Assalamu'alaikum w w.
Ambo bukan ulama. Ambo makmum. Pendapat itu berasal dari ulama ahli
tafsir bapak Dr. Quraish Shihab, ulama lulusan Universitas Al Azhar,.
Karya beliau terakir kalau tidak salah adalah Tafsir
Al-Mishbah. Ambo ingin mangutip kata pengantar beliau dalam tafsir
tersebut sebagai berikut :
" Tafsir Al-Qur'an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman
Allah sesuai kemampuan manusia . Kemampuan itu bertingkat- tingkat,
sehingga apa yang dicerna atau diperoleh oleh seorang penafsir dari al
Qur'an bertingkat- tingkat pula. Kecenderungan manusia juga berbeda
-beda , sehingga apa yang dihidangkan dari pesan -pesan Ilahi dapat
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Jika Fulan memiliki
kecendrungan hukum , tafsirnya banyak berbicara mengenai hukum. Kalau
kecenderungan si Anu adalah filsafat, maka tafsir yang dihidangkannya
bernuansa filosofis. Kalau studi yang diminatinya bahasa , maka
tafsirnya banyak berbicara tentang aspek aspek kebahasaan. Demikian
seterusnya.
Waalaikumsalam.Wr.Wb.
Pendapat bapak Prof .Dr. Quraish Shihab diatas tidak bersangkut
paut pada masalah Jilbab yang saya tanyakan.Tetapi pendapat itu umum
secara penafsiran masalah apa saja.Dan saya tahu masalah yang
diperdebatkan bukalanlah masalah aqidah yang sudah pokok dan dalil
Qath'i ( jelas )dalam agama oleh ulama,tetapi masalah cabang.Kalau
inti dari hukum syaria't agama sudah jelas tidak bisa di permasalahkan
lagi ( bila sudah ada dalil yang Qath'i ),kecuali bagi mereka yang
cari-cari masalah terhadap agama Islam itu sendiri yang suka
mengabur-ngaburkan aqidah ummat islam.
Seperti yang sudah saya katakan bahwa nash akan Jilbab sangat
jelas dalam islam,tidak perlu di permasalahkan lagi.( Saya kira pak
Quraish tidak mempermasalahkan masalah jilbab itu,dalam kata-katanya
yang bunda kutip dibawah ini ) .
Tetapi dalam penafsiran khusus masalah jilbab,tidak ada beliau
katakan sebagaimana yang bunda katakan sebelumnya :
" Masalah Jilbab,masih banyak perbedaan ulama di dalamnya ".(
???? )
Dimana letak kata-kata pak Quraish Shihab yang mengatakan
kewajiban masalah jilbab itu masih di pertentangkan,atau masih
diperbedakan oleh Ulama ?? ( ini yang saya tanya,dimana letak perbedaan
ulama dalam masalah ini ).saya tidak tanya yang lain.Saya cuman tanya
kata-kata bunda Isna,dimana letak perbedaan Ulama di dalam masalah
Jilbab ini.Yang saya tanyakan masalah apa yang di permasalahkan ulama
dalam masalah jilbab.Bukan saya tanyakan masalah tafsir agama.Lari
jawaban bunda isna diatas,tidak masuk ke inti permasalahan yang saya
tanyakan.
Keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi sosial , dan
perkembangan ilmu ( nan iko tambahan dari ambo : buya Hamka manafsirkan
dzarrah jo atom, tapi kini kan lah DNA dsb ) , juga
mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam menangkap pesan-pesan
al-Qur'an. Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan,
tingkat, kecenderungan dan kondisi yang berbeda-beda itu .
Karena itu, bila seorang penafsir membaca al-Qur'an maka maknanya dapat
menjadi jelas di hadapannya, tetapi bila ia membacanya sekali lagi ia
dapat menemukan lagi makna-makna lain yang berbeda dengan makna
sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga boleh jadi ia dapat menemukan
kata atau kalimat yang mempunyai makna berbeda-beda yang semuanya benar
atau mungkin benar. "Ayat-ayat al-Quran bagaikan intan , setiap
sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari
sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain
memand angnya , maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita
lihat",
Masalah kata-kata diatas ini saya pernah baca,bahkan saya dengar
langsung dari ceramah Pak Quraish Shihab di TV , pada karangan bapak
Quraish Shihab juga,termasuk di dalamnya ,tetapi tetap tidak saya
temukan sebagaimana yang bunda Isna katakan sebelumnya dalam masalah
jilbab ini..
Thank's .Jannah
Wassalam :Isna H
dika wrote: