lain karena adanya usaha-usaha dari kelompok tertentu untuk
memaksakan kehendak. KISDI hanyalah satu dari sekian banyak ormas Islam
yang menentang kelompok pemaksa kehendak ini. Terus terang pada saat
gerakan reformasi awal bulan Mei lalu, saya kebetulan berada di gedung
MPR/DPR, bersama-sama dengan rekan-rekan mahasiswa UI dan mahasiswa dari
berbagai universitas ternama. Pada saat itu saya menyaksikan sendiri ada
beberapa kelompok mahasiswa dan ormas tertentu yang selama ini tidak
terdengar namanya, tiba-tiba maju ke podium dan meneriakan slogan-slogan
yang sangat keras dan radikal. mereka bertindak seolah-olah sebagai
satu-satunya pejuang reformasi yang telah berhasil menumbangkan orde
baru. Kata-kata kasar dan keji senantiasa keluar dari mulut mereka...,
kata-kata yang seharusnya tidak pantas diucapkan oleh seorang MAHASISWA.
Informasi tentang apa dan bagaimana sebenarnya KISDI, akan saya uraikan
di tulisan saya yang berikutnya, sesuai dengan pengalaman pribadi dan
informasi yang saya dapat.


>tidak seextrim? mungkin, karena Malcolm X telah dibunuh oleh
>extrimist kulit putih, extrimist yang dibunuh oleh sesama extrimist
juga.
>Well, saya yang telah mengambil American History selama 2 tahun di High
>School sini juga masih bingung, apa karena sekolah saya kebanyakan All
Whites
>in All Whites Neighborhood, with my White History Teacher who trying to
teach
>All Whites History to a non White student.
>Sama seperti di Indonesia kan, PMP, PSPB, Sejarah dan Agama hanyalah
>merupakan program cuci otak-nya Orde Soeharto, yang hasilnya adalah
yang
>seperti kita liat:
>Kebencian thd Tionghoa, bunuh sana-sini, penggal sana-sini, rusak
>,perkosa, bunuh, bakar sana-sini.
>Ini bukan hanya yang Islamnya saja, yang kristennya juga ikut
terjangkiti
>contohnya di Kupang, Bangsa yang sudah hilang moralnya...yaitu bangsa
>kita sendiri...
>Terima Kasih kepada Bapak Pembangunan, warisan yang kau tinggalkan
>benar benar bermanfaat, yaitu: Kehancuran Massal dari Bangsa ini.
>
>What a christmas gift....Terima Kasih sekali lagi kepada Bpk. Suharto.


Yah begitulah bung patiwael..., Soeharto memang telah meninggalkan
berbagai persoalan bagi kita semua, persoalan yang maha besar yang
mungkin dapat mengakibatkan hancurnya negara dan bangsa yang kita
cintai. Namun saya optimis dengan usaha keras dan kerjasama kita semua,
kita dapat menyelamatkan bangsa dan negara ini dari kehancuran.Insya
Allah.....

Oh ya... soal Adi Sasono, saya rasa kita harus melihat perkembangan
lebih lanjut. Untuk menyebut menteri kita yang satu sebagai rasis,saya
kita perlu pembuktian lebih lanjut.Mengenai sikap dan komentarnya yang
cenderung memojokkan etnis tionghoa, bisa jadi itu merupakan ungkapan
kekecewaan dan kemarahan pak Adi Sasono atas keserakahan dan keangkuhan
para konglomerat yang mayoritas etnis tionghoa,yang telah
memporak-porandakan perekonomian Indonesia dan memiskinkan rakyat. Terus
terang saya sendiri juga sangat MUAK dengan kelakuan dan tindak-tanduk
beberapa orang etnis tionghoa selama ini, suatu perasaan yang mungkin
juga dirasakan oleh rekan-rekan yang lainnya(ngaku deh....). Jujur saja
kadang dulu  saya suka mengumpat mereka dengan kata-kata seperti "CINA
BRENGSEK" atau "DASAR CINA", karena kelakuan oknum-oknum Tionghoa yang
angkuh dan selalu menghalalkan berbagai cara dalam berbisnis.Namun apa
lantas saya juga bisa disebut sebagai seorang RASIS karena mengucapkan
kata tersebut..???? belum tentu dong,karena dalam kenyataannya saya juga
punya banyak temen dari kalangan etnis tionghoa, baik di lingkungan
tempat tinggal,kampus, dan lingkungan tempat bekerja di
Jakarta.Kata-kata umpatan saya kepada Oknum-oknum tionghoa itu BUKAN
berarti saya benci kepada Etnis Tionghoa, tapi karena kebencian saya
pada tindak-tanduk mereka.Lah wong temen saya yang etnis tionghoa saja
kalau benci sama orang-orang seetnisnya sendiri juga bilang "CINA
LO"..., lucu khan..?
