Periksa peta kontur, goblok.
camarmerah --- In proletar@yahoogroups.com, "hardjantosri" <hardjanto...@...> wrote: > > > http://groups.yahoo.com/group/Muhammadiyah_Society/message/33559 > > Masjid tak Tersentuh Tsunami, 50 Orang Selamat > > Seperti mukjizat, air laut hanya sampai di teras masjid. D luar masjid, > Zulfikar melihat dengan mata kepala sendiri gelombang tsunami mencapai > delapan meter > > "Sepertinya, di masjid air terbelah, sehingga lantai masjid pun tidak basah > sama sekali," > > Yang ini karena yg mereka ucapkan adalah kalimah takbir jadi ga ada > mistik2-an n sakti2-an > ini semua hanya karena kehendak ALLAH, karena hal ini juga kan pernah di > alami oleh > nabi Musa dan jg saat banjir situ gintung sebuah masjid tetap berdiri kokoh > jadi ga perlu ada Juru Kunci pantai Mentawai. > > ALLAHUAKBAR...!!! > > S.Har > > > > Selasa, 02 November 2010 , 08:55:00 > Masjid tak Tersentuh Tsunami, 50 Orang Selamat > Menelusuri Dusun Pasa Puat, Kampung yang Hilang > > > Foto udara keadaan lokasi yang terkena dampak gempa tsunami dari helikopter > M17 milik TNI AD di Eru Paraboat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin > (1/11). Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS > Naga tsunami membelah Bumi Sikerei di keheningan malam nan mencekam. > Kehadirannya yang tak diundang itu telah memupuskan harapan penghuni pesisir > pantai Dusun Pasa Puat, Kecamatan Pagai Utara. Saat semuanya hancur, sebuah > masjid menatap pantai berdiri kokoh. > ------------------------------------------ > RICCO MAHMUDI -- Sikakap > ----------------------------------------- > PAGI ITU, sekitar pukul 10.00 WIB, langit Sikakap tampak mendung. Di luar > rumah tanah tampak lanyah. Pepohonan dan rerumputan masih basah setelah > diguyur hujan deras sepanjang malam. Sebentar lagi, sepertinya hujan deras > bakal turun. Ya, membasuh duka Bumi Sikerei. > > Di luar rumah, bau mayat menyengat. Aroma tak sedap menebar ditiup angin. > Memang, hingga Jumat (29/10), mayat masih bergelimpangan di pinggir jalan. > Pikiran saya langsung terbayang ratusan warga Pagai Selatan yang bertahan di > perbukitan, dalam kondisi hujan badai. Selain menahan lapar, dinginnya malam, > mereka harus melawan penyakit yang kini menyerang. > > Ternyata benar. Hujan deras mengguyur Sikakap. Tak hanya hujan, tapi juga > badai. Di posko utama, para jurnalis dan relawan telah ber¬kum¬pul. Seperti > biasa, setiap pagi kami siap-siap menyisir desa terpencil yang belum terjamah > bantuan. Pagi itu, tim relawan dan jurnalis hendak menuju Dusun Pasa Puat di > Pagai Utara. Dusun itu, semua rumah hancur. Mujur, tidak ada korban jiwa. > > Perjalanan menggunakan kapal kayu atau long boat. Kapal itu mampu memuat 12 > orang dan sedikit logistik untuk pengungsi. Berapa menit berlayar, gelombang > dua meter menghadang. Pelayaran pun dihentikan. Setelah menunggu sekitar satu > jam, boat yang dinakhodai Dayat itu dilanjutkan selama dua jam pelayaran. > Sepanjang perjalanan, boat nyaris karam karena dipenuhi air. Kami sampai di > tujuan sekitar pukul 17.00 WIB. > > Dari pantai, Dusun Pasa Puat sunyi senyap. Sedikit pun tidak terlihat > tanda-tanda seperti sebuah kampung. Permukiman penduduk rata dengan tanah. > Tak satu pun rumah warga yang berdiri. Semua tiarap. Hanya ada satu bangunan > berdiri kokoh menghadap pantai. Ya, sebuah masjid. Garin masjid itu juga > selamat. Zulfikar namanya. > Hari beranjak senja. Hujan belum juga reda. Zulfkar tampak bersiap menunaikan > Shalat Maghrib. Dalam obrolannya, pria berusia 40 tahun itu mengaku telah > tingal di dusun itu sejak kecil. Sama dengan usia masjid itu yang berdiri > sekitar tahun 1960 silam. "Ini masjid tertua di dusun kami. Bentuk masjid itu > sudah tidak asli lagi, karena terus diperbaiki," ujar Zulfikar. > > Zulfikar menceritakan, masjid ini sama sekali tidak tersentuh tsunami pada > malam itu. Padahal, lokasinya tidak jauh dari pantai. Sedangkan rumah-rumah > warga di sekitar masjid, rata dengan tanah. Masjid inilah yang menjadi tempat > perlindungan masyarakat saat gelombang besar datang. > > Seperti mukjizat, air laut hanya sampai di teras masjid. D luar masjid, > Zulfikar melihat dengan mata kepala sendiri gelombang tsunami mencapai > delapan meter. "Kami dalam masjid ada sekitar 50 orang, sedangkan warga yang > lain telah menyelamatkan diri ke perbukitan yang berjarak satu kilometer dari > masjid. Melihat masjid tidak kena sama sekali, kami merasa heran. Setelah itu > kami sadar ini adalah kehendak Tuhan," jelas pria berjenggot itu. > > Zulfikar dan 50 warga lainnya tidak henti-henti mengucap kebesaran Allah. Di > luar masjid, tsunami terus menerjang sebanyak tiga gelombang. Tiada yang > menduga, tsunami menghindar dari masjid. "Sepertinya, di masjid air terbelah, > sehingga lantai masjid pun tidak basah sama sekali," kenangnya. (*) > ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/