Betul.

Kebanyakan negara kaya SDA adalah negara termiskin didunia. 
Sebaliknya, negara yang andal SDMnya, memimpin dunia. Bahkan 
Singapura, menyalip Indonesia berkat keandalan SDM mereka.

Dibawah ini ada artikel yang menunjang statement ini.

Salam

danardono


Ayam Mati di Lumbung 


Kahlil Rowter 

Sungguh ironis bangsa Indonesia. Dengan sumber daya alam, jumlah 
penduduk yang banyak dan sumber dana besar, tidak dapat 
mentransformasikan diri menjadi bangsa besar dan kaya. 

Baru-baru ini terungkap keberadaan dana pemerintah dalam jumlah 
cukup besar, paling tidak Rp 70 triliun, yang tidak terpakai dan 
tersimpan di Bank Indonesia. Sebagian dana akan dipakai untuk 
menutup defisit anggaran yang naik karena pengeluaran yang tidak 
diduga sebelumnya, di samping karena turunnya penerimaan pajak 
seiring melambatnya ekonomi Indonesia. Mungkin tidak seluruhnya 
dapat dipakai karena harus disisakan sebagian untuk cadangan 
darurat. 

Dalam sistem perbankan juga terdapat dana "menganggur" yang dapat 
ditakar dari nisbah pinjaman terhadap deposito (loan to deposit 
ratio) sekitar 62 persen. Artinya saat ini tersedia dana menganggur 
lebih dari Rp 480 triliun. Sebagian dana ini ditempatkan dalam 
obligasi pemerintah (Surat Utang Negara), Sertifikat Bank Indonesia 
(SBI), dan instrumen lainnya. Situasi ini merugikan sekaligus 
perekonomian, sektor perbankan, dan BI. Untuk perekonomian berarti 
terdapat dana menganggur yang seyogianya dapat didayagunakan untuk 
investasi "berbuah" pertumbuhan ekonomi. Untuk perbankan, penempatan 
selain pada kredit berakibat pendapatan yang rendah. Terakhir, BI 
yang menyerap kelebihan likuiditas itu dengan SBI senilai Rp 177 
triliun lebih saat ini, harus mengeluarkan ongkos sangat besar 
karena membayar bunga. 

Sebagian SBI juga dimiliki bank-bank pembangunan daerah 
sebagai "kantung" sementara dana milik pemerintah daerah, yang belum 
disalurkan. Per Maret 2006 akumulasi dana milik pemda itu mencapai 
Rp 70 triliun. 

Dana-dana menganggur ini mencerminkan rendahnya pemanfaatan sumber-
sumber dalam negeri untuk investasi. Terdapat pula pemanfaatan utang 
luar negeri yang kurang optimal. Penyerapan tambahan utang luar 
negeri pada tahun 2006 diperkirakan 30 persen. Penyerapan seluruh 
akumulasi utang luar negeri terus turun dari 70 persen tahun 1999 
menjadi sekitar 50 persen tahun 2003. 

Penyerapan utang luar negeri yang rendah ini pada saat yang sama 
juga diiringi penyerapan anggaran pemerintah secara umum pada 
tingkat 32% dan belanja modal 15% sampai bulan Juni 2006. 

Artinya anggaran pemerintah sulit diharapkan memicu pertumbuhan 
ekonomi. Padahal sangat dibutuhkan saat pertumbuhan ekonomi 
Indonesia melemah dan kemampuan swasta terbatas, antara lain karena 
tingginya suku bunga. 

Potensi pertumbuhan 

Seandainya seluruh dana menganggur di perbankan dan milik pemerintah 
dapat diinvestasikan dalam satu tahun, secara teoretis pertumbuhan 
ekonomi dapat ditambah 4,5 persen. Atau, jika dibagi dalam dua 
tahun, dampaknya adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tidak 
2,2 persen per tahun. Sesedikit apapun sumbangannya penggunaan dana 
menganggur ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat 
diperlukan untuk menyerap angkatan kerja baru dan pengangguran yang 
kini mencapai 11 juta orang. Untuk itu diperkirakan pertumbuhan per 
tahun minimal 7 persen beberapa tahun ke depan. 