makanya bung Patiwael dan mas Joko or rekan-rekan yang laen..., kita
tunggu aja deh perkembangan dari "soal" pak Adi Sasono ini..., siapa tau
maksud tindakan beliau itu sama seperti yang maksud saya. Kalau memang
begini.., kan dosa kita menuduh orang baik-baik sebagai rasis...., jadi
kita tunggu aja ya......


Salam

Mohamad Rosadi
>Andrew Pattiwael
>The Military College of Vermont
>Norwich University Corps of Cadets
>
>
>
>On Fri, 25 Dec 1998, djoko raharto wrote:
>
>>
>> Kalem Mas Patiwael
>> Saya tidak tahu pasti siapa AS, dan saya tidak ingin mengaitkan
dengan
>> agama (terlalu kompleks). Cuma saya sering membaca misinya terutama
di
>> dalam membela ekonomi rakyat. Apa yang saya tahu tentang AS adalah
tidak
>> lebih sebagai pemilik LSM (kalau tidak salah LP3ES) yang
memperjuangkan
>> perkembangan ekonomi orang-orang awak (terlepas dari masalah agama).
>>
>> Menurut saya dugaan anda bahwa AS cuma memperjuangkan ummat Islam itu
>> adalah salah, dari mana dugaan anda itu timbul?.
>> Perlu diketahui bahwa Adi S tidak langsung memberikan kredit lunak
>> kepada nasabah. Pemberian kredit lunak tetap melalui mekanisme kredit
>> yang sehat (perbankan), yang dalam hal ini mempertimbangkan 5C dan
>> terlepas dari agama yang dianut. Sepanjang penerima kredit layak, ya
di
>> ACC apapun Agamanya dan Tuhannya.
>> Sekali lagi AS tidak berhak memberikan kredit, apalagi memakai uang
>> negara.
>> Dan saya berani menjamin bahwa didalam pemberian kredit lunak KKPA,
KUT,
>> KKUD, KPIR, KDBUMN diberikan atas dasar kelayakan dan bukan agama
yang
>> dianut.
>>
>> Note : - Saya sudah nonton film Malcom X (2x), saya kira ybs tidak
>> se-ekstrim yang sdr gambarkan.
>>          Malcom X hanya dendam kepada orang Putih (KKK), yang
>> nyata-nyata menganiaya kaumnya, termasuk membunuh bapaknya.
>> Salam Hormat,
>> Tuan Joko he..he..
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> >
>> >Tuan Djoko,
>> >
>> >Apakah itu tokoh yang anda bela (Adi Sasono) boleh juga berbuat
>> >sekehendak hati, dengan membentuk istilahnya Black Extrimist contoh
>> >Pam Swakarsa, seperti di Amrik yang menghalalkan segala cara demi
>> membawa
>> >persamaan hak antara non pribumi dan pribumi? Atau teriak-teriak di
>> >media singapore menuduh cina-cina singapur tidak toleran thd
perubahan
>> >ekonomi yang ceritanya harus sesuai dengan Adi punya keinginan?
