Bang Benni dan UBGB yang saya kagumi...
   
  yup, saya sangat2 setuju... saya paling suka kata2 ini Sales Patriae Suprame 
Lex. 
   
  Berkait dengan Boris Yeltsin, maka hanya satu hal yang acungkan jempol, demi 
visi kesejahteraan Rakyat maka "seolah2" dikhianatilah ideologi komunis dengan 
menmbuat rusia mengaplikasikan sistem ekonomi kapital... dan menyetujui 
pembubaran uni soviet... 
   
  jangan pula kita menutup mata pada tindakan2 seperti pembubaran ini adalah 
hal yang negatif.. sebagai contoh, bagaimana negara ketiga [pecahan soviet] 
bisa masuk dalam persaingan sepakbola dunia, bukankah ini hasil dari visi yang 
luar biasa. dan bagaimana efek manfaat dalam globalisasi terdistribusi lebih 
luas.
   
  bila bercermin dari PRRI ini lah yang saya kritisi, saya pernah mendengar 
seorang kawan bercerita tentang visi PRRI mengenai otonomi daerah atau republik 
federal seperti "United State"... apakah benar ada?
   
  saya masih ingat bagaimana dalam otokritik terhadap sistem yang dibangunnya, 
hatta dalam "Demokrasi Kita" mengatakan tentang penyesuaian sistem tatanegara 
sesuai dengan situasi yang ada diwilayah tersebut, entahlah klo itu hanya 
menjadi koleksi buku yang dibaca tanpa bisa dimaknai maksud dan visinya..
   
  kesejahteraan rakyat bisa ditempuh dengan satu langkah yang menciptakan 
banyak manfaat... dan itu kita sebut effisiensi, bukan hanya dalam hal 
finansial... dan saya rasa Bung Ben punya pola pikir seperti itu... saya 
menyebutnya jenius... untuk ukuran orang minang, saya gak pernah percaya klo' 
mereka hanya bisa berpikir saja... orang yang berpikir pasti bisa berbuat, 
hanya saja berbeda, bila melihat skala prioritas dan effisiensi aktivitas... 
lain dengan berkata, hal ini bisa dirunut dari kerangka berpikirnya, bukan cuma 
hapal kata-kata dalam EYD atau Bahasa Minang..
   
  menyangkut Sales Patriae Suprame Lex, satu pertanyaan saya, demi visi ini, 
apakah kemapanan bisa dirombak?? mungkin seperti membentuk D.I. [Daerah 
Istimewa] Minangkabau, merubah sistem parlemen DPR yang diisi oleh partai 
dengan membangun sistem parlemen dari potensi yang ada, atau mereformasi fungsi 
gubernur menjadi sekelas PM yang mempunyai legitimasi terhadap administrasi 
bukan terhadap internal otorithy yg menjamin "Sales Patriae Supreme Lex", 
mengeffisienkan administrasi sesama rumpun melayu membentuk NPM [Negara 
Perserikatan Melayu]. 
   
  JIka memang keabsahan hukumtertinggi adalah kesejahteraan rakyat, tentunya 
tidak perlu takut kita dengan perubahan... bagaimana bang ben pak mantari? bisa 
diterima usulan saya... 
   
   
  St. jabok 
  26 April 2007 - Naik Gunung jo Kapa Tabang -
  

Mantari Sutan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Dunsanak Benni yang saya hormati.
   
  Setuju dengan apa yang dunsanak sampaikan, bahwasanya kesejahteraan yang 
paling utama.  Namun perlu diingat, bahwa kesejahteraan adalah sebuah otput 
dalam berbangsa.
   
  Dunsanak menyutuh saya bercontoh ke Cina.  Memandang bangsa-bangsa China 
sebagai input dalam proses ini, mereka adalah masyarakat yang relatif homogen.  
Kompleksitas mereka sederhanakan dengan pengorbanan besar.
   
  Dunsanak Benni, berkaca ke pengalaman dan melihat di tempat lain.  Mungkin 
kita perlu sampai pada kesimpulan, bahwa permasalahan kita adalah tentang belum 
terbentuknya sebuah bangsa Indonesia.  Enam puluh tahun kita bereksperimen 
untuk itu.  Trial and Error kita juga sudah terbukti belum mensejahterakan 
kita.  
   
  Mari kita berkaca ke dunia luar, Jepang adalah sebuah homogenitas kebangsaan, 
Korea juga.  Negara-negara di Eropah sepertinya juga begitu.  Lihatlah Soviet, 
Yugoslavia dan terakhir Serbia Montenegro.  Sepertinya kebangsaan yang relatif 
homogen adalah input terbaik sebelum kita memulai proses dalam bernegara.  
Mudah-mudahan kita bisa menghasilkan output yang OK dalam proses bernegara ini.
   
  Wassalam,
   
  UBGB
benni inayatullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Bung Mantari dan Santo Jabok yang saya kasihi..
  Gorbachev dan Yeltsin memang layak untuk ditokohkan tentunya bagi yang 
mencermati dan menyetujui ide ide besar mereka.  Namun mereka bukanlah segala 
galanya bagi keruntuhan uni sovyet (jika ini bisa dianggap suatu prestasi) . 
Uni Sovyet pernah mengalami masa jaya sebagai negara adikuasa dengan kekuatan 
militer yang luar biasa menandingi Amerika Serikat bahkan dalam teknologi ruang 
angkasapun mereka tidak kalah.
  Faktor utama pecahnya Uni Sovyet menjadi serpihan-serpihan negara kecil 
bukanlah lantaran Glasnost dan Prestroika melainkan karena hukum ekonomi. 
Sedemikian rapuhnya ekonomi sovyet ketika itu mata uang mereka (rubel) bahkan 
tidak laku untuk jual beli, yang laku adalah dolar amerika. Kehidupan begitu 
susahnya sehingga timbul penolakan terhadap sistem ekonomi bahkan sistem 
pemerintahan yang komunis. Glasnost dan perestroika hanyalah menjadi faktor 
pendorong matangnya situasi sosial politik dan ekonomi ketika itu. 
  Ini bukanlah soal sentralisasi, otonomi daerah apalagi komunisme. Sejarah 
berbagai negara membuktikan kekuatan ekonomi sangat menentukan. Lihatlah china 
saat ini yang tumbuh menjadi raksasa ekonomi padahal mereka menggunakan sistem 
komunis yang jauh dari demokratis. PRRI adalah masalah ekonomi dan kekuasaan 
dimana daerah merasa tidak puas dengan pembagian kesejahteraan dari pusat. 
Disaat jakarta menjadi proyek mercusuar disaat itu pula kelaparan melanda 
daerah2 yang turut berjuang mencapai kemerdekaan. Disisihkannya Hatta dari 
pemerintahan serta menguatnya komunisme hanyalah faktor pendorong saja bukan 
penyebab utama.
  Lihatlah indonesia saat ini negara demokrasi ketiga terbesar didunia.  Tapi 
mengapa demokrasi tidak berkorelasi dengan kesejahteraan ? Kita tidak butuh 
Yeltsin kalau hanya sekedar  untuk melahirkan slogan yang muluk muluk. Kita 
sudah punya presiden yang mimpinya bahkan melebihi mimpi gorbachev dan yeltsin. 
Kita sudah punya Amien Rais yang melahirkan reformasi. Kita sudah punya Munir 
yang berjuang menegakkan HAM hingga tetes darah terakhir. Bangsa ini sudah 
punya segala –galanya. Bangsa ini hanya tidak mempunyai pemimpin yang memiliki 
hati nurani untuk menyadari bahwa hukum tertinggi adalah kesejahteraan 
masyarakat, Sales Patriae Suprame Lex.
  Sesungguhnya Jika mereka mereka telah menyadari itu tidak sulit menyembuhkan 
bangsa  yang sakit ini. yang dibutuhkan masyarakat tidaklah muluk muluk : Otak 
cerdas, badan sehat, saku penuh. Pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi. 
 Jadi mengapa terpaku dengan sistem politik dan slogan-slogan mewah ? Kita 
tidak butuh Yeltsin di negara ini, yang kita kita butuh adalah Pemuda seperti 
Bung Mantari dan Santo Jabok yang memiliki visi besar dan bukannya omong besar 
! Kita butuh Bung Mantari dan Sutan Jabok yang mampu memahami realitas dan 
bukannya ternina-bobokan oleh slogan slogan anti kemapananI  Kita butuh 
pemuda-pemuda seperti Bung Mantari dan santo Jabok yang memiliki empati kepada 
mereka yang termarginalkan secara ekonomi dan bukannya mengekalkan feodalisme 
dangan menjilat telapak kaki penguasa ! kita kita semua butuh jiwa muda yang 
cerdas, punya visi, boleh berpikir radikal namun tidak melupakan realita. 
Selamat mendepa Jaman !
  Salam
  Ben


       
---------------------------------
  Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
Check out new cars at Yahoo! Autos.




       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke