--- In ppiindia@yahoogroups.com, "hakim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Mbah Danar,.. beda pendapat bisa dengan siapapun. Dengan orang 
tuapun
> pendapat kita bisa beda. Pendapat Mbah bisa beda dengan pendapat 
saya. 
> Pendapat saya beda sama bapak Mediacare, Mbak Carla dsb. It's okay. 
> No problem. Yang penting saling menghormati, menghargai dan mengisi.
> Jangan ngamuk, menghina, melecehkan, merendahkan dsb. Inggih leres 
> to mbah?
> Mbah, Mau tahu apa kata nenek?
> Kalau main bom bolehnya di tempat latihan penjinak bom, latihan 
tempur 
> dan medan perang. Jangankan bom, lha sampah saja jangan 
dibuang/ditaruh
> di sembarang tempat. 
> Mbah, mungkin yang Mbah anggap teroris tsb meniru orang pada buang
> sampah di sembarang tempat. Makanya mereka  juga taruh bom di 
sembarang 
> tempat. Contohnya bom Imam Samudra, Bom Dr. Azhari, Bom IRA, Bom 
ETA, 
> Bom Tamil, Bom GAM, Bom Kartel Heroin dsb. Saya kok belum pernah 
dengar ada
> bom islami mbah? Emang ada bom kristiani? atau bom budha?
> Mohon petromaxnya Mbah.
> 
> Salam petromax
> 
> Hakim
> 
> 

Berbeda pendapat itu biasa, and that's not the point. Mas Hakim 
katakan, kalau terorrist katakan, "guru saya setan", maka itu, tidak 
saja bagi saya, namun bagi sleuruh anak bangsa, EGP, emang gua 
pikirin. Lha wong pendapat terrorist kok dimasalahkan?

Bom bisa saja kristiani, islami dsb. memnagapa tidak? Lha wong yang 
membuat manusianya, yang islami, kristiani dsb. Bom biasanya adalah 
masalah politis murni, tetapi yang kita alami, adalah masalah 
kepercayaan, ini yang seru. Agama dilibatkan, dan agama Amrozy dkk 
mas Hakim tahu sendiri, juga mengapa mereka main bom..

Di Irak malah saling diletakkan di mesjid.

Salam

Danardono




Kirim email ke