>> >Atau ketidak pedulian adi thd permerkosaan thd kaum wanita etnis
cina?
>> >dengan menuduh balik bahwa hal yang sama juga sering dilakukan oleh
>> >para tauke-tauke di singapur thd pembantu asal indonesia?
>> >
>> >Setahu saya Adi juga hanya mewakili satu golongan, yaitu golongan
>> >pedagang muslim? correct if i'm wrong...apakah tidak ada pedagang
>> >non muslim yang juga butuh bantuan?
>> >Saya melihat Adi hanya mewakili golongan yang saya sebut
>> >Syarikat Islam.
>> >
>> >Bukankah perjuangan melawan rasisme di Amerika saja, tidak bisa
>> >dilakukan dengan cara Extrimist macam Malcoml X (contoh Adi Sosono)
>> >tapi dibutuhkan juga cara Martin Luther King (kalau bisa sebutkan
>> >tokoh Islam yang dapat disamakan dengan Mr. King di Indonesia, yang
>> menurut
>> >saya sampai saat ini sulit ditemukan)
>> >
>> >
>> >
>> >Andrew Pattiwael
>> >The Military College of Vermont
>> >Norwich University Corps of Cadets
>> >
>> >On Thu, 24 Dec 1998, djoko raharto wrote:
>> >
>> >> boleh tahu nggak mana difinisi yang benar tentang racist :
>> >> menurut saya :
>> >>
>> >> Racist adalah klan atau kelompok suku bangsa tertentu yang
menganggap
>> >> lebih tinggi kedudukannya dan menganggap klan lainnya lebih
rendah.
>> >>
>> >> Kalau kasusnya orang/klan  yang menuntut keadilan terhadap
>> klan/kelompok
>> >> lain yang selama ini merasa lebih tinggi dan mengganggap klan yang
>> lain
>> >> lebih rendah, bahkan dalam banyak kasus mereka cenderung merugikan
>> >> klan/kelompok yang lain, apakah ini juga disebut racist?
>> >>
>> >>
>> >>
>> >> >
>> >> >Bacaan bagus, mungkin bisa kita pahami sedikit kehidupan menjadi
>> >> seorang
>> >> >keturunan, bukan dari kacamata ala Adi "Racis" Sasono, ala
empunya
>> toko
>> >> di
>> >> >Glodok, Senen, Kelapa Gading, dan Pasar Mesteer, bukan dari
>> keglamoran
>> >> >keturunan macam Liem Sioe Liong di Gunung Sahari,
>> >> >Mari kita coba rasakan dan pahami, gimana sih jadi Cina itu
>> sebenarnya,
>> >> >jangan muluk-muluk, tinggal di Pondok Indah, pemilik perusahaan
>> >> >konglomelorot plus kkn dengan anak-cucu Soeharto, sekolah di
pelita
>> >> >atau di Amerika sini,
>> >> >tapi cukup hanya dengan berdagang seadanya, tinggal membaur
dengan
>> >> >sesama pribumi, menyekolahkan anak-anak di sekolah negeri,
kendaraan
>> >> >transportasi hanyak mikrolet dan ojek.
>> >> >Kasihan mereka, yang cina kaya sih gampang, lari keluar negeri,
>> amerika
>> >> >juga mau terima, asal dollar nya mencukupi bayar pajak. lha
>> >> >yang cina miskin kebanyakan, malah di palakin, rumah dibakarin,
>> >> >anak perawannya di perkosaiin, keluar diteriakin atau diancam.
>> >> >coba bayangin sedetik deh...gimana sih jadi cina itu, atau gimana
>> sih
>> >> >jadi minoritas itu, sama seperti gimana jadi Arab Muslim di
Amerika
>> >> >yang katanya mayoritas Kristen itu.
>> >> >
>> >> >Hanya sebuat renungan menjelang natal.
