good point...:))


                                                                           
             "elok dyah                                                    
             messwati"                                                     
             <[EMAIL PROTECTED]>                                          To 
             Sent by:                  <ppiindia@yahoogroups.com>          
             [EMAIL PROTECTED]                                          cc 
             ups.com                                                       
                                                                   Subject 
                                       Re: Meniru Budaya Telanjang - Re:   
             06/06/2005 03:57          [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu   
             PM                        Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)     
                                                                           
                                                                           
             Please respond to                                             
             [EMAIL PROTECTED]                                             
                  ups.com                                                  
                                                                           
                                                                           




Bukankah di Papua juga masih banyak saudara kita sebangsa  yang
telanjang...
masak itu meniru Barat?

----- Original Message -----
From: "A Nizami" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>; "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, June 06, 2005 8:34 AM
Subject: Meniru Budaya Telanjang - Re: [ppiindia] Re: Mengapa Kita Perlu
Meniru Barat? (lagi2 si ulil..)


> Saat ini, yang berhasil ditiru Indonesia adalah budaya
> "telanjang" dari Barat, berupa buka2 pakaian hingga
> bugil hingga maraknya pornografi dan perkosaan, serta
> semangat merubah2 agama.
>
> Ada pun semangat mengembangkan high-tech atau mandiri
> dalam agrobisnis justru tidak muncul...:)
>
> --- "Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > hehehehe....ceritanya Ulil lagi neh...
> >
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > >
> > > Mengapa Kita Perlu Meniru Barat?
> > > Oleh Ulil Abshar-Abdalla
> > > 31/05/2005
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan,
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme).
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula.
> > >
> > > Tantangan umat Islam sekarang ini persis seperti
> > yang dihadapi
> > Jepang pada abad 18 dulu. Ketika itu, intelektual
> > Jepang dihadapkan
> > pada pilihan yang sulit: apakah menerima dan meniru
> > Barat atau tetap
> > berpegang pada warisan Tokugawa yang menutup diri
> > total dari pengaruh
> > asing. Hashim Saleh pernah menulis mengenai hal ini
> > di harian Al
> > Hayat. Jepang menempuh jalur "nekad" yang ternyata
> > benar: tirulah
> > Barat. Sebagian besar intelektual Muslim selama
> > peralihan abad 20
> > mengusulkan opsi serupa, "tirulah Barat, karena di
> > sana terdapat hal-
> > hal yang menjadi rahasia kemajuan umat manusia."
> > Kalau kita
> > baca "Arabic Thought in Liberal Age" karya Albert
> > Hourani, akan
> > tampak bahwa semangat rasionalisme dan keinginan
> > meniru Barat begitu
> > menonjol dalam kesadaran intelektual Islam pada abad
> > 19 dan awal abad
> > 20.
> > > Arusnya kemudian berbalik pada tahun 70-an,
> > terutama dimulai dari
> > Timur Tengah, yaitu ketika terjadi pengalaman pahit
> > "Perang Tujuh
> > Hari" (dikenal sebagai "an nakbah") di tahun 1967 di
> > mana negara-
> > negara Arab kalah perang terhadap Israel.
> > Rezim-rezim otoriter di
> > Timteng yang kebanyakan mendukung opsi "tirulah
> > Barat" gagal memenuhi
> > harapan publik, sehingga datanglah kaum Ikhwan
> > dengan jargon besar
> > yang menipu, "Al Islam huwal badil". Semboyan Ikhwan
> > itu memupus
> > warisan penting yang ditinggalkan oleh orang-orang
> > semacam Rifa'ah
> > Tahtawi, yaitu warisan rasionalisme. Dengan semboyan
> > itu, dikesankan
> > seolah-olah Islam adalah sistem alternatif yang sama
> > sekali bertolak
> > belakang dengan Barat yang --menurut mereka--
> > "dekaden" secara moral.
> > Islam, dengan demikian, ditampilkan sebagai agama
> > yang memusuhi hasil-
> > hasil penting dari rasionalisme Barat, seperti
> > sistem demokrasi.
> > Mengusulkan Islam sebagai "al badil" adalah
> > kekalahan kedua setelah
> > kekalahan bangsa Arab terhadap Israel.
> > >
> > > Memang problem besar yang dihadapi oleh bangsa
> > Arab adalah warisan
> > institusi negara di sana yang begitu raksasa.