Salah satu sebab rendahnya penyerapan anggaran di daerah adalah 
duplikasi pengeluaran pembangunan pemerintah pusat dan daerah. 
Efisiensi penggunaan dana investasi juga harus ditingkatkan dan 
selanjutnya daerah harus berusaha mendapatkan sendiri sumber dana 
investasinya, misalnya melalui penerbitan obligasi daerah. Alokasi 
anggaran seharusnya didasarkan pada kinerja pemerintah dalam 
memenuhi standar yang telah ditentukan. Pada saat ini tidak terdapat 
sistem yang dapat memonitor kinerja atau keluaran (output) 
pemerintah sehingga terbuka kemungkinan misalokasi dana. Dampaknya 
selain pemborosan dana, juga tidak tercapainya standar produksi jasa 
pemerintah yang diinginkan masyarakat. 

Pola pengeluaran pemerintah yang umumnya lambat di paruh pertama 
setiap tahun dan meningkat menjelang akhir tahun sangat tidak 
kondusif. Di satu sisi pada saat pengeluaran rendah maka berbagai 
proyek tidak dijalankan atau dikerjakan dengan pendanaan dari 
pemasok. Hal ini tentunya meningkatkan biaya proyek itu sendiri dan 
rawan penyelewengan. Sebaliknya pada saat dana sedang dikucurkan, 
pelaksanaan berbagai proyek dilakukan tergesa-gesa yang berpotensi 
menurunkan kualitasnya sekaligus menyulitkan pemantauan keuangan. 

Salah satu cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan 
menggunakan anggaran multi-tahun, di mana kelebihan dana otomatis 
dibawa ke tahun berikutnya. Kerangka waktu pendanaan proyek optimal 
jika disamakan dengan kerangka pengerjaan fisik proyek. 

Perkembangan terakhir 

Upaya pemerintah untuk memilih beberapa komoditas unggulan, dengan 
memberikan beberapa insentif, sudah tepat. Hanya dengan fokus, 
kemajuan dapat dicapai. Lebih dari sekedar insentif, ada baiknya 
jika unit-unit pemerintah yang relevan dengan komoditas unggulan 
tersebut bekerja sama untuk mengupayakan kegiatan intensif pada 
setiap lini dalam proses produksinya. 

Thailand misanya, sejak bertahun-tahun lalu pemantauan suatu 
komoditas unggulan, katakan pepaya, dari supermarket di Tokyo (pasar 
utama komoditas ini) sampai ke lahan produksinya di Thailand. Dengan 
perhatian pada setiap titik produksi ini, seluruh jalur produksi, 
transportasi sampai pemasaran dapat dioptimalkan. 


Dalam situasi di mana pengangguran tinggi sekaligus pemakaian 
kapasitas produksi juga tinggi, sangat dibutuhkan investasi agar 
pertumbuhan dapat ditingkatkan. Saat industri dan konsumen masih 
bergulat menyesuaikan diri dari kenaikan harga bahan bakar minyak 
tahun lalu dan masih tingginya suku bunga, maka stimulus fiskal 
sangat diharapkan. Sayangnya hal ini belum terealisir. Padahal 
ketersediaan dana di dalam negeri sangat besar dan segaligus 
pemanfaatan pinjaman luar negeri juga masih kurang. 

Terlepas dari stimulus fiskal secara langsung, Indonesia sebenarnya 
punya sumber dana yang sangat cukup di dalam negeri untuk menunjang 
investasi dan pertumbuhan. Untuk memanfaatkannya dibutuhkan strategi 
yang jelas, dan cepat karena makin lama pertumbuhan yang lambat maka 
pembentukan ekspektasi akan makin menyulitkan peningkatan 
pertumbuhan itu sendiri. Karena untuk melakukan investasi dibutuhkan 
cukup banyak pemilik modal yang mau mengambil risiko, sementara 
makin lama harapan mereka dikecewakan makin takut pula mereka untuk 
mengambil risiko. Akibatnya akan dibutuhkan insentif yang makin lama 
makin besar untuk menggerakkan investasi, dengan ongkosnya serta 
risikonya makin besar pula. 

