Dan eloknya ga ada komen. Alhamdulillah. --- In proletar@yahoogroups.com, "hardjantosri" <hardjanto...@...> wrote: > > Ya di TV saya sering lihat. > > S.Har. > > --- In proletar@yahoogroups.com, "ndeboost" <rambitesemak@> wrote: > > > > Adakah p...@hardja baca mengenai sebuah yang (masuk foto) > > berdiri kokoh didekat rumahnya mendiang Maridjan (yang > > hangus dan porak peranda)? > > > > --- In proletar@yahoogroups.com, "hardjantosri" <hardjantosri@> wrote: > > > > > > > > > > > > Ombak tsunami terbelah menghindari masjid > > > > > > 03 November, 2010 Oleh: Esteranc Labeh > > > > > > Tsunami membelah Bumi Sikerei di keheningan malam nan mencekam. > > > Kehadirannya yang tak diundang itu telah memupuskan harapan penghuni > > > pesisir pantai Dusun Pasa Puat, Kecamatan Pagai Utara. Saat semuanya > > > hancur, sebuah masjid menatap pantai berdiri kokoh. > > > > > > (SurauNet): Pagi itu, sekitar pukul 10.00 WIB, langit Sikakap tampak > > > mendung. Di luar rumah tanah tampak lanyah. Pepohonan dan rerumputan > > > masih basah setelah diguyur hujan deras sepanjang malam. > > > > > > Sebentar lagi, sepertinya hujan deras bakal turun. Ya, membasuh duka Bumi > > > Sikerei. > > > > > > Di luar rumah, bau mayat menyengat. Aroma tak sedap menebar ditiup angin. > > > > > > Memang, hingga Jumat (29/10), mayat masih bergelimpangan di pinggir > > > jalan. > > > > > > Pikiran saya langsung terbayang ratusan warga Pagai Selatan yang bertahan > > > di perbukitan, dalam kondisi hujan badai. > > > > > > Selain menahan lapar, dinginnya malam, mereka harus melawan penyakit yang > > > kini menyerang. > > > > > > Ternyata benar. Hujan deras mengguyur Sikakap. > > > > > > Tak hanya hujan, tapi juga badai. Di posko utama, para jurnalis dan > > > relawan telah berkumpul-kumpul. > > > > > > Seperti biasa, setiap pagi kami siap-siap menyisir desa terpencil yang > > > belum terjamah bantuan. > > > > > > Pagi itu, tim relawan dan jurnalis hendak menuju Dusun Pasa Puat di Pagai > > > Utara. > > > > > > Dusun itu, semua rumah hancur. Mujur, tidak ada korban jiwa. > > > > > > Perjalanan menggunakan kapal kayu atau long boat. Kapal itu mampu memuat > > > 12 orang dan sedikit logistik untuk pengungsi. > > > > > > Berapa menit berlayar, gelombang dua meter menghadang. Pelayaran pun > > > dihentikan. > > > > > > Setelah menunggu sekitar satu jam, boat yang dinakhodai Dayat itu > > > dilanjutkan selama dua jam pelayaran. > > > > > > Sepanjang perjalanan, boat nyaris karam karena dipenuhi air. Kami sampai > > > di tujuan sekitar pukul 17.00 WIB. > > > > > > Dari pantai, Dusun Pasa Puat sunyi senyap. Sedikit pun tidak terlihat > > > tanda-tanda seperti sebuah kampung. Permukiman penduduk rata dengan > > > tanah. > > > > > > Tak satu pun rumah warga yang berdiri. Semua tiarap. > > > > > > Hanya ada satu bangunan berdiri kokoh menghadap pantai. Ya, sebuah > > > masjid. > > > > > > Garin masjid itu juga selamat. Zulfikar namanya. > > > > > > Hari beranjak senja. Hujan belum juga reda. Zulfkar tampak bersiap > > > menunaikan Shalat Maghrib. > > > > > > Dalam obrolannya, pria berusia 40 tahun itu mengaku telah tingal di dusun > > > itu sejak kecil. > > > > > > Sama dengan usia masjid itu yang berdiri sekitar tahun 1960 silam. > > > > > > "Ini masjid tertua di dusun kami. Bentuk masjid itu sudah tidak asli > > > lagi, karena terus diperbaiki," ujar Zulfikar. > > > > > > Zulfikar menceritakan, masjid ini sama sekali tidak tersentuh tsunami > > > pada malam itu. > > > > > > Padahal, lokasinya tidak jauh dari pantai. Sedangkan rumah-rumah warga di > > > sekitar masjid, rata dengan tanah. > > > > > > Masjid inilah yang menjadi tempat perlindungan masyarakat saat gelombang > > > besar datang. > > > > > > Seperti mukjizat, air laut hanya sampai di teras masjid. > > > > > > Di luar masjid, Zulfikar melihat dengan mata kepala sendiri gelombang > > > tsunami mencapai delapan meter. > > > > > > "Kami dalam masjid ada sekitar 50 orang, sedangkan warga yang lain telah > > > menyelamatkan diri ke perbukitan yang berjarak satu kilometer dari > > > masjid. > > > > > > Melihat masjid tidak kena sama sekali, kami merasa heran. Setelah itu > > > kami sadar ini adalah kehendak Tuhan," jelas pria berjenggot itu. > > > > > > Zulfikar dan 50 warga lainnya tidak henti-henti mengucap kebesaran Allah. > > > > > > Di luar masjid, tsunami terus menerjang sebanyak tiga gelombang. Tiada > > > yang menduga, tsunami menghindar dari masjid. > > > > > > "Sepertinya, di masjid air terbelah, sehingga lantai masjid pun tidak > > > basah sama sekali," kenangnya > > > > > > S.Har > > > Berarti Islam itu Apik. > > > > > >
------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/