In a message dated 10/9/99 3:44:41 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:
>  kenapa indonesia butuh mata uang stabil ?
>  Pertama. Bila suatu perusahaan ingin membuka usaha atau melakukan ekspansi
> tentu saja dia harus menghitung cost-benefit dari suatu usaha yang akan
> dilaksanakannya.
>  Selalu pada akhirnya akan dihitung Present Value dari project tersebut.
>  Nah, seperti yang namanya cost-benefit atau untuk mempermudah
pengertiannya
> anggap saja uang masuk dan uang keluar.

Irwan:
Saya tidak menyangkal bahwa dunia usaha membutuhkan
mata uang yg stabil. Stabil ini pun bisa dilihat dari dua sisi,
stabil dalam range atau stabil dalam pengertian fixed rate
seperti yg sekarang ini dilakukan oleh Malaysia.
Yang menjadi pertanyaan, stabil dimanakah yg bisa
memberikan keuntungan bagi semua pelaku ekonomi?
Mohon diingat, pelaku ekonomi bukan hanya eksportir
atau pun importir atau pengusaha lokal tapi juga
konsumen atau masyarakat baik itu ibu2 rumah tangga,
karyawan, buruh, mahasiswa, pembantu rumah tangga, bayi, dst.
Bila kurs 14 ribu, maka eksportir akan tersenyum lebar
sementara importir megap2 karena barang2 yg dimpornya
tidak ada yg mampu beli sementara masyarakat
lebih gigit jari lagi karena purchasing power dari
rupiah yg dipegangnya (dengan asumsi masih bisa pegang
rupiah karena belum kena dampak PHK) menurun tajam.
Riots dimana2. Kejadian ini sudah pernah kita saksikan sendiri
ketika rupiah melorot tajam. Saya pernah mengingingatkan
(memberikan warning) hal ini di milis rupiah ketika rupiah saat ini masih
berkisar di 6000-8000 (lupa tepatnya) sebelum menembus
10 ribu untuk pertama kalinya dan mencapai 16-17ribuan.
Saya ingatkan saat itu, masyarakat ada batas kemampuan
bertahannya menghadapi anjloknya rupiah yg berdampak
ke harga2 kebutuhan sehari2. Daya beli Ketika mereka tidak lagi mampu
bertahan, maka kekerasan akan kita lihat/hadapi langsung.
Daya beli masyarakat harus diperhatikan bila kita ingin membangun
suatu ekonomi dengan pertumbuhan yg baik.

Sebaliknya, bila kurs rupiah 1000 maka para importir dan
masyarakat tersenyum lebar tapi para eksportirnya
yg kembang kempis karena sulit bersaing. Bila eksportir
mengalami kesulitan mengekspor akibatnya pembelanjaan
devisa atas barang impor tidak ada/berkurang yg mendanai.
Itulah sebabnya lebih dibutuhkan nilai keseimbangan (equilibrium)
dimana bisa diterima oleh semua pelaku ekonomi.
Silahkan lihat kembali pemaparan saya tanggal 23 Juni 1999
di detik.com
http://www.detik.com/berita/199906/19990623-0945.html

Kalau anda ngomong soal project, sebenarnya ada cara yg
lebih aman bila tidak ingin dipengaruhi oleh naik atau turunnya
nilai tukar yaitu dengan melakukan hedging. Ini kalau kita
bicara soal proyek yg memang sudah ada kontraknya.

Sekedar informasi buat anda, pengusaha2 Jepang khususnya
yg bergerakan di auto industry sering melakukan hedging mata
uang mereka terhadap USD untuk mengamankan ekspor mobilnya
ke US (dan negara lain) bila mereka melihat mata uang Yen trendnya
menguat terus.