>> >> >
>> >> >
>> >> >Andrew Pattiwael
>> >> >The Military College of Vermont
>> >> >Norwich University Corps of Cadets
>> >> >
>> >> >
>> >> >Harassment of Spouse, Children Chills Jakarta Mixed Marriage
>> >> >
>> >> >By Keith B. Richburg
>> >> >Washington Post Foreign Service
>> >> >Wednesday, December 23, 1998; Page A19
>> >> >
>> >> >JAKARTA, Indonesia-Yunita L. Riana doesn't consider herself a
>> >> >revolutionary. But 11 years ago, she committed what for many in
>> >> >Indonesia's indigenous population might be considered an act of
>> >> >revolutionary proportions: She fell in love with, and married, an
>> >> >ethnic Chinese man.
>> >> >
>> >> >She was 17 when she became involved with Paul Tenggana, who is 10
>> >> >years her elder. Her relatives were aghast. His wealthy family
was
>> not
>> >> >much better. They opposed the marriage, and still, she said, "I
do
>> not
>> >> >get along with his family."
>> >> >
>> >> >But what has been worse for her has been the insults, the
threats,
>> and
>> >> >the constant harassment she faces living as part of a mixed
couple
>> in
>> >> >ethnically divided Indonesia. Every day, she said, she fears for
the
>> >> >safety of her two young sons.
>> >> >
>> >> >She described how even driving down the street in the family car
can
>> >> >be a traumatic experience. "Every time we go anywhere, and my
>> husband
>> >> >makes a little mistake driving, people say, 'Chinese! Stupid
>> Chinese!
>> >> >I'll burn down your house.' "
>> >> >
>> >> >"I get so depressed," she said. "Every time the same thing. 'I
will
>> >> >burn down your house!' 'I will burn your car!' 'I will kidnap
your
>> >> >children!' " She stopped briefly, tears welling in her eyes, her
>> voice
>> >> >softly breaking as she tried to continue.
>> >> >
>> >> >"I'm very upset," she said at last. "It's always been that way.
But
>> >> >now, since May, it's become more frequent. If I have a problem
with
>> >> >one of the housekeepers and I have to scold them, I think twice
-- I
>> >> >don't want them to do anything stupid because this is a Chinese
>> house.
>> >> >They might burn the house or kidnap the children, because it's a
>> >> >Chinese house."
>> >> >
>> >> >Her story gets worse. Lately, since the riots of May, people have
>> been
>> >> >showing up at her front door every week, demanding money. And of
>> >> >course she gives the money, because she is afraid. "I've become
like
>> >> >Santa Claus," she said.
>> >> >
>> >> >Not even the children are immune; young neighborhood toughs have
>> >> >showed up at the gates of her eldest son's Catholic junior high
>> >> >school, deriding the Chinese children for being rich in poor
>> >> >Indonesia, and demanding cash.
>> >> >
>> >> >She said it was love that drove her to marry Paul, when she was
just
>> >> >21. But now at 32, what love there was has been worn down by the
>> >> >constant struggle. "If I had a second chance," she conceded, "I
>> >> >wouldn't marry a Chinese. No way. It's too much trouble. Right
now,
>> I
>> >> >think love is stupid. I'm worried about my sons' safety."
>> >> >
>> >> >"I do have regrets," she said, gently weeping. "I cannot talk to
>> >> >anyone -- not my husband, not my sons, because I don't want them
to
>> >> >feel bad about being Chinese. I keep it in my heart."
>> >> >
>> >> >She has applied for a job in Ireland, in the tourism industry.
But
>> she
>> >> >knows her husband will not go, because even with the harassment
and
>> >> >threats, he feels he belongs here.
>> >> >
>> >> >"He says, 'I was born here, my parents were born here. I don't
even
>> >> >know where China is. I have an Indonesian passport,' " she said.
But
>> >> >of her husband's patriotism, "It's crazy," she said, "stupid."
>> >>
>> >>
>> >> ______________________________________________________
>> >> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>> >>
>> >
>>
>>
>> ______________________________________________________
>> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
>>


______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Kirim email ke