Bom Marriott
Keluarga Johanes Boelan Minta Klarifikasi Kapolri
11 Aug 2003 15:38:20 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Keluarga Johanes Boelan mendatangi Markas Besar Polri di Jalan Trunojoyo untuk menyerahkan surat berkaitan dengan ledakan bom di Hotel Marriott. Jimmy Sampelan, kakak ipar Johanes yang menyerahkan surat menjelaskan, mereka meminta klarifikasi ucapan Kapolri yang menyebutkan mobil yang diduga membawa bom adalah Kijang bernomor polisi B-8752-SH yang dikemudikan Johanes.

“Dalam surat ini kami meminta klarifikasi dari Kapolri, entah bertemu dengan keluarga langsung atau mengadakan konperensi pers,” kata Jimmy saat dihubungi melalui telepon, Senin (11/8). Surat itu sudah diserahkan sekitar pukul 11.00 WIB.

Menurut Jimmy usaha klarifikasi ini dilakukan demi ketentraman keluarga besar terutama istri dan anak Johanes serta membersihkan nama korban di mata masyarakat. “Hari Jumat lalu ketika salah seorang anak almarhum naik ojek, tukang ojek bertanya apakah ayahnya yang mengebom Marriot,” tuturnya. Dia mengingatkan bahwa Johanes ikut tewas akibat ledakan bom tersebut.

Keluarga Boelan menurut Jimmy tidak menuntut banyak, hanya sebuah keterangan bahwa Johanes bukanlah pelaku dari peristiwa peledakan di Hotel Marriot, Selasa (5/8) lalu. Jimmy mengatakan bahwa pihak Mabes Polri sendiri saat menerima surat itu akan segera menyampaikan secepatnya kepada Kapolri. Namun belum ada tanggal yang pasti kapan Kapolri dapat memberikan jawaban atas surat tersebut.

Seperti diberitakan Koran Tempo Senin (1/8), Johanes bekerja sebagai sopir pribadi Nyonya Kitty Liu pemilik mobil Kijang yang tadinya diduga sebagai kendaraan yang mengangkut bom. Kitty sendiri bekerja sebagai broker di ING Asuransi dan ketika musibah itu sedang ada acara di sekitar Hotel Marriott. Mengenai bungkusan kardus yang terdapat dalam mobil Kijang yang dikendarai Boelan, berisi baterei aki mobil yang dibeli 5 Juli 2003.

(Sita Planasari A — Tempo News Room)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SWARANET - Sulit mengkaitkan kasus peledakan bom di Hotel JW Marriot dengan kelompok Jamaah Islamiyah (JI), khususnya menarik benang merah dengan penemuan ratusan bom dan amunisi di Semarang. Pasalnya, Ichwanudin, si pembawa bom dan amunisi --bukan pemilik, yang juga anggota Jamaah Islamyah itu sudah terlanjur tewas dengan membawa banyak teka-teki.

Andaikata Ichwanuddin tidak meninggal, mungkin akan banyak yang bisa dikorek dari anggota JI ini berkaitan penguakan kasus peledakan bom di Hotel JW Marriot. Termasuk rencana-rencaa berikutnya aksi teroris di kawasan Asia Tenggara. Sayangnya, kenapa dia harus bunuh diri dalam pengawalan polisi. Inilah yang menjadi penyebabnya.

Ichwanuddin tewas penuh teka-teki. Dia dikabarkan bunuh diri di dekat petugas polisi yang menjaganya. Saat itu meninggalnya Ichwanudin yang disebutkan bunuh diri masih mengundang polemik. Sebab, saat itu kondisi Ichwanudin tidak memungkinkan melakukan bunuh diri dalam posisi kedua tangannya terborgol.

Tetapi oleh polisi disebutkan bahwa Ichwanudin merebut senjata M-16 milik polisi yang berada di atas meja dan kemudian digunakan untuk bunuh diri di kamar mandi polisi. Hal inilah yang menjadi PR buat polisi agar masyarakat tidak bertanya-tanya lagi.

Sekarang pertanyaannya, apakah bom tersebut adalah milik Ichwanudin, anggota JI yang ditangkap Polri beberapa Juli lalu?

Ketika ditanya masalah ini, Kabareskrim Mabes Polri Komjen Erwin Mapasseng tidak mau membuat spekulasi dan dugaan macam-macam. "Kita belum tahu. Tapi, sebelumnya kita sudah memberikan warning (peringatan, Red) bahwa masih ada bom yang kita cari," kata Erwin dalam jumpa pers kemarin.

Ichwanudin adalah salah satu anggota JI yang tertangkap di Kebagusan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Dia membawa bahan bom dari Semarang ke Jakarta. Sebelum mengatakan di mana bom tersebut disimpan, Ichwanudin sudah telanjur meninggal.

Apapun misteri yang melingkupi Ichwanuddin yang konon dikabarkan bunuh diri, ada sedikit titik terang untuk mengungkapkan bom yang meledak di Hotel JW Marriott. Polisi semakin yakin ledakan dahsyat itu berasal dari mobil Kijang biru metalik nopol B 7462 ZN. Bom diletakkan di jok tengah dan dipicu dengan handphone.