Faran:
>  Seperti kita ketahui semua project itu pasti ada biaya dan akan ada
pendapat.
>  bila ternyata project ini membutuhkan bahan baku yang harus dibeli dengan
> dollar, maka bila rupiah tidak stabil tentu akan mempersulit penghitungan
> feasibility project tsb.
>  contoh: misal project mobil.
>  asumsi: semua bahan baku lokal kecuali ban mobil.
>  asumsi biaya: 10 jt lokal
>  dan variable untuk ban 50 dolar.
>
>  disini kita sudah bisa menghitung betapa pentingnya nilai rupiah yang
stabil.
>
>  berapapun nilai rupiah tidak terlalu dipermasalahkan.
>  jika memang rupiah pada saat periode 1 10,000 maka mobil itu akan dijual
> dengan biaya 10,5 juta.
>  nah tapi karena tidak stabilnya rupiah maka pada saat periode 2 dollar
5000,
> yang mestinya terjadi mestinya harga mobil = rp. 10.25 juta.
>  bila ini terjadi, maka pabrik mobil akan rugi karena menggunakan sistem
> inventory (FIFO/LIFO)yang mengharuskan mereka melakukan penghitungan ulang
> untuk harga jual.
>  Sedangkan bila tiba2 dollar menjadi 20000, pabrik mobil pun akan rugi
karena
> harga jual akan naik, menjadi 11 juta. kenapa rugi, harga mobil akan
terlalu
> mahal. mereka yang telah menyiapkan uang 10.5 juta akan berpikir 2 kali
untuk
> membeli mobil.

Irwan:
Walau contoh anda banyak kekurangan, saya akan coba
mengikuti cara berpikir atau asumsi2 yg anda gunakan. Saya akan
tunjukkan dimana dalam membuat analisa anda hanya melihat
satu sisi dimana sisi yg anda gunakan hanya yg akan mendukung
pendapat anda tapi sangat lemah di sisi lain.
Mari kita lihat sama2.
Pertama, situasi yg anda berikan jelas tidak menggambarkan
kondisi lapangan dimana pada prakteknya kompenen impor atas
barang atau pun jasa masih sangat tinggi prosentasenya.
Karena di atas saya sudah janji akan mengikuti asumsi anda,
maka kita asumsikan saja situasi yg anda berikan di atas sesuai
dengan kondisi lapangan.

Contoh yg anda berikan di atas mencampur-adukan antara
biaya produksi dan harga jual. Kita ketahui harga jual adalah
total biaya (produksi+ penj+adm) di tambah dengan ekspektasi
keuntungan yg diinginkan.

Skenario anda yg pertama:
Pengusaha mobil memproduksi dengan biaya 10 juta ditambah
biaya ban 50 dolar yg sudah dibeli dimuka. Saat itu kurs 10 ribu,
sehingga cost dari ban dalam rupiah menjadi 500 ribu. Total
biaya menjadi 10.5 juta dan kita asumsikan sudah termasuk biaya
penj+adm.
Biaya adm disini antara lain adalah biaya penjualan,
gaji pegawai (bukan upah), advertising, biaya bunga, biaya lain2
(telpon, listrik, dst). Asumsikan semua biaya2 ini dalam rupiah
walau kita tahu bahwa pengusaha2 besar kita umumnya
memiliki hutang dalam bentuk dolar.

Bila anda kurang jelas dengan hal2 biaya penj+adm ini, silahkan anda
mencari tahu lebih jauh ke rekan2 anda yg punya latar belakang
atau pernah mengambil mata kuliah akuntansi (dasar).
Asumsikan pengusaha ingin mendapatkan untung sebesar X rupiah.
Maka pengusaha yg anda asumsikan tersebut akan memasang
harga jual sebesar 10.5 juta + X atau katakanlah sebesar harga jualnya
sebesar Y.

Kemudian anda memberi skenario bila nilai tukar rupiah menjadi
5000. Seperti skenario yg sudah anda berikan awalnya bahwa
pengusaha tersebut sudah membeli/memiliki/memproduksi
terlebih dahulu ban yg mempunyai cost $50 maka cost $50 ini
secara akuntansi tetap sebesar 500 ribu. Karenanya secara
akuntansi (dan juga riil nya) biaya yg dikeluarkan untuk ban
tersebut sudah terjadi yaitu sebesar 500 ribu. Total produksi
jadi tetap 10.5 juta. Pengusaha ini baru mendapat kesulitan
bila ada pengusaha lain yg ternyata dalam proses produksinya
membeli ban dengan harga beli $50 sewaktu kurs di 5000.
Sehingga dengan asumsi pengusaha lain memproduksi mobil
yg sama dan juga dengan struktur dan total biaya yg sama,
maka total cost mereka hanya sebesar 10.250 juta. Bila pengusaha
lain ini juga punya ekspektasi keuntungan sebesar X rupiah, maka
pengusaha ini akan menjual mobilnya dengan harga jual
10.250 juta + X dimana hasilnya akan lebih murah 250 ribu
ketimbang pengusaha pertama. Jadi, jelas sudah pengusaha
pertama sebenarnya tidak rugi menjual harga mobil sama dengan
pengusaha yg membeli ban mobil sewaktu kurs di 5000
selama nilai X di atas 250 ribu. Hanya margin keuntungannya
saja yg berkurang.

Penggunaan penilaian inventory dengan menggunakan
sistem FIFO (First In First Out) atau pun LIFO (Last In First Out)
tidak akan merubah nilai perolehan dari ban mobil tersebut
yg sudah dibeli pada waktu kurs 10 ribu yaitu tetap 500 ribu.

Dari pemaparan di atas bisa saya simpulkan latar belakang
pendidikan anda bukan Akuntansi atau paling tidak anda
belum pernah mengambil kelas Akuntansi Dasar 1.
Silahkan anda bertanya ke rekan anda yg pernah mengambil
mata kuliah tersebut bila ada hal2 yg tidak anda mengerti di atas.

Pada skenario kedua, anda mengasumsikan nilai tukar
menjadi 20 ribu. Situasi ini sama saja dengan situasi
pertama dimana harga perolehan ban yg dicatat tetap
sebesar 10 ribu, nilai perolehannya. Karenanya,
total biaya mobil tersebut tetap 10.5 juta rupiah. Bila
pengusaha tersebut tetap menggunakan keinginan untung
sebesar X rupiah, maka harga jual mobil tersebut tetap Y rupiah.
Kembali kita coba lihat pengusaha lain yg membeli ban setelah
kurs berubah. Pengusaha lain akan memiliki cost untuk ban
sebesar 50x20000 = 1 juta rupiah. Total biaya pengusaha
lain tersebut menjadi 11 juta. Bila pengusaha lain tersebut
juga ingin mendapatkan keuntungan sebesar X, maka nilai
jual mobil tersebut menjadi 11 juta + X yg nilainya akan
500 ribu lebih tinggi dari pengusaha pertama yg membeli
ban di 10000. Pada situasi ini jelas pengusaha pertama
mendapat "keuntungan" bisa menjual mobil lebih murah
sebesar 500 ribu dari pesaingnya.

Entah kenapa pada skenario kedua tiba2 anda melihatnya
dari sisi pembeli sementara pada skenario pertama anda
melihatnya dari sisi produsen/penjual. Ketidak-konsistenan
anda ini akan menjadikan kesimpulan yg diambil menjadi
tidak memiliki dasar yg kuat.

Selain itu, ada faktor lain yg lupa anda beri batasan atau asumsikan.
Faktor lain tersebut adalah kesempatan pengusaha untuk
mengekspor barangnya bila terjadi penurunan kurs rupiah.
Itulah sebabnya, kenapa minyak goreng sempat menghilang
dari pasaran ketika kurs rupiah melorot di atas 10 ribu tahun lalu.
Hal ini terjadi karena produsen minyak goreng tersebut memiliki
kesempatan untuk mengekspor ke LN (dengan jalur resmi atau
lewat jalan belakang) ketimbang menjual produksinya di DN yg
sudah dipatok harganya (jauh dibawah harga jual di LN).

Sekedar saran dari saya, bila anda ingin memberi contoh,
sebaiknya lain kali lebih hati2 lagi dan coba lihat dari
banyak sisi dan kemungkinan. Asumsi2 yg digunakan harus jelas.
Satu hal lagi, hindari memberikan komentar terhadap hal2 yg anda kurang
menguasai permasalahannya. Akan jauh lebih balik bila komentar
disampaikan dalam koteks bertanya.

