In a message dated 10/8/99 6:52:54 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

> Hehehehe...
>  emang paling susah mengakui kelemahan seseorang. :)

Irwan:
Jangan takut, saya bukan tipe orang yg merasa diri super...:)
Di milis rupiah atau pun saham, kalau saya salah saya akan
katakan terus terang. Kalau saya bingung akan suatu gerakan,
saya juga katakan terus terang. Bung Ridwan dan bung Yusuf
yg kebetulan ikutan milis saham bisa mengkonfirmasikan
apa yg saya katakan ini.
Saya manusia biasa mengakui keterbatasan saya, tapi bukan
berarti saya harus rendah diri atas keterbatasan yg saya miliki.

Faran:
>  Kalo boleh saya kasih analisa tentang rupiah sedikit.
>  Menurut saya pribadi fluktuasi rupiah di Indonesia memang benar2 tidak
tahu
> diri.
>  kenapa begitu. karena bila dilihat dari semua teori ekonomi tidak mungkin
> rupiah seperti sekarang ini.
>
>  Bahkan soros sendiri yang ngancurin asia mengakui bahwa saat dia mencoba
> berspekulasi dengan mata uang asia, dia sendiri tidak pernah memiliki
analisa
> rupiah akan free fall seperti ini.

Irwan:
Soal Soros? Jangan khawatir, dia tetap manusia biasa yg terbuka
kemungkinan salah. Keberhasilan di Poundsterling tidak menjadikan
garansi dia akan berhasil di Yen yg memang terbukti dia loss sewaktu
bermain Yen. Kenapa dia (juga saya) tidak pernah menyangka
rupiah kemarin2 itu bisa sampai free fall? Menurut saya karena
dia (juga) tidak bisa memperkirakan berapa banyak rupiah yg kabur
dari tanah air dalam bentuk dolar yg dilakukan oleh para pengusaha
dan pejabat kita serta juga sebagian masyarakat lainnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, kini grafik rupiah sudah terbentuk.
Dulu belum terbentuk karena kita yg mengenal manage floating system.
Tampaknya pasar saat itu sedang mencari arah.
Saya termasuk yg dibilang gila ketika memberikan prediksi rupiah
akan kembali menembus 10 ribu ketika saat itu berada di 14 ribu.
Beberapa kali analisa saya harus bertentangan dengan rekan
Theo Toemion akan arah gerakan rupiah, dan tampaknya rekan2
di milis rupiah seperti yg pernah salah seorang ungkapkan secara
terbuka dia lebih mempercayai analisa saya ketimbang Theo.
Apakah saya lebih jago dari Theo? Jelas itu bukan ukuran
menentukan jago karena kami para trader analis sama2 mengakui
bahwa analisa hanyalah sebuah analisa yg bisa memiliki perbedaan
asumsi. Seorang rekan di milis rupiah bahkan pernah ada yg meminta
agar saya juga memberikan analisa2 atas tulisan dari
pemain/analis asing yg sering dimuat reuter dan dikirimkan
secara periodik oleh seorang netter. Saya hanya menjawab bahwa
setiap analisa itu biasanya punya asumsi2. Biarlah analisa2 pihak
asing dan saya tersebut di milis rupiah tetap tampil apa adanya.
Tinggal terserah anggota milis melihat dan menilai mana yg menurut
mereka lebih tepat ke lapangan. Saya pun sering mengingatkan
pada mereka bahwa jangan percaya penuh dengan apa yg dikatakan
oleh analisa baik lokal mau pun internasional. Mereka juga perlu
melakukan juga riset (DD) sendiri sebelum mengambil keputusan.
Karena memang seorang analis tidak akan pernah memberikan
jaminan 100% atas kebenaran analisanya.

Faran:
>  Beberapa proffesor saya di American Uni. sendiri paling males kalo udah
> bahas masalah Indonesia beserta currencynya.
>  alasannya: apapun teori yang dipake pasti salah. terlalu aneh.. bukan
sulit .
> .. terlalu aneh untuk diprediksi. terlalu banyak faktor x yang berperan.

Irwan:
Ini yg mungkin menjadi nilai tambah saya karena kebetulan
saya orang Indonesia dan bisa tahu lebih cepat dari mereka...:)
Saya pun dulu yg termasuk menentang arus dengan membuat
analisa yg keluar dari teori biasa dimana saya menyarankan
bila ingin melihat rupiah menguat dan inflasi menurun, maka
pemerintah harus menurunkan suku bunga....:)
Terbukti setelah akhirnya pemerintah lewat BI mengambil
kebijakan seperti itu, inflasi dan rupiah menguat....:)
Bandingkan dengan IMF yg saat itu malah menyarankan
menaikkan suku bunga dan pajak agar mencegah hyperinflation
dan jatuhnya mata uang lebih jauh.
Pernah saya singgung dalam analisa panjang yg pernah saya
buat bulan Januari (bukan Februari) 1998. Ringkasannya bisa dilihat disini:
http://www.geocities.com/WallStreet/2055/ringk.html
Anda juga bisa perhatikan apa2 saja usulan saya tersebut
yg dilakukan pemerintah dan mana2 saja yg belum.
Baca juga analisa panjangnya yg dapat didownload dari alamat
dengan mengunjungi alamat di atas.

Faran:
>  Politik memang ikut berperan tapi tidak banyak. paling 10 % .. sisanya
> banyak banget..

Irwan:
Dan anda percaya ucapan dosen asing anda tersebut
atas angka 10%? Anda tidak bersikap kritis dengan bertanya
kenapa 10%? Kenapa tidak 5% atau 25%? Apa dasarnya dia
mengatakan 10%, apakah didukung oleh data ataukah hanya
ngira2 saja? Ataukah karena dia dosen anda maka anda
amin-kan semua pendapatnya?
Sudah saatnya kita lebih kritis walau itu diucapkan oleh bule
sekalipun. Mereka sama2 manusia seperti kita, bedanya
mereka bule kita bukan, itu saja...hehehehe

Faran:
>  itulah makanya waktu saya baca tulisan mr. irwan ini senyum2 sendiri. kok
> bisa begitu dengan mega jadi presiden rupiah jadi 5000.

Irwan:
Dan kini anda memandang rendah analisa dari seorang
rekan sesama mahasiswa dan sesama orang Indonesia tanpa
memberikan penyanggahan baik secara logika atau pun secara
data akademis atas data2 yg sudah saya berikan sebelumnya

Seperti saya katakan, rupiah terpuruk karena jatuhnya
faktor kepercayaan. Kalau mata uang Baht Thailand terpuruk
40% dan Philipina 35.8% saja dari nilainya sebelum krisis
ekonomi melanda Asia, coba jelaskan ke saya kenapa
mata uang rupiah harus terpuruk sampai 70% dari Rp2400
menjadi Rp7800 seperti sekarang ini?
Bukankah hal ini menunjukkan ada perbedaan
faktor kepercayaan terhadap ekspektasi ke depan?
Siapapun tahu Indonesia jauh lebih punya potensi ekonomi
kedepannya ketimbang Thailand dan Philipina. Silahkan
perhatikan literatur2 yg ada termasuk prediksi2 analis jauh
ke muka atas Indonesia yg menggunakan asumsi masalah
politik & stabilitas baik2/aman2 saja. Jelas, semua itu bukan
jaminan karena memang semuanya tergantung dari bagaimana
kita mengelolanya, bagaimana potensi investor baik lokal dan
asing bisa kita manfaatkan untuk kepentingan ekonomi Indonesia.
Dan semuanya itu butuh kepercayaan.
Kenapa Megawati?
Tanyakan ke pasar, kenapa pasar bereaksi positif atas setiap
meningkatnya kemungkinan Megawati menjadi presiden.
Saya bukan pengendali pasar, saya hanya mencoba mengindentifikasi
kemauan pasar. Masalah kemauan rakyat, sudah ngga perlu
didebatkan lagi, sudah jelas bisa dilihat dari hasil pemilu.

Faran:
>  menurut saya sendiri dengan rupiah 5000 tidak akan membuat ekonomi
indonesia
> membaik.
>  yang kita butuhkan adalah rupiah yang stabil.
>  yang bisa dipakai/dipatok para pelaku bisnis kita untuk berdagang.

Irwan:
Atas dasar asumsi atau logika apa anda mengatakan pada
tingkat 5000 tidak membuat ekonomi Indonesia membaik?
Coba dong kalau anda memberikan argumentasi didukung
paling tidak dengan logika kalau tidak bisa dengan data.
Tahukah anda bisnis susah berkembang sekarang di
Indonesia karena daya beli masyarakat rendah apalagi ditambah
barang/jasa kita masih banyak mengandung komponen importnya.

