Ada "Asas Praduga Tak Bersalah" atau "Presumption of
Innocence" di mana seseorang dinyatakan TIDAK BERSALAH
 hingga PENGADILAN MENYATAKAN BERSALAH.

Mungkin banyak orang termasuk Jurnalis Tempo belum
memahami hal itu. 

Ini artikelnya:
http://en.wikipedia.org/wiki/Presumption_of_innocence
Presumption of innocence is a legal right that the
accused in criminal trials has in many modern nations.
It states that no person shall be considered guilty
until finally convicted by a court.
==

Kan Pengadilan belum dijalankan. Jadi tunggu saja
hasilnya. Setelah vonis hakim, baru kita bisa bilang
itu teroris dan polisi bisa menembak mati terorisnya.

Sebelum ada sidang pengadilan, ya polisi bisa ngomong
apa saja. Tapi itu bukan vonis hakim.

--- Farid Gaban <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dede,
> 
> Kapan ya kira-kira Tempo bisa menulis dengan sedikit
> lebih kritis
> terhadap polisi?
> 
> Dujana DIYAKINI...  
> Yang terang, ia DIYAKINI menempati posisi
> istimewa... 
> 
> (siapa yang meyakini?)
> 
> Zarkasih alias Nuaim juga punya pengalaman
> internasional yang luas.
> 
> (siapa mengatakan? Polisi atau hasil investigasi
> Tempo?)
> 
> salam buat teman-teman di Tempo,
> Farid Gaban
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > 
> > 
> > Abu Dujana dan Teror yang Menyelinap
> > 
> > KADANG kala, kemudaratan besar muncul dari mimpi
> yang luhur.
> > 
> > Di Kamboja, tiga dekade silam, tepatnya pada 1979,
> Pol Pot 
> > menancapkan sebuah pancang raksasa. Dari sebuah
> titik nol itu, ia dan 
> > kawan-kawan Khmer Merahnya mau menguburkan masa
> lalu yang korup, 
> > busuk, dan kotor. Membangun masyarakat baru yang
> adil-makmur, dengan 
> > kelas buruh taninya yang bebas dari segala
> eksploitasi.
> > 
> > Di Afganistan, pada 1996, Kabul jatuh ke tangan
> Taliban. Sejak itu, 
> > Taliban yang berkuasa tak mengalihkan pandangannya
> dari satu model: 
> > masyarakat islami, lepas dari Barat yang
> materialistis, egoistis, 
> > eksploitatif, dan hedonistis. Membebaskan
> masyarakat Afganistan dari 
> > penyakit-penyakit sosial, buah peradaban
> kapitalistis modern, seraya 
> > mengembalikan nilai-nilai lama. Dan itu bisa
> ditempuh melalui jalan 
> > apa pun: dari yang sifatnya superfisial hingga
> yang fatal.
> > 
> > Maka, di Afganistan, Taliban cepat memerangi para
> penentang ide itu, 
> > menggerakkan polisi moralnya untuk mengawasi
> perempuan membungkus 
> > tubuhnya baik-baik, melarang perempuan kuliah di
> universitas, dan 
> > memaksa lelaki memelihara jenggot. Di Kamboja,
> Khmer Merah mendirikan 
> > panggung mengerikan atau killing fields--tempat
> mereka membantai 
> > orang yang tidak sehaluan atau yang dianggap
> menghalangi niat luhur 
> > itu. Dan di Indonesia, di Bali, sekelompok orang
> meledakkan klub 
> > malam pada 2002, menewaskan 202 orang turis dan
> warga sendiri. Lantas 
> > berturut-turut giliran Hotel Marriott (2003),
> Kedutaan Besar 
> > Australia (2004), dan Bali lagi (2005).
> > 
> > Memang mereka bukan Khmer Merah yang sebentar lagi
> akan diadili di 
> > Kamboja, dan mungkin tak persis sama dengan
> Taliban yang masih 
> > bergerilya di Afganistan Selatan. Yang menyatukan
> mereka hanyalah 
> > keyakinan bahwa dunia harus diubah secara drastis.
> > 
> > Dunia tempat kita berteduh menyimpan banyak
> ketidakadilan. Tapi 
> > itulah dunia yang tidak pernah sepi dari
> eksperimen mendirikan 
> > masyarakat yang ideal serta menyingkirkan segala
> hal yang dianggap 