Faran:
>  diatas adalah salah satu contoh mudah kenapa mata uang mesti stabil.
>  in conclussion, untuk mempermudah penghitungan bisnis ataupun rapbn
> pemerintah yah diperlukan kestabilan. sehingga pengeluaran dan pemasukan
> dapat diproyeksikan seakurat mungkin.

Irwan:
Seperti yg saya tulis di awal, stabil itu bisa berarti
stabil dalam range atau stabil dalam satu level (fixed rate).
Bila kita sudah memutuskan untuk menggunakan free floating
system, karenanya fasilitas hedging perlu dimasyarakatkan
kepada para pengusaha agar digunakan bila bisnisnya bisa
terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar.

Faran:
>  begitu pak irwan..
>  lagian masyarakat bisnis kita mesti dilatih untuk menggunakan bahan lokal
> sehingga flukuasi diharapkan tidak akan terlalu mengganggu lagi.
>
>  nah.. semoga berguna.. jadi 5000 .. 20000.. berapupun juga sama saja..
asal
> stabil...
>  so next time.. kalo bisa mau analisa ekonomi wes politiknya jadi
> dikedepankan banget..

Irwan:
Tidak benar stabil di berapa pun akan sama saja seperti
yg sudah saya utarakan di atas.
Jangan melupakan daya beli masyarakat.
Rupiah terlalu lemah, tidak baik.
Terlalu menguat juga tidak baik. Karenanya, untuk sementara
ini pada tingkat 5000 itulah yg saya lihat paling bisa diterima
oleh semua pelaku ekonomi.  Kenapa kurs saat ini 7800-an
kurang baik? Karena pada kurs seperti saat ini terbukti
ekonomi kita masih seret jalannya, masih susah.
Walau kurs dalam beberapa bulan terakhir ini cenderung
sekitar 7000-9000, tapi ternyata selama beberapa bulan
terakhir ini secara berturut2 terjadi deflasi. Kalau di AS,
bila selama 3 bulan berturut2 terjadi deflasi maka itu tandanya
ekonomi AS sedang menuju resesi. Sejak bulan maret sampai
september tahun ini, data CPI kita menunjukkan angka negatif.
Sementara pada periode yang sama, kurs rupiah bergerak
dikisaran 7000an-9000an kecuali pertengahan Juni sampai
awal Agustus sempat berada di sekitar 6600-7000.
Alasan deflasi akibat menguatnya rupiah tampaknya sudah
tidak bisa dipakai lagi. Dalam pengamatan saya yg terjadi
kini adalah daya beli masyarakat yg rendah yg tidak mampu
menyerap supply yg ada sehingga mengakibatkan harga
barang turun. Masih untung selama ini sektor informal seperti
demo2 masih terus berlangsung sehingga pembiayaan
hidup sebagian masyarakat masih bisa ditampung oleh
dana2 untuk demo baik dari uang saku yg diberikan atau pun
dari jatah makanan yg disediakan. Bila demo2 tersebut tidak
ada, saya perkirakan deflasi akan semakin besar lagi
kalau tidak sampai terjadi riots akibat masyarakat yg tidak
mampu lagi untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