> > Kekuatan-kekuatan
> > alternatif dalam masyarakat sulit berkembang,
> > seluruh potensi ke arah
> > pembangkangan diberangus. Hasilnya: negara yang
> > begitu kuat, tetapi
> > sekaligus tak terkontrol. Korban dari "negara
> > kontrol" ini bukan saja
> > kaum oposisi sekuler, tetapi lebih-lebih adalah kaum
> > oposisi Islam.
> > Inilah pengalaman pahit yang dialami oleh kaum
> > Islamis di Mesir, Al
> > Jazair, Siria, Irak, dan lebih parah lagi Saudi
> > Arabia. Paradoks di
> > dunia Arab adalah bahwa keinginan untuk meniru Barat
> > dan rasionalisme
> > justru diselenggarakan melalui "negara kontrol" yang
> > represif. Sudah
> > bisa diduga jika hasil dari semua ini adalah
> > kekecewan besar
> > masyarakat Arab. Kekecewaan itu makin dalam ketika
> > bangsa Arab
> > melihat kenyataan lain, yaitu berdirinya negara
> > Israel. Masalahnya
> > menjadi lebih parah lagi karena berdirinya negara
> > Isreal itu tejadi
> > karena sokongan negeri-negeri Barat terutama AS.
> > Ujung dari semua ini
> > sudah bisa diduga: menolak Barat berikut
> > rasionalisme yang terkandung
> > di dalamnya. Manakala Barat ditolak, sudah tentu
> > alternatif harus
> > diajukan. Ditemukanlah "lampu Aladin" baru, yaitu
> > Islam.
> > >
> > > Perkembangan di Arab itu juga mengimbas ke
> > kawasan-kawasan lain.
> > Jargon "Islam adalah solusi" juga kemudian ditiru di
> > mana-mana. Lalu
> > muncullah ilusi bahwa Islam akan dapat menjadi
> > sistem alternatif yang
> > bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
> > oleh umat Islam.
> > Yang patut disayangkan adalah bahwa kata "Islam"
> > dalam jargon itu
> > dimengerti sebagai suatu sistem tertutup yang
> > seolah-olah khas
> > pemberian Tuhan, sudah lengkap dalam dirinya, sudah
> > siap pakai, pasti
> > sesuai untuk segala zaman dan tempat. Islam juga
> > dimengerti dalam
> > tafsiran yang justru berlawanan dengan kehendak
> > zaman itu sendiri,
> > bahkan terkesan anti-rasionalisme dan
> > intelektualisme. Saya dapat
> > mengatakan dari sejak mula, proyek "Islam adalah
> > solusi" kemungkinan
> > besar akan menemui kegagalan pula.
> > >
> > > Solusi yang harus ditempuh oleh umat Islam sudah
> > dicontohkan oleh
> > Jepang, yaitu meniru Barat, menerapkan rasionalisasi
> > atas kehidupan,
> > dan memodernisir teknik; agama sebaiknya ditempatkan
> >
> > dalam "sanctuary" yang namanya ruang privat. Bahwa
> > Barat harus ditiru
> > secara kritis itu sudah merupakan kebenaran dalam
> > dirinya (truisme).
> > Jepang pun meniru Barat dengan kritis pula. Apa yang
> > dibutuhkan umat
> > Islam sekarang ini adalah melakukan rasionalisasi
> > atas dua bidang
> > sekaligus. Pertama, rasionalisasi atas pengelolaan
> > kehidupan sosial-
> > politik. Wujudnya adalah sistem demokrasi dengan
> > seluruh kerangka
> > kelembagaan dan kebudayaan yang ada di dalamnya:
> > partai yang kuat,
> > parlemen yang berwibawa, lembaga peradilan yang
> > independen, pers
> > bebas, masyarakat sipil yang "vibrant", serta kultur
> > sipil yang
> > mapan. Yang kedua, rasionalisasi atas pengelolaan
> > alam. Wujudnya
> > adalah teknologi. Bagi saya, rasionalisasi dalam dua
> > bidang itu
> > sekaligus merupakan hal niscaya kalau umat Islam
> > hendak meraih
> > kemajuan seperti yang diperoleh Barat. Bangsa-bangsa
> > lain di Asia
> > yang sudah mulai "catch up with the wagon" dan mampu
> > meletakkan diri
> > sejajar dengan Barat, kurang lebih menempuah jalur
> > semacam itu.
> > >
> > > Sebagian umat Islam ada yang membuat pembedaan
> > antara sistem sosial
> > dan teknik. Dalam lapangan pertama, umat Islam harus
> > menciptakan
> > sistem sosial sendiri yang "asli" Islam, sementara
> > dalam lapangan
> > kedua Barat bolehlah ditiru. Artinya: rasionalisasi
> > dalam sistem
> > sosial tidak dihindari; rasionalisasi hanya
> > dimungkinkan dalam segi
> > teknik. Taqiyyuddin An Nabhani, pendiri Hizbut
> > Tahrir, membedakan
> > antara "madaniyyah" dan "hadlarah". Madaniyyah
> > adalah peradaban yang
> > meliputi teknik; hadlarah adalah kerangka normatif
> > dan sistem sosial
> > yang mengatur kehidupan masyarakat.. Barat bisa
> > diterima pada
> > level "madaniyyah", bukan pada level "hadlarah".
> > Bagi saya, pembedaan
> > semacam ini adalah pembedaan yang kurang perlu. Bagi
> > saya,
> > rasionalisasi justru lebih mendesak dalam bidang
> > pengelolaan
> > kehidupan sosial. Apa gunanya umat Islam menguasai
> > teknik, kemudian
> > teknik itu diterapkan dalam kerangka sistem sosial
> > yang otoriter.
> >
> === message truncated ===
>
>
> Bacalah artikel tentang Islam di:
> http://www.nizami.org
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links










***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke