> "ajeg" <ajegilelu@...> wrote:
> Itulah kebodohan SBY. Dia kira
> pemberian penghargaan dari 
> Elizabeth tempohari karena
> kemurahan Inggris.

Enggaklah, menerima penghargaan Internasional bukan berarti bodoh, juga bukan 
berarti menjadi bodoh, karena penghargaan hanya mencakup penilaian pribadi yang 
tidak punya nilai politiknya, tapi penghargaan Internasional berfaedah dalam 
meniti karir dalam jabatan2 di instansi2 Internasional.

Dan penghargaan yang diterima SBY bukan berarti murah atau kemurahan Inggris, 
karena penghargaan tsb tidak bisa dijual belikan dan juga bukan bukti kemurahan 
Inggris.
 
> Habibie yang katanya jenius
> itu saja masih kena dikibuli 
> Downing Str 10 untuk melepas
> Timor-timur, apalagi Si BeYe 
> yang doktor jadi-jadian itu. 

Siapa yang ngibuli ???  ada2 saja paranoid yang menerpa pikiran anda yang sudah 
dibrainwash syariah Islam.

Habibie sama sekali tidak bermaksud melepaskan Timor-Timur, dan juga bukan dia 
yang melepaskan Timor-Timur.  Seluruh dunia sama2 tahu bahwa Timor-Timur itu 
terlepas akibat hasil referendum yang ternyata mengungkapkan mayoritas rakyat 
Timor-Timur memilih Merdeka daripada dijajah RI, dan rakyat Timor-Timur memilih 
kebebasan beradama daripada Islamisasi.

Pelaksanaan Referendum dan usulan Referendum juga bukan kerja Habibie tapi dari 
dunia Internasional.  Tugas Habibie sebagai pejabat presiden RI hanya sebatas 
menjamin keamanan dan pengamanan sepanjang proses Referendum berlangsung.

Proses Referendum Tim-Tim merupakan Internasional event, kalo Habibie berhasil 
sukses mengamankannya, maka karirnya bisa berlanjut dievent Internasional 
misalnya melamar untuk menjadi "SekJen UN".  Dan ini adalah ambisi pribadi 
tujuan Internasional Habibie.

Oleh karena itu untuk suksesnya cita2 Habibie, beliau harus bekerja sama dengan 
semua elemen2 dari ABRI dan Kepolisian untuk mendapatkan jaminan keamanan dan 
pengamanan pelaksanaan referendum di Tim-Tim yang selama puluhan ini memang 
terbukti berhasil diemban oleh aparat2 keamanan tsb.

Jauh2 hari sebelum pelaksanaan Referendum, oleh pihak ABRI telah dilakukan 
jajak pendapat dan kampanye politik kepada masyarakat Tim-Tim dengan 
mem-bagi2kan makanan, beras, pakaian dan juga AlQuran dalam kerangka Islamisasi 
sambil melakukan dakwah2 yang mendukung suara untuk pihak NKRI.

Hasilnya positif, lebih dari 95% rakyat memilih dan mempercayai NKRI masa depan 
yang paling cerah bagi bangsa ini.

Setelah Hasil Referendum diproses, ternyata didapat hasil yang sebaliknya dari 
yang diharapkan Habibie dan ABRI.  Lebih dari 85% penduduk Timor Timur memilih 
lepas dari Indonesia, hal ini menimbulkan berang dari pihak ABRI yang 
menggerakkan Militia untuk melakukan penghancuran2, penjarahan toko2 cina, 
pemerkosaan massal, pembantaian massal dan juga penculikan2 pendeta untuk 
kemudian disiksa sampai mati sehingga panitia Internasional yang melaksanakan 
Referendum diangkut secara darurat keluar Timor-Timur untuk diselamatkan ke 
Australia.

Akibat dari kerusuhan dan huru hara yang dicetuskan oleh pihak keamanan 
Indonesia, lembaga Internasional mengirimkan pasukan keamanan dari Australia 
untuk mengamankannya sehingga pasukan RI lari ter-birit2 menyebrangi perbatasan 
sambil menculik rakyat jelata.

Kejadian ini malah merusak reputasi Habibie, kesempatan untuk meniti karir 
menjadi calon sekjen UN kandas sampai disini, masa depan Habibi jadi kelabu.  
Habibie berang kepada ABRI dan Kepolisian, terjadi conflict internal dalam 
politik dalam negeri.

Kesalahan fatal utama yang merusak suara pendukung2 Indonesia di Timor Timur 
adalah korupsi dana kampanye.  Seharusnya kampanye diadakan dengan menggaji 
ahli2 kampanye yang professional khusus yang mengerti latar belakang budaya 
Timor Timur.  Tapi untuk menghemat biaya, maka kampanye itu diserahkan kepada 
missionaris dari Ulama2 MUI sebagai pendakwah2 Islamisasi yang biayanya 
ditanggung MUI tanpa harus dibayar oleh ABRI.  Kegiatan kampanye mencakup 
pemaksaan sunat massal, janji2 dan pengangkatan pejabat2 pribumi yang bersedia 
masuk Islam, pemecatan kepala2 desa yang menolak masuk Islam, dan menghimpun 
masyarakat diseluruh wilayah Tim-Tim untuk kerja gotong royong membangun mesjid 
disemua desa2 ditempat yang sebelumnya berdiri gerejanya.  Disetiap mesjid yang 
dibangun dijadikan tempat konsentrasi pengawasan massa di kampung2 untuk 
memaksakan rakyat di desa2 tsb memilih NKRI daripada merdeka.

Kebencian rakyat Tim-Tim disembunyikan dalam hati saja demi keselamatan mereka 
sendiri karena team pendakwah semuanya dibacking ABRI yang berpakaian preman.

Demikianlah secuplik latar belakang kegagalan Habibie yang mempercayai akan 
keberhasilan ABRI dan Polisi dalam mengawal jajak pendapat Referendum yang 
dilakukan oleh petugas2 Internasional.

Kesimpulannya cuma satu, kegagalan RI mendapatkan dukungan suara disebabkan 
Islamisasi pemaksaan kepada masyarakat untuk masuk Islam.  Kalo di Jawa memang 
bisa memaksa Islamisasi dengan membakar gereja tanpa ada konsekuensinya sama 
sekali karena umat Kristennya tidak mampu melawan ABRI.  Tidak demikian di 
Timor Timur, masyarakat tidak melawannya dengan kekerasan, tidak berani 
membakar mesjid, tapi mereka hanya mengalihkan dukungannya dengan keyakinan 
penuh bahwa kemerdekaan lebih berharga dari pada jiwa yang dijajah dan diteror 
oleh agama yang tidak dipercayainya.

Baik rakyat di Timor Timur dan rakyat di Papua, sama2 menyerukan kepada rakyat 
di Indonesia, bahwa: "Kemerdekaan adalah Hak setiap bangsa, termasuk hak bangsa 
Yahudi".  Dan pesan penting adalah bahwa rakyat Arab Palestina bukan bangsa 
Palestina dan oleh karena itu, hak bangsa Yahudi untuk menikmati kemerdekaan 
yang bebas dari teror2 Jihad seperti yang pernah dialami rakyat Timor Timur.

Jadi sejenius apapun adanya Habibie, dia akan jadi orang tolol, se-tolol2nya 
orang idiot, karena sebagai ketua ICMI dia melakukan tindakan blunder yang 
simultant dengan menyerahkan tanggung jawab kampanye pemenangan suara di 
Tim-Tim kepada organisasi Islam yang bertanggung jawab bukan kepada ketuanya 
tapi kepada Allahnya.

Tugas, kewajiban, dan tanggung jawab organisasi religius yang tidak 
professional seperti ICMI ini hanya kepada Allah dalam memaksakan Syariah 
Islam, bukan mendulang suara dukungan untuk NKRI.

Jadi silahkan tulisan secuplik ini bisa memberi para pembaca kesimpulannya 
masing2 tentang latar belakang kegagalan RI yang sama sekali tidak bisa 
mengkambing hitamkan Habibie pribadi.

Ny. Muslim binti Muskitawati.











------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke