>On Thu, 29 Jul 1999, Yusuf-Wibisono wrote:
>
>|o| Di kota-kota lain juga (yg tdk seaneh Ambon dan Jkt)
>|o| kayaknya juga pelajar jarang banget tawuran.
>|o| Nah, kalo dari (fakta) ini bisa timbul pertanyaan:
>|o| sebetulnya ada apa dg anak-anak Jakarta?
>
>Anak jakarta kan tinggalnya di Ibukota ;-)
Yw: Tinggalnya di ibukota? Kelelerannya di sekitar ibukota
gitu maksudnya? (Soalnya tinggalnya banyakan di Bekasi,
Depok, Tangerang, dan daerah-daerah kumuh lainnya...
He, he, he... jangan ada yg tersinggung. It was a joke ;-).
>Sewaktu saya masih jadi pelajar, adanya satu persamaan (pola) kalau ada
>tawuran:
>+ Sekolahnya itu2 saja yg berantem
Yw: Utk mencegahnya, nama sekolah mungkin bisa diubah sebulan sekali. ;-)
>+ Tempat kejadian biasanya dekat dgn terminal atau tempat pertemuan bis
>lainya.
Yw: Di bis mungkin perlu ada tambahan tulisan: sesama bis, dilarang
saling bertemu! (Pasti semua kalang kabut ;-).
>Solusi (menurut saya):
>+ Pindahkan lokasi sekolah yg sering bermasalah
Yw: Usul: ke Timika atau Merauke!
>+ Tingkatkan 'mutu' dari sekolah yg bermasalah (inisiatip dari intern
>sekolah itu sendiri)
Yw: Peningkatan mutu yg gampang: muridnya jangan yg lulusan SMP, tapi
kalo bisa Sarjana, Master, atau Doktor lulusan Amerika!
(Kalo ada yg nanya: ngapain juga sarjana, master, doktor, lulusan
amerika masuk SMU lagi. Jawabannya ya itu tadi: utk mencegah tawuran!).
>Salam,
>Alex
Yw: Salam. Catatan: kalo saya nulis plesetan ke sana kemari kayak gini,
itu artinya saya serius (sedangkan kalo saya nulis serius, itu
artinya saya nulis asal-asalan ;-).