justeru di zaman orba media massa sulit menulis berita yang benar,
jadi salah sendiri kalau percaya media saat itu.

para awak redaksi menulis dengan ketakutan karena ancaman
sensor pemerintah.

banyak berita tak bisa dimuat karena ancaman itu.

media massa kita di zaman orde baru seperti media massa di
singapura dan malaysia sekarang. isinya berita tentang
negara lain, mistik/tahayul dan sekitar paha dan dada.



At 03:05 PM 6/25/2007, you wrote:

>Ya deh yang lebih paham soal begituan.. :-)
>Ini sekedar kutipan dari milis lain..
>
>Apa iya, yang boleh kasih komentar cuma (mantan) pelaku (mis: Umar Abduh)
>atau pengamat intel(ijen) yang disorot siaran tv saja?
>
>Publik (harus) percaya mentah" apa yang disampaikan di media massa?
>Kita mau dibalikkin lagi ke jaman ORBA, apa?
>CMIIW..
>
>Wassalam,
>
>Irwan.K
>
>"..
>izinkan saya memberi informasi (bukan menjawab mbak siska--gak berani ilmune
>sek cetek)
>tentang fase yang sangat menentukan dalam mengubah JI, apakah fatwa osama
>atau intelijen.
>Informasi saya: Ketika bom Bali meledak, polisi melakukan pekerjaannya di
>TKP.
>(Saat itu banyak isu, misalnya Hendropriyono sedang ada di Bali dls). Ketika
>polisi bekerja,
>saya bersama Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan perburuan teroris
>(bersama Sukma,
>Tempo). Intinya bukan pada perburuan dan hasilnya. Tetapi, dalam daftar BIN,
>nama-nama
>'teroris' yang kita kenal sekarang ini sudah saya dapatkan pada saat itu,
>kecuali Amrozi
>(paling tidak orang-orang topnya)... penafsiran saya: daftar panjang teroris
>itu telah ada.
>juga organnya, sistem komandonya, cara kerjanya, wilayahnya, dan tujuannya
>(motif, kata
>mas farid).
>
>mengapa polisi harus dari TKP? Polisi dan TNI telah berpisah. Polisi dan TNI
>(BIN) kemudian
>sama-sama mencari nama, pengaruh, jaringan politik, dan 'power.' pendapat
>saya: waktu itu,
>sedang terjadi perlombaan antara BIN, TNI, dan Polisi dalam 'mengungkap'
>aksi teror.
>suplai informasi BIN ke polisi kadang dipakai, tapi banyak gak
>dipakainya---ketika investigasi
>kasus bom Bali dipegang Mangku Pastika. tetapi, Mangku tidak bisa berkutik
>ketika disodori
>bukti jaringan, sistem organ, dll. Sederhananya: Mangku memang berangkat
>dari TKP.
>Tetapi, BIN telah memberikan "Benang Merahnya."
>
>Dari mana BIN memegang benang merah itu?Ingat, HP bekas komandan pasukan
>Garuda Hitam
>di Lampung. Peristiwa Lampung, komando jihad, pembajakan pesawat garuda
>(Umar Abduh dkk),
>dll merupakan 'akar sejarah' yang tidak bisa dipisahkan dari buku hitam BIN
>(BIA, BAKIN, ORBA
>plus bagaimana ORBA meradikalisasi organ-organ itu untuk menghanjurkan organ
>lainnya atau
>menciptakan organ baru dengan tender-tender baru--politik-kekuasaan-materi).
>
>Ibaratnya begini: Jika ada ledakan bom, tinggal buka buku saja: siapa
>melakukan apa dan
>jaringannya siapa, lalu kapan dijemput. Sejak Mangku menyelesaikan tugasnya
>di bom Bali I,
>kerja polisi (Densus 88) lebih ditentukan oleh buku biru BIN. mengapa?
>Garisnya jelas, yang diubek-ubek ya jelas, ya itu-itu saja. Namun, Densus
>juga tidak bodoh.
>Dia juga punya informasi lapangan yang mungkin tidak dipunyai BIN. Ini hanya
>soal variasi
>orang atau plus-minuslah. Intinya tetap: benang merahnya ada kok tinggal
>dijemput bila ada
>order.
>
>maaf bila salah
>
>sekian
>terima kasih
>.."


Kirim email ke