Terimakasih pak, atas kajian bapak yang sangat mendalam terhadap tiap topic 
yang dilontarkan dipanggung ini. Keteduhan dan kedalaman cara bapak 
menerangkan, menenangkan saya, bahwa masih banyak kaum Muslim yang berfikir 
dalam dalam, dan tidak sekedar ber-teriak-teriak bagaikan gentong kosong yang 
dipalu.
   
  Mengenai uraian bapak 
   
  "Diantaranya wahabi dan salafi radikal. Dari sini seharusnya kita sudah cukup 
paham mengapa kemudian muncul pandangan yang agak keras dari kelompok ini 
seperti dalam memaknai kafir, musyrik dan jihad", 
   
  Saya mohon pencerahan mengenai mereka ini, siapakah mereka, berapa % jumlah 
mereka di Indonesia, dan seberapa pengaruh mereka dalam kegiatan dakwah yang 
mungkin akan meracuni skenario kehidupan antarumat?
   
  Terimakasih.
   
  Wassalam
   
  
 
   
  

Asnawi Ihsan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Salam kenal juga bung Lukas, senang bisa saling mengenal dengan anda
meskipun di dunia maya. 

sebelumnya, saya ingin menyampaikan, bahwa Pandangan dan keimanan kristiani
anda yang anda kemukakan di milis ini dalam beberapa posting sebelumnya,
mengingatkan saya akan seorang Pemuka agama Katolik (romo xxxxxxxxx, SJ),
yang juga dosen STF Driyarkara yang saya kenal baik dan menjadi kawan
diskusi saya. Saya teringat bagaimana beliau menjelaskan perjalanan ajaran
kristus dari mulai nilai hingga melembaga dan menjadi identitas. Bagaimana
perbedaan karakteristik ajaran kristus yang bergerak ke selatan dan utara.
Bagaimana pula konsep keilahian kristus dan trinitas itu muncul. Bagaimana
pula pergeseran makna "bahasa roh". (mohon koreksi kalo istilah saya salah
karena saya bukan kristolog)

Alasan takwil disinonimkan dengan hermeneutik memang untuk menghindari sikap
kontra dari kelompok muslim yang menolak hermeneutik. Awalnya saat para
pemikir muslim bersentuhan dengan tradisi keilmuan di Barat, mereka melihat
perlunya melengkapi pendekatan takwil dengan hermeneutik dalam membaca
Quran. Karena mereka melihat, ada beberapa persoalan yang tidak bisa
disentuh oleh takwil dan tugas itu bisa diselesaikan dengan hermeneutik.
Dengan demikian hermeneutik tidak menggantikan posisi takwil. jadi
sebenarnya juga tidak tepat menyamakan takwil dengan hermeneutik, saya cukup
mengerti hingga pak Lukas mempertanyakan masalah ini. Saya memahami apa yang
dilakukan pak Nasarudin Umar dan beberapa intelektual muslim lain adalah
untuk menghindari polemik yang kontraproduktif bagi kemajuan Islam.

Dalam studi quran dikenal istilah takwil. Arti dasar takwil adalah
memindahkan atau mengalihkan makna kata yang tersurat ke dalam makna yang
tersirat jauh tersimpan dalam kata tersebut. Wilayah kerja takwil sangat
teknis, yaitu untuk menyelesaikan problem dari sebuah kata yang diasumsikan
dan dimungkinkan memiliki banyak makna dan makna itulah yang mendekati
maksud Quran. Terutama pada kata yang bersifat General, global, asing dan
bebas. Tapi tidak untuk kata yang Khusus, terperinci, familiar, dan terikat.
Disitulah wilayah kerja takwil sebagai salah satu ciri khas dalam studi
penafsiran Alquran. Takwil dapat diibaratkan mengarungi "lautan" Alquran,
tentunya untuk "menyelami" lautan diperlukan "modal" dan keberanian yang
cukup. Sementara tafsir(lawan takwil dalam studi alquran) hanya bermain-main
di tepi pantai. Setidaknya begitu pandangan Al-Ghazali yang berdiri digarda
depan dengan metode takwil dalam mengkaji Alquran. 

Kaitannya dengan Hermeneutik, para intelektual muslim semisal Nashr Hamid
Abu Zayd, Fazlurrahman, dll melihat hermeneutika juga dapat digunakan dalam
mengkaji alquran untuk melengkapi takwil. Hal yang tidak diselesaikan takwil
seperti bagaimana relasi teks dengan penafsir dan kondisi sosial dan budaya
masyarakat. Asbabun-nuzul memang tersedia, tapi dirasa kurang memadai untuk
menyelesaikan problem ini.

