Iya..yah, gimana coba....

By.Adi

Mas Bagong <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                  Halo 
Broer,
 Saya sih percaya bahwa ada teroris di Indonesia, jelas itu. The question is
 apa beda polisi dan teroris?
 Jika yang membedakan hanyalah seragam, bukan tindakan, lalu it's about who
 is the winner and who is the looser!
 ketika ada seorang penjahat melakukan kejahatan, maka dia harus dihukum,
 tidak peduli apapun background kejahatannya dia!
 Tetapi ketika ada seorang polisi akan menangkap penjahat, jika ia
 menangkapnya dengan melanggar aturan, apakah bisa dikatakan 'he is the good
 cop'?
 Karena yang membedakan polisi dan penjahat adalah apakah ia menabrak hukum
 atau tidak! Inilah garis merah yang tidak boleh dilangkar, even only a step
 beyond the line! Itu sebabnya di Amrik pun polisi harus tetap membacakan
 'hak-hak miranda' terhadap tersangka, bahkan ketika polisi melakukan
 'excessive force' pun sekalipun terhadap penjahat maka berlaku padanya
 hukum.
 Nah masalah yang terjadi adalah, ketika ada teroris hendak ditangkap, lalu
 si teroris sudah jongkok lalu ditembak di kakinya, pertanyaannya adalah
 'benarkah ini'?
 Bila alasannya adalah teroris berbahaya, maka akan muncul analogi lain, maka
 suatu saat ada seorang maling ayam ditembak kakinya dengan alasan ia
 berbahaya! Is it a reasonable way? Hebatnya lagi seorang kepala polisi
 meinta hal ini dimaklumi! Mungkin suatu saat saya juga akan ditembak di kaki
 saya saat melanggar lampu merah di perempatan jalan karena saya 'berbahaya'!
 Inilah 'garis merah' kita! Ketika suatu pelanggaran dimaklumi maka seribu
 satu alasan pelanggaran lain pun akan mengalami hal yang sama, dan ketika
 itu terjadi akankah kita sekarang akan mengatakan, 'yah nggak papalah khan
 dia teroris? ya biar saja ditembak!'
 Ingat 'jasmerah', dulu pun kita memaklumi jendral-jendral orba membabat
 orang-orang 'PKI' dengan alasan yang sama dengan alasan kepla polisi ini,
 'PKI itu adalah bahaya laten!' Namun di 1990-an aktivits, mahasiswa pun
 hilang baru kita teriak 'HAM'! tetapi terlambat om!
 Ini bukan masalah teroris atau bukan teroris, tetapi masalahnya adalah
 'bagaimana'!
 Cheers,
 DG
 
 On 6/22/07, RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 >
 >   Begitulah.
 >
 > Orang orang yang meragukan kesalahan teroris yang ditangkap polisi,
 > misalnya si Nuaim alias Zarkasih, ketua Lajnah Ikhtiar Lismatul Amir
 > (wah bahasa asing nihhh, kayaknya kita berada di Yemen atau
 > Hadramaut), silakan menghadap pak Irjen polisi Gories Mere dan
 > membeberkan pembuktian tak bersalah orang orang ini.
 >
 > Kalau gak bisa buktikan, dan sekedar omdo alias omong doang, silakan
 > menemani mereka di Nusakambangan..
 >
 > Salam
 >
 > danardono
 >
 > --- In ppiindia@yahoogroups.com <ppiindia%40yahoogroups.com>, Nugroho
 > Dewanto <[EMAIL PROTECTED]>
 > wrote:
 > >
 > >
 > >
 > > Abu Dujana dan Teror yang Menyelinap
 > >
 > > KADANG kala, kemudaratan besar muncul dari mimpi yang luhur.
 > >
 > > Di Kamboja, tiga dekade silam, tepatnya pada 1979, Pol Pot
 > > menancapkan sebuah pancang raksasa. Dari sebuah titik nol itu, ia
 > dan
 > > kawan-kawan Khmer Merahnya mau menguburkan masa lalu yang korup,
 > > busuk, dan kotor. Membangun masyarakat baru yang adil-makmur,
 > dengan
 > > kelas buruh taninya yang bebas dari segala eksploitasi.
 > >
 > > Di Afganistan, pada 1996, Kabul jatuh ke tangan Taliban. Sejak
 > itu,
 > > Taliban yang berkuasa tak mengalihkan pandangannya dari satu
 > model:
 > > masyarakat islami, lepas dari Barat yang materialistis, egoistis,
 > > eksploitatif, dan hedonistis. Membebaskan masyarakat Afganistan
 > dari
 > > penyakit-penyakit sosial, buah peradaban kapitalistis modern,
 > seraya
 > > mengembalikan nilai-nilai lama. Dan itu bisa ditempuh melalui
 > jalan
 > > apa pun: dari yang sifatnya superfisial hingga yang fatal.
 > >
 > > Maka, di Afganistan, Taliban cepat memerangi para penentang ide
 > itu,
 > > menggerakkan polisi moralnya untuk mengawasi perempuan membungkus
 > > tubuhnya baik-baik, melarang perempuan kuliah di universitas, dan
 > > memaksa lelaki memelihara jenggot. Di Kamboja, Khmer Merah
 > mendirikan
 > > panggung mengerikan atau killing fields--tempat mereka membantai
 > > orang yang tidak sehaluan atau yang dianggap menghalangi niat
 > luhur
 > > itu. Dan di Indonesia, di Bali, sekelompok orang meledakkan klub
 > > malam pada 2002, menewaskan 202 orang turis dan warga sendiri.
 > Lantas
 > > berturut-turut giliran Hotel Marriott (2003), Kedutaan Besar
 > > Australia (2004), dan Bali lagi (2005).
 > >
 > > Memang mereka bukan Khmer Merah yang sebentar lagi akan diadili di
 > > Kamboja, dan mungkin tak persis sama dengan Taliban yang masih
 > > bergerilya di Afganistan Selatan. Yang menyatukan mereka hanyalah
 > > keyakinan bahwa dunia harus diubah secara drastis.
 > >
 > > Dunia tempat kita berteduh menyimpan banyak ketidakadilan. Tapi
 > > itulah dunia yang tidak pernah sepi dari eksperimen mendirikan
 > > masyarakat yang ideal serta menyingkirkan segala hal yang dianggap
 > > busuk. Dari penyelidikan selama ini, pelakunya bisa siapa saja,
 > bisa
 > > berpenampilan sangar, bisa lemah lembut. Ia ada di antara kita
 > dengan
 > > aneka profesi, dari tukang jahit, tukang servis elektronik, hingga
 > > guru mengaji. Dan tentang Abu Dujana serta Zarkasih--dua tokoh
 > > penting organisasi Jamaah Islamiyah--yang membedakan mereka dari
 > > anggota masyarakat lain adalah hal yang bersembunyi dalam
 > pikirannya:
 > > mereka orang yang hidup dengan mimpi luar biasa itu.
 > >
 > > Abu Dujana atau Ainul Bahri dikenal sebagai orang yang baik dan
 > > santun. "Dia juga pendiam dan sabar," kata pamannya. Tapi polisi
 > > punya catatan lain. Dujana diyakini ikut merancang Bom Bali I dan
 > > menjalani latihan militer di Afganistan. Pengalaman
 > internasionalnya
 > > pun luas: ia pernah menjadi instruktur di Peshawar, Pakistan, dan
 > di
 > > Mindanao, Filipina Selatan. Dujana pandai berbahasa Inggris dan
 > Arab.
 > > Yang terang, ia diyakini menempati posisi istimewa setelah
 > kematian
 > > Azahari Husin dalam suatu tembak-menembak dua tahun lalu.
 > >
 > > Zarkasih alias Nuaim juga punya pengalaman internasional yang
 > luas.
 > > Tiga tahun ia menjadi instruktur di Afganistan dan melatih di
 > > Mindanao, Filipina Selatan. Sepulang ke Indonesia, ia menjadi
 > salah
 > > satu sesepuh Jamaah Islamiyah. Belakangan, Zarkasih terpilih
 > sebagai
 > > Amir Darurat Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara. Sama dengan
 > Dujana,
 > > oleh tetangganya di Ngaglik, Sleman, Zarkasih dikenal sebagai
 > > pedagang roti yang ramah.
 > >
 > > Mungkin kita dapat meraba situasi macam apa yang diciptakan dan
 > > kemudian dihadapi Abu Dujana, Zarkasih, dan kawan-kawan.
 > Sekelompok
 > > orang berhasil menemukan akar keangkaramurkaan, lalu segalanya
 > > berhenti di situ. Mereka menumpahkan segenap kesalahan dan
 > keburukan
 > > di muka bumi ini pada hal itu, sehingga tak ada lagi ruang buat
 > > mengetahui kesalahan sendiri. Padahal dunia tidak akan berubah
 > > seandainya kita juga tidak pintar mengkritik diri sendiri. Buku
 > > biografi Imam Samudra, Aku Melawan Teroris, bisa bercerita banyak
 > > untuk menjelaskan fenomena ini.
 > >
 > > Kini banyak pujian ditujukan kepada tim antiteror kepolisian,
 > setelah
 > > dua pentolan jaringan Jamaah Islamiyah Asia Tenggara, Abu Dujana
 > dan
 > > Zarkasih, dapat ditangkap. Tentu saja ini merupakan kemajuan hebat
 > > dibanding saat pertama kali Indonesia menghadapi teror bom, tahun
 > > 2002. Ya, setelah Bom Bali II, 2005, polisi berhasil menangkap
 > > beberapa tokoh penting Jamaah Islamiyah.
 > >
 > > Dan sejauh ini, polisi juga telah membuktikan bahwa perang melawan
 > > teroris bukan saja perang menaklukkan, tapi juga menyadarkan.
 > > Persuasi melalui kerabat dekat dan tokoh lokal karismatis mungkin
 > tak
 > > akan berarti bagi sosok seperti Abu Dujana dan Zarkasih. Namun
 > itulah
 > > instrumen yang efektif mengembalikan mereka yang terbuai mimpi
 > bahwa
 > > hidup lebih baik setelah musuh dilumpuhkan.
 > >
 > > (Opini Majalah Tempo, Senin 18 Juni 2007)
 > >
 > >
 > >
 > > [Non-text portions of this message have been removed]
 > >
 >
 > 
 >
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
     
                       

       
---------------------------------
 Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Tryit now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to