Kijang itu digunakan sebagai kontainer bom tersebut. Saat meledak, posisi mobil di hand rem. Menurut Kabareskrim Mabes Polri Komjen Erwin Mapasseng, Polri menduga di dalam mobil hanya ada satu orang.

Lalu, waktu peledakan sudah bisa dipastikan, yakni pukul 12.44 lebih 10 detik. "Ini dari data CCTV (kamera pemantau, Red) yang ada di Hotel JW Marriott," ungkap Erwin.

Erwin menambahkan, bom itu berbahan campuran low explosive dan high explosive. Low explosive menggunakan bahan black powder dan high explosive mengunakan bahan TNT, RDX, dan HMX. Selain itu, daya ledak bom ditambah dengan bensin yang dimasukkan ke 4 jerigen. Selain bahan peledak, polisi menemukan aki pemicu bom.

Beberapa jam setelah peledakan, polisi berhasil mengidentifikasi pemilik mobil Kijang buatan 1986 itu. Pelacakan dimulai dari nomor mesin KF50000478 dan nomor chasis 5K0134591 yang sempat dihapus dengan cara digrenda. Tapi, dengan peralatan yang dimiliki Puslabfor, kedua nomor tersebut berhasil dimunculkan lagi.

Dari kedua nomor itu, polisi berhasil menemukan nopol B 7462 ZN yang ternyata milik laki-laki bernama Soni yang beralamat di Cibubur, Jakarta Timur.

Malam itu juga polisi memeriksa Soni. Namun, dari keterangan Soni, mobil tersebut dijual 2 minggu sebelum kejadian. Anehnya, Soni mengaku tidak tahu nama dan alamat pembeli mobilnya. Mobil dijual dengan harga Rp 26 juta. Awalnya dia menawarkan dengan harga Rp 28 juta. Sampai saat ini Soni masih dalam pemeriksaan polisi di Mabes Polri.

Hanya, yang menjadi kelemahan dalam jual beli itu, Soni tidak menggunakan kuitansi, sehingga tidak diketahui identitas pembeli. Soni hanya tahu pembeli mobil tersebut tinggal di daerah Cililitan, Jakarta Timur.

Soni masih bisa menjelaskan bahwa ciri-ciri pembeli mobilnya adalah berambut lurus pendek disisir ke belakang, tinggi sekitar 160 cm, berbadan kekar, kulit sawo matang, tidak berkumis, umurnya sekitar 30 tahun. "Ciri lain, kalau berbicara dia menggunakan logat seberang dan saat membeli menggunakan tas pinggang hitam," kata Erwin menirukan keterangan Soni. Saat ini laki-laki pembeli mobil tersebut tengah diburu Polri.

Karena itu, mulai tadi malam Polri menyebarkan gambar sketsa wajah laki-laki. Sementara itu, untuk mengungkap pelaku, polisi sudah menemukan beberapa barang bukti lain. Misalnya, 8 sidik jari dan kerangka mobil. Dari kerangka Kijang itu terdapat 2 ban. Juga ditemukan 2 sepatu kanan kiri milik korban meninggal di Kijang, serpihan badan mobil, sarung jok, lampu depan, pintu kaca dan nomor mesin JKT265809. Polisi juga menemukan potongan kepala yang diduga milik Johanes Balon. Termasuk tangannya ditemukan terpisah dari kepala.

Sementara itu, sekuriti Hotel JW Marriott bernama Bambang Prianto yang dimintai keterangan Polri mengatakan bahwa beberapa menit sebelum peledakan dirinya sempat menegur mobil Kijang tersebut. Saat itu Bambang melihat adanya kardus yang mencurigakan. Ternyata kardus tersebut berisi aki.

Selain itu, Bambang mengaku melihat dua orang berjenggot dan berkumis di Hotel JW Marriott. Benarkah? Saat dikonfirmasi hal itu, Erwin mengaku tidak tahu. "Wah, saya malah nggak tahu itu. Tapi, terima kasih informasinya." Hanya, Erwin menduga kuat, sebelum melakukan aksi pelaku melakukan survei terlebih dahulu.

Yang Terbakar Akibat Bensin
Erwin menegaskan bahwa bom yang meledak di Marriott mirip dengan bom di Bali dan kediaman Kedubes Filipina. Kesamaan bom itu dilihat dari modus peledakan yang menggunakan handphone dan dilihat dari bahan-bahannya. Berapa berat bom tersebut? "Masih dalam penyelidikan," kata Erwin.

Bom mempunyai daya bakar karena menggunakan bensin. Bahkan, menurut Erwin, kebanyakan korban yang meninggal bukan akibat ledakan bom mobil, tetapi daya bakar bensin. Salah satu jeriken yang berisi bensin terpental ke udara dan menimpa sebuah taksi di depan Plaza Mutiara. "Di sana ada enam korban meninggal karena terbakar," kata Erwin.

Jenderal bintang tiga itu memastikan bahwa korban meninggal adalah sepuluh orang. Depkes juga menyatakan bahwa hingga kini korban eninggal sepuluh orang, tapi sifatnya masih sementara. Sebab, masih ada beberapa potongan tubuh yang belum teridentifikasi.

Sementara PMI yang sebelumnya me-release 14 korban tewas, tadi malam setelah dicocokkan kembali akhirnya membuat kesimpulan sepuluh korban tewas.
(edo/berbagai sumber)


Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Kirim email ke