Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya yang di rumah sudah dipanggil Anduang (di Padangpanjang=kakek), sangat
senang membaca telaah kritis dari para cadiek pandai---yang relatif---masih
muda  seperti ini, karena hanya melalui cara ini kita bisa memetakan
permasalahan yang ada di kampung halaman kita, sehingga dapat dapat memberikan
sumbang saran dan upaya nyata untuk ikut membangkit batang tarandam di kampung
kita. Saya juga sangat senang membaca pertanyaan kritis Angku Muda Lutfi
terhadap dihidupkannya kembali lembaga nagari, karena ada kesan, bahwa sementara
tokoh di Sumbar terlihat optimisme yang berlebihan---seakan-akan dengan
dibentuknya kembali kenagarian seperti saat pra-Orba, semua masalah akan
diatasi.

Ya seakaan-akan membentuk kenagarian dengan sebuah Perda, yang hanya membutuhkan
waktu dua tiga bulan bulan identik dengan membangun kembali
kelembagaan/institusi nagari yang mungkin butuh waktu bertahun-tahun, sebab
sistem nilai, yang merupakan dimensi terpenting dari sebuah institusi sudah
banyak berubah (baca: mengalami erosi), bak kata pepatah: sekali pasang surut,
sekali tepian beranjak.

Nah, kata kuncinya, bagaimana kita melakukan revitalisasi terhadap nilai-nilai
luhur dari budaya Minangkabau seperti demokrasi, egaliterianisme, agamis dan
kegandrungan terhadap ilmu dan pengetahuan, yang menyebabkan orang Minang pernah
sangat menonjol dipercaturan politik dan budaya nasional. Ya, revitalisasi,
karena kita tidak mungkin untuk memutar balik jarum jam.

Saya yakin nilai-nilai tersebut belum hilang, hanya pudar karena mengalami
erosi.

Kepada cadiek pandai, khususnya kepada yang muda-muda, terpulang semua perkara.
Yang tua-tua tinggal mengamini saja.

Sebelum mengakhiri corat-coret ini, saya ingin mengutip salah satu tata-nilai
masyarakat Minangkabau yang saya kutip dari Buku Mamak kita  A.A. Navis “Yang
Berjalan Sepanjang Jalan”:

        Kemenakan beraja ke mamak
        Mamak beraja ke penghulu
        Penghulu beraja ke mufakat
        Mufakat beraja ke alur dan patut
        Alur dan patut beraja ke nan bana
        Nan bana berdiri sendirinya

Kemanakah tata nilai ini sekarang?

Mudah-mudahan Rangkayo Ben dan Angku Duta dkk sempat membaca celoteh gaek yang
sudah mulai nyinyir ini.

Wassalam, Bandaro Kayo

[EMAIL PROTECTED] wrote:

