HA HA HA, eh...tetap enggak keselek juga tuch. Moko itu sudah marah, banyak orang 
tersinggung sama
sifat rasialis bung. Mestinya intropeksi, jangan ngelawan terus. Malu kenapa?? Kok 
malah nuduh
minder?? Kalau panas, minum es krim :)

FNU Brawijaya wrote:

> Oooooo bunder........ ketawanya nggak usah keras-keras entar keselek...
> Hehehe.... jadi panas nih? Lha wong ane kalem-kalem kok ente sibuk sendiri sih?
> Jadi kemarin njawab posting ane juga dengan hati panas nih? Hehehe..... lucu deh.
>
> Nyante aja kenape.... entar jantungan.... Kok komentar Bung Dodo jadi ukuran itu
> gimana tho? Entar dulu tho...kok dibilang "Dodo saja...," ada alasan tertentu?
> Yang namanya berantem kan artinya saling hantam, artinya perlu dua pihak.
> Kalo ane diem saja lalu ente mukul, itu namanya pemukulan. Hehehe.....
> Analisanya gimana tho? Eh, analisis... kok ikut-ikutan ngeliru sich.... , eh sih.
> Kalo sich bacanya mesti kayak orang keselek....
>
> Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja kalo
> dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo mau diplesetkan
> untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun kita mau bikin bener.
>
> Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, tidak terbatas di kalangan cina.
> Dalam berinteraksi juga dipake. Para petani penggarap menyebut pemilik sawah
> juga menyebutnya 'tauke', mau beli pupuk di toko, si pembeli memperbahasakan
> penjual toko juga dengan 'tauke'. Istilah ini mempunyai arti sebagai 'bos'.
>
> Contoh lain adalah istilah 'enci' atau 'encik'. Walaupun tadinya punya arti sebagai
> saudara perempuan, dalam pemakaian di masyarakat (paling tidak di Jateng dan
> Jatim), digunakan untuk memperbahasakan wanita baik yg muda dan tua, asalkan
> keturunan cina ya seperti itu dipanggilnya. Apakah yang dipanggil marah? Wah,
> tidak tuh. Ndak percaya ya silakan buktikan sendiri. Nah, hal yang sama digunakan
> untuk 'engkoh' atau 'koh' atau 'kokoh'. Juga 'engkong' atau 'kongkong'.
>
> Lha wong yang keturunan cina dipanggil gitu nggak marah kok sampeyan pada
> marah. Rak lucu.... Lha itu tetangga ane yang jualan material juga ane panggil
> 'cici' tuh. Ane panggil demikian si empunya badan malah senyum-senyum kesenengan,
> ane dikasih paku lebih banyak...hehehe... Ndak perlu kayak sampeyan lalu adu itit,
> eh, otot. Makanya ane lalu protes lha kalau kita nggak boleh pake istilah-istilah 
>itu,
> ya anda nggak boleh pake istilah 'mas'. Adil tho? Lagi pula ane ndak tahu apakah
> ente nyebut 'mas' itu dengan maksud yang benar atau tidak. Apakah ada maksud lain
> atau tidak. Nah, repot kalau gini tho?
>
> Conto lain...misal bisa saja ane panggil ente Bang Blucer. Kalo pikiran ente udah
> negatif bisa-bisa ente nggak mau juga. Kenape? Lha enter ente ngira 'bang' itu
> kepanjangan dari 'bangkong'. Repot tho? Hayo ngomong apa lagi.... kalo panas ya
> salah sendiri.....wong ane ngetik sambil asyik nonton tipi kok ente pake panas
> segala..... kompor 'kali....hehehe.....
>
> '-------------------------------------------------------
> Blucer Rajagukguk wrote:
>
> > ha ha ha, 10 orang sich sedikit. Coba sebutkan argumennya kenapa jaya samakan 
>pemakaian tauke
> > dengan mas?
> > Sudah jelas ribut kok dibilang enggak ribut? Dodo saja komentar apalagi ketemu 
>muka bisa
> > berantem kali. Ini menunjukan bahwa orang lain menganggapnya sudah ribut. Kalau 
>semua hal pake
> > pikiran sendiri, logika sendiri, yach jelas enggak ketemu. Satu restaurant bilang 
>ayamnya enggak
> > enak, bisa saja kita sendiri bilang ayamnya enak, namanya juga pikiran sendiri. 
>Minder sama
> > ente?? ha...ha...ha, jadi geli sendiri. Amit-amit banget sich analisanya, kok 
>bisa-bisanya gue
> > minder sama ente.
> >
> > FNU Brawijaya wrote:
> >
> > > Ya jelas mesti ngeles dong. Kalo punya argumen apa salahnya.
> > >
> > > Lho yang begituan itu digolongkan sebagai ribut tho? Baru tahu...... Pengalaman 
>ane
> > > ada cuman sedikit, tapi kalau merasa paling pengalaman tentu tidak lah...
> > > Jadi ente nggak perlu minder gitu dong. Kalau mau nerusin polemik kita ya monggo 
>dong.
> > > Tapi kalau mau ngikut dg gaya Helson ya kita terima saja. Susah amat.... Okay 
>kalau
> > > mau diulang lagi ribut beberapa bulan yg lalu juga boleh. Mari....mari....toh 
>ingredient-nya
> > > kan sama yaitu:
> > > - Helson Siagian: pentolan tanpa opini sejak 1918 (saingannya Ny Meneer).
> > > - Vincent Sitinjak: cuman komentar dikit-dikit biasanya, nggak tahu kalo lewat 
>japri.
> > > - Blucer Rajagukguk: kelihatannya bawa azas opini vs opini, tapi kalo Helson 
>muncul
> > >                  baru kelihatan kalo belum lepas dari gaya versi Helson tadi...
> > >
> > > Nah, Helson mengklaim ada 10 orang, muncul dong ke permukaan.... Kita pengen tahu
> > > deh....
> > >
> > > Yak, babak baru kita mulai. Nah, gimana nih Helson, katanya ada yg punya usul dg
> > > "cara"-nya itu?
> > >
> > > '------------------------------------------------------
> > > Blucer Rajagukguk wrote:
> > >
> > > > Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, 
>tahu segala
> > > > macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama 
>netters,
> > > > walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
> > > > Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.....gue....he..he..:
> > > > Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
>sendiri
> > > > tidak terasa.
> > >
>
> --
> Salam,
> Jaya
>
> --> I disapprove of what you say, but I will
>     defend to death your right to say it. - Voltaire
>
>                \\\|///
>              \\  - -  //
>               (  @ @  )
> ------------oOOo-(_)-oOOo-----------
> FNU Brawijaya
> Dept of Civil Engineering
> Rensselaer Polytechnic Institute
> mailto:[EMAIL PROTECTED]
> --------------------Oooo------------
>            oooO     (   )
>           (   )      ) /
>            \ (      (_/
>             \_)

Kirim email ke