Kenapa saat ini masih di 7800-an?
Menurut saya karena para investor baik dalam maupun luar
cenderung masih menunggu siapa yg akan jadi presiden
mendatang. Apakah ada pengaruhnya? Jelas, mereka butuh
kepastian pemerintahan dimasa mendatang. Mereka, para
pengusaha akan lebih senang bila presiden mendatang bisa
menjamin terciptanya iklim bisnis yg kompetitif karena memang
hal tersebut merupakan syarat mutlak bila kita ingin melihat
perekonomian kita maju. Peristiwa2 seperti BB atau pun
Andi Ghalib, sangat memuakkan para pengusaha karena
dari sana bisa disimpulkan tidak adanya kepastian. KKN
itu musuh utama dari kemajuan ekonomi. Dan seperti
kita lihat sendiri, Habibie dengan sukses berhasil mempertahankan
KKN dalam pemerintahannya yg kurang dari 2 tahun tersebut.
Dari pengamatan saya pribadi, saya menarik kesimpulan
bahwa saat ini hanya Megawatilah yg paling dipercaya oleh
para pengusaha/investor (juga rakyat terlihat dari capres yg
menjadi pemenang pemilu) untuk menjabat posisi presiden.
Karenanya saya bisa mengerti mengapa tanggal 8 Juni lalu
indeks saham melonjak drastis, naik 80 poin dan bahkan
sempat menembus 700, ketika hasil pemilu sementara
menunjukkan PDIP unggul di beberapa daerah pemilihan.
Sayangnya setelah itu ternyata hasil akhir perhitungan
suara tidak secepat yg diduga orang sebelumnya.
Bahkan kini ternyata harus melihat kenyataan bahwa
capres pemenang pemilu belum tentu bisa menjadi presiden
dengan alasan konstitusi tidak menjamin hal tersebut.
Dan anehnya, mereka2 yang saat ini sedang memanfaatkan
konstitusi untuk memilih capres non pilihan rakyat pada
sepakat bahwa pada pemilu 2004 presiden akan dipilih
langsung oleh rakyat. Bukankah ini satu dagelan aneh
yg tidak lucu sama sekali? Disatu sisi memanfaatkan
konstitusi yg ada di sisi lain ingin merubah konstitusi tersebut
karena dirasa tidak sesuai lagi.

Faran:
>  banyak faktor yang membuat rupiah berfluktuasi. kalo anda masih ingat
kuliah
> statistik atau quant. method pasti diajarkan bahwa regressi yang paling
> sederhana saja paling tidak butuh 2 faktor. untuk memperkecil error semakin
> banyak faktor semakin bagus.

Irwan:
Berfluktuasinya suatu mata uang memang dipengaruhi oleh
banyak faktor. Tapi bila anda sedikit jeli, momentum saat ini
yg bisa menggerakan rupiah hanyalah siapa yg nantinya
akan terpilih menjadi presiden. Habibie kabinetnya sudah
terlanjur oleh pasar diartikan sebagai pelestari KKN.
Sebaliknya Megawati, oleh pasar sudah terlanjur diidentikan
kejujuran, kesederhanaan, dan jauh lebih bersih dibanding
capres lainnya khususnya Habibie. Karenanya, tampaknya
pasar sangat berharap kabinet yang mendatang akan dibentuk
adalah kabinetnya Megawati.

Anda tidak perlu percaya apa yg saya katakan di atas.
Silahkan anda melakukan riset sendiri memperhatikan
pergerakan rupiah dan indeks saham setiap berita2 yg
berkaitan dengan menguat atau melemahnya Megawati,
menguat atau melemahnya Habibie.

Tidak usah jauh2, lihat saja satu dua hari terakhir ini ketika
kans Megawati terlihat menurun. Indeks BEJ jatuh cukup
lumayan. Dan hari rabu ini saya perkirakan akan berlanjut
penurunannya seiring dengan semakin tidak jelasnya
kans Megawati, capres pilihan rakyat, untuk terpilih menjadi
presiden.

Faran:
>  kalo hanya dengan satu faktor yaitu megawati maka rupiah bisa 5000.. wah
om
> soros dan pangeran brunei pun bisa kalah nanti duitnya sama anda..

Irwan:
Analisa saya di detik.com tidak akan berlaku bila ternyata
presiden yg terpilih nantinya bukan Megawati, capres pilihan
rakyat.
Pergerakan suatu mata uang pada situasi tertentu acap kali
tergantung pada satu momen. Karena tampaknya anda
bukan pemantau pergerakan mata uang, maka saya kasih
satu contoh saja. Pada pertengahan bulan April 1995,
YEN Jepang sempat menembus 80 per USD nya.
Situasi saat itu, sudah berbulan2 terjadi pembicaraan
bilateral antara pemerintah Jepang dan AS dimana
AS menekan Jepang agar lebih membuka pasarnya.
Seiring dengan itu, Yen terus menguat walau sudah
diintervensi beberapa kali oleh BOJ. Hal ini jelas
membuat sulit para eksportirnya untuk bersaing
dengan produsen dari negara lainnya khususnya untuk
ekspor barang2 mereka ke AS.
Pembicaraan berlangsung alot dan cukup lama.
Singkatnya sampailah pada puncaknya yg akhirnya
pemerintah Jepang setuju membuka sebagian pasar
domestiknya untuk barang2 AS. Setelah peristiwa itu,
kemudian secara bertahap Yen kembali melemah
ke level yg bisa diterima oleh ekonomi Jepang.
Jelas sekali kita lihat, bahwa hanya satu faktor lah
disini yg menyebabkan terjadi pergerakan nilai tukar
YEN tersebut. Kalau anda tidak percaya, silahkan anda
lakukan riset atas apa yg saya ungkapkan.

Karenanya, komentar saya di detik.com itu sangat
serius dan tidak bermaksud untuk memprovokasi karena
apa yg saya sampaikan disana semata2 adalah apa yg
bisa saya simpulkan dari pengamatan saya atas perilaku
pasar dikombinasikan dengan apa yg dinginkan oleh
rakyat plus gerakan reformasi yg berintikan pada
pemberantasan KKN yg dapat kita lihat dari hasil pemilu
dan tema2 demo selama ini. Pemberantasan KKN dibawah
pemerintahan Habibie jelas telah gagal dilakukan.
Bukannya hanya gagal, tapi malah tampaknya dilestarikan.

Kalau anda malas melakukan riset atas apa yg saya
sampaikan bahwa pasar lebih menginginkan Megawati,
sekarang silahkan diperhatikan situasi ini.
Seperti kita ketahui bersama, kas partai PDIP menggelembung
besar yg beberapa diantara kita menduga mendapat sumbangan
dari banyak pengusaha. Bisa juga kita lihat setiap kampanye
PDIP pada pemilu lalu dimana massanya sangat banyak
di daerah2 baik yg dengan modal swadaya masyarakat atau pun
modal pengusaha2 yg bersimpati. Apakah Golkar tidak didukung
oleh pengusaha? Jelas, Golkar didukung oleh pengusaha. Hanya
saja yg mendukungnya tidak sebanyak yg mendukung Megawati.
Hal ini bisa dilihat dari bagaimana timnya Habibie untuk mendapatkan
dana sampai harus melakukan hal2 tercela seperti kasus Bank Bali
atau pun juga kasus penyelewengan dana JPS.


Sekarang kita tunggu saja apa yg akan dilakukan oleh
anggota MPR. Apakah mereka akan peka terhadap suara rakyat
dan sebagian besar pengusaha dengan mengikuti tuntutan mereka,
atau kah mereka tetap berkeras dan memilih capres yg menurut
mereka sendiri lebih baik dari capresnya pilihan rakyat dan pengusaha
tersebut.

Mudah2an mahasiswa tidak lelah untuk terus berdemo
menyuarakan keinginan perjuangan reformasi ini yg kalau
mentok tampaknya revolusi menjadi alternative terakhir.

Jangan berspekulasi terhadap nasib 200 juta lebih rakyat Indonesia.
Jangan membuat Indonesia jadi dikucilkan oleh negara2 Iainnya
hanya karena seorang bernama Habibie.

Silahkan Gus Dur, Amien Rais, Cak Nur untuk maju dalam
pertarungan pemilihan presiden mendampingi Megawati.
Silahkan pula bila salah satu dari ketiga orang tersebut yg
terpilih menjadi presiden, asal jangan Habibie.
Walau demikian, saya berpikir kalau tahu pasar
menganggap Megawati plus kekurangan2 yg melekat
dalam dirinya adalah the best nya dari pilihan yg ada, kenapa
kita harus pilih the second best dari apa yg diinginkan
masyarakat dan juga dunia usaha?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Kirim email ke