> >From: [EMAIL PROTECTED]
> >Sent: Jumat 05 Januari 2001 01:23
> >To: [EMAIL PROTECTED]
> >Subject: RE: [RantauNet] BIG BANG: LAYAR SUDAH TERKEMBANG
>
> >Luthfi :
> >Berikut saya ingin sedikit ikut urng rembug juga pada diskusi ini. Setuju
> sekali
> >dengan pendapat saudara/i riri. bahwa tidak hanya infrastruktur fisik saja
> yang
> >jadi persoalan investasi di sumbar. saya bukan seorang analist investasi
> dan
> >juga bukan seorang analist strategi ekonomi wilayah. tapi ijinkan saya
> sedikit
> >mencoba belajar menyumbang saran.
>
> Riri :
> Wah, senang sekali bisa berdiskusi dengan Dunsanak Luthfi, oh ya, sebelumnya
> saya perkenalkan bahwa saya laki-laki, nama lengkap Riri Satria, gelar
> Sutan Parmato ... sehari-hari berada di Lembaga Manajemen PPM, Jakarta.
>
> >Luthfi :
> >berikut pandangan saya mengenai masalah infrastruktur.
> >posisi geografis sumbar yg berada di belahan barat sumatera, jelas
> merupakan
> >kerugian tersendiri jika di pandang dari sisi logistic.... [dihapus]
>
> Riri :
> Ya, setuju. Ini yang disebut dengan "comparative disadvantage". Untuk
> menganalisis
> lebih dalam, kita lihat dulu comparative advantage (keunggulan komparatif)
> sebelum
> membahas keunggulan kompetitif (competitif advantage). Definisi yang
> sederhana
> mengenai keunggulan komparatif adalah keunggulan yang disediakan oleh Tuhan
> dan
> sudah tersedia di alam, tanpa adanya proses campur tangan manusia.
> Keunggulan ini
> berupa sumber daya alam, lokasi geografis, iklim, dan sebagainya. Kiat ambil
> contoh Singapura, di mana secara letak geografis pulau ini terletak di
> posisi
> silang pelayaran, dan ini berarti pulau Singapura telah memiliki keunggulan
> komparatif dari sisi letak geografis. Ini adalah modal dasar untuk membawa
> Singapura
> meraih keunggulan kompetitif. Apa bentuknya ? Karena sadar akan keunggulan
> komparatif yang dimiliki, pemerintah Singapura mengekploitasi keunggulan
> tadi
> menjadi keunggulan kompetitif seperti menjadikan Singapura sebagai pusat
> distribusi
> barang di Asia Tenggara. Maka infrastruktur transportasinya diperkuat
> seperti
> PSA dan Changi. Tidak ada sedikitpun tercantum dalam strategi pemerintah
> Singapura
> untuk menjadikan negara ini unggul di bidang manufaktur.
>
> Bandingkan dengan Batam. Batam memiliki keunggulan komparatif yang sama
> dengan
> Singapura, tetapi sampai saat ini nasibnya masih jauh berbeda. Mudah-mudahan
> Batam dapat menyamai Singapura.
>
> Bagaimana dengan Sumatera Barat ? Apakah keunggulan komparatif yang kita
> miliki ?
> Dari sisi letak geografis, saya setuju dengan Dunsanak Luthfi bahwa ini
> bukanlah
> suatu keuntungan. Bagaimana dengan sumber daya alam ? Barangkali kita dapat
> menyebut sumber bahan baku semen di Indarung sebagai sumber daya alam yang
> signifikan dan layak secara ekonomis untuk dieksploitasi. Batu bara ombilin
> ?
> Sebentar lahi habis dan dikhawatirkan Sawahlunto akan jadi kota mati seperti
> yang pernah disinyalir harian Kompas beberapa waktu yang lalu. Kita juga
> tidak
> memiliki minyak atau gas alam seperti Riau dan Aceh.
>
> Saya sendiri juga tidak bisa menjawab semua pertanyaan ini. Tetapi intinya
> adalah,
> kita harus memetakan keunggulan komparatif yang dimiliki provinsi Sumatera
> Barat saat ini, sebelum kita berbicara mengenai keunggulan kompetitif. Dalam
> konsep 4 diamond Porter, ini adalah bagian dari diamond yang pertama, yaitu
> input yang tersedia di suatu wilayah.
>
> Saya pernah memikirkan untuk menjadi industri semen dan turunannya menjadi
> salah satu cluster unggulan di provinsi Sumatera Barat. Apa itu cluster ?
> Cluster adalah kondisi unik di suatu wilayah yang memiliki keunggulan
> kompetitif dengan didukung oleh berbagai faktor di wilayah tsb. Apakah
> cluster yang sangat terkenal di dunia ? Silicon Valley di AS. Mengapa kita
> tidak bisa membuat cluster industri semen dan turunannya di Sumatera Barat ?
> Untuk hal ini, kita memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan
> Gresik, Tonasa, Cibinong, dan sebagainya. Tinggal menjadikannya sebagai
> keunggulan kompetitif.
>
> >Luthfi :
> >jika kita melihat masalah kultural.
> >kita harus melihat perjalanan budaya komunitas dimanapun itu. bahwa kultur
> hanya
> >dapat di geser oleh perkembangan dan perubahan ekonomi dan teknologi
> terlebih
> >dahulu. jadi tak mungkin merubah kultur secara langsung. arus ekonomi dan
> >teknologi sajalah yang akan merubahnya. dan untuk kedua hal itu, kembali
> >terlebih dahulu harus ada sebuah gerakan invesrasi dalam bentuk apapun.
>
> Riri :
> Setuju juga ! Terlebih lagi pola bisnis urang awak yang belum terbiasa
> dengan
> investasi jangka panjang. Siklus bisnis (business cycle) yang dianut oleh
> para praktisi bisnis urang awak masih pendek. Kebanyakan pelaku bisnis
> urang awak masih sulit untuk melihat kenyataan bisnis kebun kelapa sawit
> di mana butuh waktu 6 tahun untuk mencapai break even point atau titik
> impas.
> Pernah ada ungkapan dari seorang anggota DPRD bahwa "pagi pai manggaleh,
> sore alah dibaok pitih pulang!". Pola seperti ini sulit untuk melihat
> peluang investasi. Akhirnya, bisnis-bisnis raksasa dengan investasi jangka
> panjang di Sumatera Barat umumnya dikuasai oleh pebisnis Cina, Jawa, dan
> asing.
>
> >Luthfi :
> >juga bila kita mau menyadari kenyataan masa lalu bahwa komunitas sumbar
> yang bercikal
> >bakal kerajaan minangkabau ini adalah dari sebuah sejarah menghindar dan
> >menyelamatkan diri. dimana pemilihan teritorial kerajaan bukanlah karena
> >pertimbanganm ekonomis. akan tetapi pertimbangan keamanan dari keterdesakan
> >kerajaan2 lain jaman dulunya. terutama dari majapahit.
>
> Riri :
> Wah, kalau yang ini saya tidak tahu ..... apa memang begitu ?
>
> >Luthfi :
> >dari kondisi ini, untuk keluar dari mata rantai persoalan tsb. haruslah
> >diciptkan suatu orientasi yang benar2 unik dan spesifik dari wilayah
> sumatera
> >barat. diperlukan sebuah perubahan paradigma yang mendasar untuk
> membangkitkan
> >perekonomian wilayah sumbar. nah mungkin saudara2 juga mau menyumbang
> pikiran
> >untuk ini.
>
> Riri :
> Setuju ... ini yang disebut dengan membangun keunggulan kompetitif yang
> spesifik
> untuk provinsi Sumatera Barat. Saya sangat menyadari bahwa hal ini tidak
> semudah
> menuliskan konsepnya di kertas atau e-mail seperti ini. Tetapi setidaknya,
> jika
> kita memiliki framework, semuanya menjadi lebih mudah karena ada arahan dan
> tuntunan, apapun framework yang dipergunakan.
>
> Demikianlah pendapat saya, mudah-mudahan bermanfaat ....
>
> Wassalam
> ~Riri
>
> RantauNet http://www.rantaunet.com
> =================================================
> Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
> http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
>
> ATAU Kirimkan email
> Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
> Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
> - mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
> - berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
> Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
> =================================================
> WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
> servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
> =================================================


RantauNet http://www.rantaunet.com
=================================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
- mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
- berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
=================================================
WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=================================================

Kirim email ke