pak danar, mungkin juga si ibu tua itu menganut parmalim --kepercayaan asli di tanah batak-- tapi bertaqiyah menjadi protestan.... :-))
kalau mengenal parmalim, kita tak akan heran dengan kata-kata si ibu tua tadi. sila google ajaran parmalim. At 09:46 AM 7/25/2008 +0000, RM Danardono HADINOTO wrote: >Tulisan yang mengagumkan mbak Lina, acung jempol! > >Ditahun 86 saya pernah mengajak teman teman dari Austria dan Jerman, >sebanyak 8 keluarga berwisata ke Indonesia, dari Tapianauli yang >indah di Sumatra utara, Sumatra barat, Tangkuban Perahu, Borobudur >sampai ke Nusa Dua di Bali. Perjalanan saya organized privately tanpa >travel agentt. > >Kami jelajahi Tapian na Uli, dari Brastagi, Kabanjahe, seluruh danau >Toba sampai keselatan, Sibolga, Tarutung. Kami tinggalkan Tapian na >Uli ke kabupaten Pasaman, Bonjol, melalui sebuah desa dengan >pesantren besar yang kami kunjungi, Kota Nopan. > >Disebuah pedesaan indah, kami saksikan rumah adat, rumah Bolon, >dengan tari tarian Batak, makan siang bersama penduduk desa. > >Saya satu satunya yang bertampang Melayu ditengah keluarga kulitputih >yang sibuk memotrat dan mengagumi rumah rumah adat. Seorang ibu ibu >tua menghampiri saya, dengan bahasa Indonesia yang berdialek kental. >Pertanyaan si ibu adalah: Dari mana kau datang, Nak?. lalu, Kau >percaya agama apa?. Ibu mengangguk mengharukan setelah mendengar, >agamaku dan agama si ibu sama, Protestant. Tetapi beliau katakan, >tepat seperti mbak Dahlan paparkan: " Yang penting kau percaya Tuhan, >Nak, apapapun agamamu, atau kau tak percaya agama apapun. Dan kau >berbuat baik dalam hidup". > >Ketika bus kami meninggalkan desa itu menuju keselatan, kenangan saya >penuh terisi hari hari indah disana, dan kata kata bijak si ibu tua. > >Salam > >Danardono > >--- In <mailto:ppiindia%40yahoogroups.com>ppiindia@yahoogroups.com, "Lina >Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Terdahulu, kita kasihan melihat Eropah. Kekecewaan mereka terhadap > > agama Kristen yang penuh kekacauan dan bertentangan dengan asas >akal > > manusia, ramai orang berlari meninggalkan agama. > > > > Tetapi ini tidak bermakna mereka lari meninggalkan Tuhan. >Berbekalkan > > keyakinan kepada Tuhan, mereka masih terus mencoba mengenal pasti > > kehendak-Nya, tanpa agama. Lantas muncullah para saintis seperti > > Newton dan terutamanya François-Marie Arouet atau lebih dikenali > > dengan nama penanya Voltaire. > > > > Tentu saja jika diukur pada soal hablun minallah, maka mereka tidak > > teratur malah tidak tentu arah dalam mencoba untuk > > menjustifikasikannya. Tetapi intinya dibalik itu semua masih ada. > > Faham Deism, yang di simpulkan sebagai berTuhan tanpa agama, sudah > > cukup untuk memberikan arti kepada kita mengapa tanpa Risalah > > Kenabian dan Syariat yang jelas, Eropah masih bisa bangkit sebagai > > sebuah masyarakat yang sistematik dan bertamadun. > > > > CETUSAN SEBUAH REVOLUSI > > > > Liberty pembebasan > > > > Equality kesama rataan > > > > Fraternity persaudaraan > > > > Slogan itu adalah intisari Revolusi Perancis. Ia berperanan besar > > dalam mendefinisikan kembali apakah itu keadilan bagi sebuah > > pemerintahan. Keadilan yang menjadi subjek tertinggi turunnya >Syariat > > dari Pencipta alam kepada penghuni alam. Berlaku adil dan >kehidupan, > > dan pemerintahan. > > > > Tetapi sadarkah kita bahwa ketiga-tiga elemen itu, merupakan >khasiat > > sebenar-benarnya Tauhid dan Syahadah (Janji) kita kepada Allah? > > > > Wassalam, > > > > [Non-text portions of this message have been removed]