Dengan bantuan hermeneutika, para pengkaji quran dapat memahami "peta
pemikiran atau garis ideologi" dari penafsir generasi awal sekalipun.
Sehingga dengan mudah memisahkan sisi kepentingan dan sisi objektifitas dari
si penafsir sebelumnya, lalu menelusurinya ke dasar teks dan pertama kali
teks itu turun. Di sini, diharapkan pesan moral dari teks tersebut tetap
terjaga sejak teks itu diturunkan hingga sekarang.

Dengan demikan bisa saja kita mengatakan bahwa takwil bersifat khusus untuk
studi alquran dan Hermeneutik bersifat umum untuk studi kitab-kitab suci.

Diluar keterbatasan dan kelemahan takwil dan hermeneutik, saya tetap merasa
cukup terbantu dalam memahami teks Quran secara jujur. Cukup terbantu dalam
membedakan sisi sakralitas teks Alquran dan sisi profannya. Bisa membedakan
"Kalam" Tuhan dengan "teks" Quran. Sejak dulu, sebelum hermeneutika populer
dikalangan pemikir Islam, kritik terhadap keazalian alquran sudah
dikemukakan oleh pemikir Islam generasi awal.

Dalam konteks Indonesia, memang ada kelompok yang agak kurang bersimpati
dengan tradisi takwil dan hermeneutika. Karena memang, dalam sejarah
penafsiran Alquran, ada kelompok tafsir (literal quran dengan quran atau
quran dengan hadis). Tradisi ini dikenal dengan kelompok penafsir ahlul
hadis. Kelompok inilah yang mengabaikan takwil dan hermeneutik dalam islam.
Diantaranya wahabi dan salafi radikal. Dari sini seharusnya kita sudah cukup
paham mengapa kemudian muncul pandangan yang agak keras dari kelompok ini
seperti dalam memaknai kafir, musyrik dan jihad.

Salam,
Asnawi Ihsan 

-----Original Message-----
From: Lukas Kristanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, January 04, 2008 9:03 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: RE: [ppiindia] Salah Paham Mengenai Hermeneutika

Pak Asnawi, salam kenal dan hormat selalu.

Terus terang, saya masih terbilang awam, bahkan sangat awam dalam dunia
penafsiran teks kitab suci dalam agama islam. Saya menjadi penasaran tentang
istilah takwil yang disinonimkan dengan hermeneutika, apakah ini hanya
masalah nomenclature (peristilahan) saja yang sebenarnya prinsipnya sama
saja. Ataukah suatu repoisisi istilah untuk menghindari kesan xenophobia
(berbau asing) agar acceptable di kalangan umat islam?

Jika ada perbedaan diantara keduanya, tentu lebih bersifat metodologis,
karena berhubungan dengan tipologi teks yang berbeda antara Alquran dan
bible. Yang saya tahu, Alquran adalah kalimat langsung Ilahi (divine direct
sentences) yang tidak ada pengaruh pikiran-pikiran manusia ketika teks itu
muncul (mohon dikoreksi kalau saya salah), sedangkan bible lebih kental
dengan bahasa manusia. Sehingga ada yang membedakan, kalau Alquran itu
divine text, sedangkan Bible itu human text. 

Tipologi teks yang berbeda ini akan berpengaruh pada metode, approach dan
gramatical & situasitional analysis-nya! Mengingat juga, hermeneutika secara
ekstrim juga mengarah pada metode kritik sumber (source critisism), yang
menganalisa karakteristik subyek dibalik teks....!

Maaf pak, saya jadi penasaran, maklum masih awam!

Salam,
Lukas Kristanto

Asnawi Ihsan wrote: 
> Betul sekali bung nugroho apa yang dikatakan Nasarudin Umar.
Tradisi Takwil 
> dalam sejarah penafsiran Quran sudah berlangsung lama. Metode ini juga 
> diakui sebagai salah satu model penafsiran yang sah dalam islam. kelompok 
> teologi Mu'tazilah adalah sebagai salah satu yang mengedepankan takwil. 
> Bahkan bagi para penafsir manapun, -termasuk dari kelompok revivalis- saat

> menemui kebuntuan dalam memahami teks yang misalnya seakan-akan
memunculkan 
> kesan "kontradiktif" antara satu ayat dengan ayat yang lain, atau dalam 
> menghadapi teks yang menampilkan personifikasi Tuhan, atau ayat-ayat lain 
> yang multi tafsir (bermakna ganda) mau tidak mau harus menjadikan takwil 
> sebagai alat membaca teks.. Saya contohkan, dalam Quran kita temukan kata 
> "tangan" Tuhan atau "wajah" Tuhan. Apakah kita akan memaksakan memahaminya

> secara literal? Sebagian besar penafsir termasuk dari kelompok Sunni 
> melakukan takwil disini dengan mengartikan tangan menjadi kekuasaan. Untuk

> selanjutnya sebagaian kalangan pemikir Islam memperluas penggunaan takwil 
> dalam mendekati teks sebagai upaya untuk membuktikan bahwa Quran memang 
> selalu kontekstual sepanjang waktu dan berhadapan dengan ruang yang
seperti 
> apapun karena tidak bisa dipungkiri bahwa Alquran memiliki keterikatan 
> historis dengan ruang dan waktu dimana ia diturunkan. 
> Hindari bicara Hermeneutika dan gunakan kata takwil. Seperti hindari juga 
> kata pluralisme dan gunakan kata multikulturalisme. Sebab kalo pluralisme 
> sudah diharamkan MUI dan multikulturalisme kan tidak. 
> _____ 
> From: [EMAIL PROTECTED] s.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] s.com ] On
Behalf 
> Of Nugroho Dewanto 
> Sent: Thursday, January 03, 2008 6:09 PM 
> To: [EMAIL PROTECTED] s.com 
> Subject: Re: [ppiindia] Salah Paham Mengenai Hermeneutika 
> mas radit, kemarin saya ngobrol dengan nasarudin umar, 
> ahli tasawuf dan kesetaraan jender yang sekarang jadi 
> dirjen bimbingan masyarakat islam. 
> dia kasih tips ringan. kalau bicara dengan orang awam, jangan 
> bicara hermeneutika, ganti saja dengan takwil. tak usah pula 
> ngomong logika, gunakan saja kata mantiq. 
> silakan dicoba. 
> At 05:38 PM 1/3/2008 +0700, you wrote: 
>>Salah Paham Mengenai Hermeneutika 
>> 
>>Ada beberapa orang yang dengan menggebu-gebu melancarkan "perang 
>>salib" terhadap hermeneutika, dengan anggapan bahwa "ilmu" yang 
>>dianggap imporan ini akan merusak Islam dari dalam, memorakporandakan 
>>pendekatan yang sudah dikembangkan oleh sarjana Islam sendiri untuk 
>>memahami Qur'an. Orang-orang yang memakai hermeneutika untuk memahami 
>>Qur'an dianggap sebagai musuh Islam. Saat ini, di kalangan beberapa 
>>kelompok Islam, kata hermeneutika sudah masuk dalam daftar "kata 
>>kotor", menyusul sejumlah kata-kata yang lain: sekularisme, 
>>liberalisme, pluralisme, demokrasi, HAM, jender, dsb. Istilah 
>>hermeneutika terdengar "najis" seperti kata "PKI" pada zaman Orde Baru 
>>dulu. 
>> 
>>Apa sebetulnya pengertian paling elementer dari hermeneutika? Betulkah 
>>ia mengancam Islam? Apakah hermeneutika benar-benar tak dikenal dalam 
>>Islam? Benarkah hermeneutika hanya cocok untuk memahami Injil, dan tak 
>>bisa diterapkan untuk Qur'an? Apa perbedaan dan kesamaan antara 
>>hermeneutika dan ta'wil? 
>> 
>>Inilah sejumlah pertanyaan yang layak diajukan. Tujuan artikel ini 
>>adalah untuk meluruskan "syubuhat" atau salah paham mengenai istilah 
>>hermeneutika. Sejumlah artikel dan kolom yang ditulis di majalah, 
>>jurnal, atau situs-situs tertentu yang kemudian beredar di beberapa 
>>milis mengandung banyak informasi yang simpang-siur dan salah-paham 
>>yang harus diluruskan. Amat disayangkan bahwa sejumlah salah paham ini 
>>datang dari sejumlah kalangan yang sebetulnya memiliki pendidikan yang 
>>baik serta mendapat akses yang lumayan bagus pada bacaan yang luas. 
>>Beberapa dari mereka bahkan mendapat pendidikan di Barat. 
>> 
>>........... ... 
>> 
>>Karena artikelnya panjang, silahkan membuka di link ini: 
>> 
>>< http://ruzbihanhama < http://ruzbihanhama zani.wordpress. com/ > 
> zani.wordpress. com/> http://ruzbihanhama 
> < http://ruzbihanhama zani.wordpress. com/ > zani.wordpress. com/ 
>> 
>>mediacare 
>>< http://www.mediacar < http://www.mediacar e.biz > e..biz>
http://www.mediacar 
> < http://www.mediacar e.biz > e.biz 
>> 
>>[Non-text portions of this message have been removed] 
>> 
>> 
> [Non-text portions of this message have been removed] 
> [Non-text portions of this message have been removed] 
> 

Looking for a X-Mas gift? Everybody needs a Flickr Pro Account.

http://www.flickr.com/gift/



                         

       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke