Cak Pohan dan Mas Mahendra,

Terima kasih informasinya.
Kelihatannya kedatangan anggota DPR plus ke seminar USINDO justru tidak
menguntungkan kondisi Indonesia saat ini dan ke depan di mata USA ya....
Kalau gitu, ngapain ya mereka datang ke DC kalau hanya ingin menunjukkan
'borok' negara sendiri kepada 'tetangga'? Kenapa mereka nggak bahu-membahu
dg yang lain dan konsentrasi saja mencari jalan keluar masalah-masalah
bangsa yang sedang carut-marut ini (ngobatin 'borok'nya dulu) daripada
'pethenthang-pethentheng' membusungkan dada sendiri didepan 'tetangga',
ngabisin duit lagi (duit siapa ya yang dipakai ke DC?).

Kalau soal laporan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2000 yang
4,8% tsb, masih dianggap 'semu' oleh banyak pengamat ekonomi di berbagai
diskusi dan seminar (di TV dan radio interaktif) di Jakarta. Dengan
mengemukakan indikator-indikator umum (seperti fluktuasi nilai rupiah thd
dolar, perkembangan indeks saham di bursa efek, pendapatan petani dan
nelayan, dll), para pelaku dan pengamat ekonomi justru mengatakan keadaan
yang terbalik. Bahkan kalau boleh dibilang, kondisi ekonomi di Indonesia
saat ini dalam keadaan yang sangat parah.
(Coba kalau saya sekolah ekonomi, tentu bisa .......... ikutan
memperparahnya.....)(Dharma: Hehehe..... mendingan gue, ngurusin baby penyu
nggak perlu harus ngomong kenceng, mata melotot, pake acara stress
lagi.....).

Kasihan memang kalau kita amati para pelaku dan pengamat ekonomi ini. Mereka
betul-betul dibuat frustasi oleh para eksekutif (lihat saja opini-opini
mereka selalu ditanggapi sebaliknya oleh Rizal Ramli dan presiden).
Seolah-olah ilmu dan praktek yang mereka terapkan dan pikirkan nggak berguna
sama sekali untuk perbaikan ekonomi bangsa ini. Pandangan, opini, omongan
mereka di seminar-seminar dan media massa seolah hanya berupa 'angin lalu'
saja, yang hari ini ngonol, eh ... nongol, besok hilang gitu saja tanpa
meninggalkan bau......

Singkatnya, kondisi ekonomi di Indonesia saat ini informasinya betul-betul
bertolak belakang antara yang dikeluarkan oleh pemerintah dan para praktisi
or pengamat ekonomi. Kalau disuruh milih lebih percaya kepada siapa, saya
akan memilih percaya kepada ....... Tuhan Yang Maha Esa. (Kalau banyak orang
mengambil sikap seperti saya ini, bisa-bisa sekolah ekonomi pada nggak dapat
mahasiswa ke depan ini ......... Jadi, jangan ikutan ya ........).

Salam,
Budi



-----Original Message-----
From: Indonesian Students in the US [mailto:[EMAIL PROTECTED]]On
Behalf Of Mahendra Siregar
Sent: Monday, February 26, 2001 9:03 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Berbincang dengan 3 Anggota DPR dan Jubir Presiden


Mas Budi,

Apakah kedatangan anggota DPR dan pembicara lainnya ke Seminar USINDO
menguntungkan Indonesia?

Saya sulit menjawab pertanyaan itu, namun akan saya coba. Dari orang-orang
yang saya tanya, kesan orang-orang Amerika yang datang ke acara itu
sedikitnya ada dua:
1. Indonesia sudah memasuki era demokrasi dan keterbukaan, yang ditunjukkan
dengan "bebasnya" pendukung dan oposan pemerintahan Gus Dur menyampaikan
pandangan masing-masing dalam diskusi itu tanpa batas samasekali.
2. Masa depan Indonesia secara umum semakin tidak jelas karena para
pendukung dan oposan pemerintah kelihatannya sudah mati-matian
mempertahankan posisinya masing-masing tanpa keinginan untuk berkompromi
(hal ini agak berbeda dengan diskusi IKI di gedung KBRI).

Saya sendiri berpendapat bahwa kesan yang ditimbulkan oleh Seminar itu
kepada ekonomi nasional kurang baik, karena kelihatan bahwa Indonesia saat
ini semakin penuh dengan ketidakpastian dan ketidakstabilan. Dampak dari
kesan itu kepada investor dan pelaku bisnis AS sudah jelas, yaitu
jauh-jauhlah anda dari Indonesia yang penuh resiko itu.

Mengenai keterkaitan antara politik dan ekonomi nasional, saya berpendapat
bahwa semakin terbatas keterlibatan para politisi dalam kebijakan yang
membawa dampak kepada kondisi perekonomian kita, maka semakin besar
kemungkinan ekonomi Indonesia untuk berkembang. Beberapa indikator makro dan
mikro ekonomi tahun 2000 menunjukkan bahwa terlepas dari kemelut politik
yang tetap buruk, ekonomi Indonesia tumbuh dengan cukup baik (4,8%), ekspor
mencapai rekor tertinggi, inflasi single digit dan beberapa sektor tumbuh
pesat. Dengan demikian telah terjadi pemisahan (decoupling) antara politik
dan ekonomi. Apabila pemisahan itu dapat dipertahankan, maka kemungkinan
ekonomi tetap tumbuh tanpa tergantung kepada kondisi politik akan semakin
baik. Sebaliknya, semakin besar pertikaian di antara para politisi
mempengaruhi kondisi ekonomi nasional, maka semakin sulit ekonomi kita tetap
bertumbuh seperti tahun lalu.

Salam
Mahendra

Kirim email ke