Dikalimat berikutnya anda mengatakan bahwa yg kita butuhkan
adalah rupiah yg stabil. Sadarkah anda bahwa dua kalimat anda
tersebut tidak berkaitan satu sama lain?

Saya setuju bahwa pelaku bisnis kita membutuhkan rupiah
yg stabil. Yang menjadi masalah sekarang adalah stabil dimana?
Stabil di 10 ribu, 8 ribu, atau 5 ribu?
Saya mengajukan pemikiran dengan memperhatikan kepentingan
banyak pihak yaitu importir, eksportir, dan masyarakat, bahwa
tingkat 5000 itulah yg saat ini merupakan tingkat ekuilibrium
dengan menggunakan asumsi masalah politik dan keamanan
sudah bisa diminimumkan, kepercayaan sudah bisa dipulihkan
(saya memberikan perkiraan 4-8 minggu setelah Megawati terpilih
secara aklamasi).
Apakah para eksportir masih bisa survive di tingkat 5000 tersebut?
Bisa dilihat tulisan saya di:
http://www.detik.com/berita/199906/19990623-0945.html

Faran:
>  so buat rekan2 yang memang lagi belajar disini seperti saya.. kita masih
> perlu banyak belajar dari orang amerika. bukan bermaksud sombong. tapi
orang
> indonesia ini emang typicallnya kalo punya lebih sedikit merasa lebih
> segunung.

Irwan:
Satu lagi yg bisa saya tambahkan, kelemahan sebagian
orang Indonesia kurang punya confidence kalau harus berhadapan
dengan asing. Rekan Nasrullah Idris sering kali mengajak kita
di milis ini untuk tidak takut dengan mereka. Christianto Wibisono
dalam beberapa tulisannya sering secara implisit menunjukkan
bahwa orang bule itu sebenarnya tidak jauh berbeda kemampuannya
dengan kita. Seorang rekan saya disini yg juga seorang dosen
di Cleveland dan sering membuat tulisan di media cetak nasional
yg kumpulan tulisannya juga sudah dibukukan, Budi Soetjipto,
sering kali mensupport kami2 yg di Cleveland untuk punya
confidence yg tinggi bila berhadapan dengan bule.
Kelebihan dari bule dibanding orang kita katanya, orang bule
tuh punya confidence yg tinggi dan mereka terbiasa berpikir
secara sistematik (mengikuti sistem yg berlaku) dan prosedural
Saking sistematik dan proseduralnya cara berpikir mereka,
ketika dia memberikan suatu tugas yg diluar dari kebiasaan yaitu
para mahasiswanya diminta mempresentasikan suatu paper yg
telah jadi (milik orang lain), mahasiswanya malah kebingunan harus
berbuat apa karena memang mereka terbiasa untuk mempresentasikan
paper kita sendiri.

Makanya saya ngga heran kalau dosen anda kebingungan untuk
mencoba memperkirakan pergerakan rupiah atau pun fenomena
ekonomi yg ada di Indonesia karena memang tidak ada jaminan
kebijakan suatu ekonomi bisa berhasil di satu daerah/negara maka
akan berhasil pula di daerah/negara lain. Kondisinya bisa punya
karakter yg berbeda. Tentunya kita disini tidak sedang bicara
ilmu tubuh lho dimana jantung orang Indonesia dan jantung
orang bule ya samalah, sama2 jantung yg itu2 juga....:)
Ketika kita bicara ilmu sosial, maka kita harus hati2 dengan
asumsi2 yg digunakan.

Saya tidak pernah merasa menjadi orang yg paling hebat,
tapi saya tidak akan pura2 menyangkal bahwa saya bisa
punya kelebihan jam terbang untuk urusan saham dan currency.
Jangan kita menjadi rendah diri dan jangan pula kita menjadi
sombong. Saya diajarkan oleh orang bule untuk tidak takut
mengakui memiliki sesuatu dan punya confidence akan hal tersebut
dan selalu membuka diri akan kritikan dan masukan dari orang
lain.

Silahkan kritik tulisan2 dan opini2 saya, saya akan senang
membacanya karena dari saya akan belajar dan memperbaiki
kekurangan2 yg ada. Kritikan2 atau pun serangan2 tidak
akan mematikan saya untuk menyampaikan pendapat/opini.

Mari kita saling bertukar pendapat secara lebih sehat dan
memberi nilai tambah agar waktu dan tenaga yg kita keluarkan
di milis ini tidak hanya terbuang untuk suatu yg tidak jelas.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke