Mengesalkan....!!

Itu rata2x expresi dari mereka yang melihat
Amrozi cengar-cengir saat dijatuhi vonis
pidana mati. Sebenarnya sih, memang hukuman
tersebut kurang tepat untuk manusia satu ini.
Karena dengan kematiannya, dia merasa akan
menjadi seorang martir, yang akan segera
disambut oleh 70 perawan di gerbang surga.
Tentu saja ia mempunyai segala alasan untuk
bergembira.

Hukuman mati, memang kurang begitu cocok untuk
para teroris ini. Karena tujuan akhir hidup mereka
adalah sebagai martir. Dan kehilangan nyawa, baik
sebagai hukuman, maupun dalam  melaksanakan
tindakannya, mereka anggap sebagai 'ultimate sacrifice'.
Dengan kata lain, tiket express untuk masuk ke surga.
Dan hukuman mati justru malah membantu teroris ini
mencapai tujuan tersebut.

Juga dalam perjalanannya, hukuman mati dapat
mengangkat status terhukum untuk menjadi seorang
hero dalam benak para pengikutnya. Tokoh William
Wallace dalam film Braveheart dapat menjadi suatu
contoh. Sampai detik ini, di Edinburgh, Glasgow,
dan kota2x di Scotland, film ini tetap diputar,
sebagai vigil untuk tokoh ini. Mereka yang normal
tentu tidak dapat membayangkan Amrozi seperti ini.

Lalu hukuman apa yang bisa menjadi solusi?
Kita dapat melihat pelajaran dari sejarah.
Belanda dalam menghadapi perlawanan dari kerajaan2x
di Nusantara, amat jarang menjatuhkan hukuman mati.
Alasan utamanya ya untuk menghindari pengkultusan
pemimpinnya sebagai martir. Apalagi latar belakang
keagamaan amat kental mewarnai pemberontakan2x
tersebut. Mirip dengan latar belakang Amrozi sekarang
ini.

Berdasarkan contoh tersebut, hukuman yang sebenarnya
pantas untuk teroris adalah hukuman seumur hidup,
disertai dengan tindakan untuk merendahkan derajat
mereka. Contoh paling gampang adalah meniru sistem
penjara di Guantanamao Bay untuk para teroris Al
Qaeda.

Para teroris lokal ini, termasuk Amrozi, di kurung
dalam sel 2x3 yang mirip kandang binatang buas, serta
dijemur menikmati teriknya matahari. Setiap minggu
dapat dipanggil media massa untuk menyiarkan bagaimana
para teroris ini hidup dan diperlakukan mirip binatang
buas. Bisa juga dipikirkan siksaan2x mental yang dapat
diterapkan. Misalnya tidak memberi waktu untuk beribadah,
tidak ada kunjungan keluarga, pengurangan tidur (sleep
deprivation), pemberian makanan yang mentah, dll. Perlu
juga dipikirkan tindakan untuk mencegah mereka bunuh
diri. Karena kematian merupakan suatu hadiah bagi mereka.

Bagi orang normal, hukuman mati merupakan hukuman
paling berat yang dapat diterima manusia. Namun
untuk Amrozi dkk, hukuman kurungan binatang tersebut
bisa jadi jauh lebih berat. Tidak mendapatkan status
sebagai martir, namun hidup mirip binatang, serta
menderita secara psychology. Karena mati masih terlalu
enak bagi mereka ini.

_________________________________________________________________
Tired of spam? Get advanced junk mail protection with MSN 8.
http://join.msn.com/?page=features/junkmail

Kirim email ke