> > busuk. Dari penyelidikan selama ini, pelakunya
> bisa siapa saja, bisa 
> > berpenampilan sangar, bisa lemah lembut. Ia ada di
> antara kita dengan 
> > aneka profesi, dari tukang jahit, tukang servis
> elektronik, hingga 
> > guru mengaji. Dan tentang Abu Dujana serta
> Zarkasih--dua tokoh 
> > penting organisasi Jamaah Islamiyah--yang
> membedakan mereka dari 
> > anggota masyarakat lain adalah hal yang
> bersembunyi dalam pikirannya: 
> > mereka orang yang hidup dengan mimpi luar biasa
> itu.
> > 
> > Abu Dujana atau Ainul Bahri dikenal sebagai orang
> yang baik dan 
> > santun. "Dia juga pendiam dan sabar," kata
> pamannya. Tapi polisi 
> > punya catatan lain. Dujana diyakini ikut merancang
> Bom Bali I dan 
> > menjalani latihan militer di Afganistan.
> Pengalaman internasionalnya 
> > pun luas: ia pernah menjadi instruktur di
> Peshawar, Pakistan, dan di 
> > Mindanao, Filipina Selatan. Dujana pandai
> berbahasa Inggris dan Arab. 
> > Yang terang, ia diyakini menempati posisi istimewa
> setelah kematian 
> > Azahari Husin dalam suatu tembak-menembak dua
> tahun lalu.
> > 
> > Zarkasih alias Nuaim juga punya pengalaman
> internasional yang luas. 
> > Tiga tahun ia menjadi instruktur di Afganistan dan
> melatih di 
> > Mindanao, Filipina Selatan. Sepulang ke Indonesia,
> ia menjadi salah 
> > satu sesepuh Jamaah Islamiyah. Belakangan,
> Zarkasih terpilih sebagai 
> > Amir Darurat Jamaah Islamiyah di Asia Tenggara.
> Sama dengan Dujana, 
> > oleh tetangganya di Ngaglik, Sleman, Zarkasih
> dikenal sebagai 
> > pedagang roti yang ramah.
> > 
> > Mungkin kita dapat meraba situasi macam apa yang
> diciptakan dan 
> > kemudian dihadapi Abu Dujana, Zarkasih, dan
> kawan-kawan. Sekelompok 
> > orang berhasil menemukan akar keangkaramurkaan,
> lalu segalanya 
> > berhenti di situ. Mereka menumpahkan segenap
> kesalahan dan keburukan 
> > di muka bumi ini pada hal itu, sehingga tak ada
> lagi ruang buat 
> > mengetahui kesalahan sendiri. Padahal dunia tidak
> akan berubah 
> > seandainya kita juga tidak pintar mengkritik diri
> sendiri. Buku 
> > biografi Imam Samudra, Aku Melawan Teroris, bisa
> bercerita banyak 
> > untuk menjelaskan fenomena ini.
> > 
> > Kini banyak pujian ditujukan kepada tim antiteror
> kepolisian, setelah 
> > dua pentolan jaringan Jamaah Islamiyah Asia
> Tenggara, Abu Dujana dan 
> > Zarkasih, dapat ditangkap. Tentu saja ini
> merupakan kemajuan hebat 
> > dibanding saat pertama kali Indonesia menghadapi
> teror bom, tahun 
> > 2002. Ya, setelah Bom Bali II, 2005, polisi
> berhasil menangkap 
> > beberapa tokoh penting Jamaah Islamiyah.
> > 
> > Dan sejauh ini, polisi juga telah membuktikan
> bahwa perang melawan 
> > teroris bukan saja perang menaklukkan, tapi juga
> menyadarkan. 
> > Persuasi melalui kerabat dekat dan tokoh lokal
> karismatis mungkin tak 
> > akan berarti bagi sosok seperti Abu Dujana dan
> Zarkasih. Namun itulah 
> > instrumen yang efektif mengembalikan mereka yang
> terbuai mimpi bahwa 
> > hidup lebih baik setelah musuh dilumpuhkan.
> > 
> > (Opini Majalah Tempo, Senin 18 Juni 2007)
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been
> removed]
> >
> 
> 
> 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]


       
____________________________________________________________________________________
Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.
http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mail&p=summer+activities+for+kids&cs=bz
 

Reply via email to