Alangkah sayangnya kalau Indonesia tidak dapat mengambil kesempatan 
melakukan terobosan di tengah ketersediaan dana. Sementara bangsa-
bangsa lain lari makin cepat, Indonesia tidak boleh tertinggal.* 

Kahlil Rowter, Chief Economist CIMB-GK Securities Indonesia 


------------------------------




--- In ppiindia@yahoogroups.com, "fauziah swasono" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> IMHO, mempunyai SDA melimpah belum jaminan untuk menjadi kaya. 
Bukan
> semata2 karena selalu "dirampok" negara tak ber-SDA. Tetapi lebih
> karena angin surga yang menyesatkan. Lupa kalau sebanyak2nya "harta
> warisan" suatu saat akan habis juga, sedangkan ilmu malah bisa
> berkembang biak. 
> 
> Lihat saja kehidupan kita sehari2. Harta warisan dari ortu kalo 
cuma
> dimakanin aja bakal habis juga. Sedangkan ilmu yang diamalkan scr
> profesional malah bisa menjamin kehidupan seseorang.
> 
> Negara2 kaya SDA semacam Indonesia, negara2 Afrika dan Amerika 
Latin
> banyak yang miskin krn pemerintahnya malas dan korup. Teknologi 
tidak
> dikuasai, uang hasil jualan diembat sendiri. Sedangkan negara2 
miskin
> SDA justru sadar diri. Jepang, Korea, Singapur, adalah bbrp 
contohnya.
> Jepang yang negaranya mungil dan gak habis2nya kena gempa, malah
> sekarang bisa menguasai banyak teknologi canggih dan menjadi the
> second largest economy in the world (setelah USA). 
> 
> Suka atau tidak, didunia ini, nilai tambah (value added) itu lebih
> berharga/mahal daripada barang mentah. Berapa harga getah karet?
> Bandingkan dg harga ban mobil. Berapa harga kaca, besi dan plastik?
> Bandingkan dg lensa Nikon VR 70-200. It's technology that changes 
it,
> and no average people would have mastered it. Harus diperjuangkan,
> dipelajari, dikembangkan. Robot bukan diciptakan dari mengkhayal. 
Dan
> saya pikir, ini bentuk salah satu keadilan Allah. Sehingga orang
> "miskin" punya kesempatan untuk maju. Kalau tidak, selamanya orang
> miskin tetap miskin karena gak punya harta warisan yang cukup.
> 
> Sebagai info, cadangan minyak USA (proved reserves) jauh lebih 
besar
> daripada punya Indonesia. Data akhir 2005: US: 29.3 T barrels dan
> Indonesia 4.3 T barrels. 20 tahun yl: US 36.4 T barrels dan RI 9.2 
T
> barrels.
> 
> Sudah, lupakan saja kalau kita itu kaya harta warisan, lebih baik 
kita
> semua bekerja keras dan susul dulu itu Malaysia negara tetangga dan
> serumpun yang dulu dibelakang kita sekarang mulai jauh didepan 
kita.
> CMIIW, thanks.
> 
> salam,
> fau
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah <fm_solihah@> wrote:
> >
> >         Btw apa yang membuat AS kaya? Darimana kekayaan AS?Apakah
> dari SDA-nya sendiri atau 'menjarah' negara lain? ^_^ 
> >    
> >   AS Negara Terkaya Sedunia 
> > 
> > 
> > 
> >   WASHINGTON, SABTU - Amerika Serikat menjadi negara terkaya di
> dunia pada tahun 2005, dengan Produk Dometik Bruto (PDB) mencapai
> 12,46 triliun dolar AS. 
> >
>







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke