Sanak Ridha ysh,

Ada beberapa milestone dalam Perang Paderi yang bisa dijadikan rujukan:

Pertama, peristiwa di Tanjung Barulak 1803, yaitu untuk pertama sekali
kontak fisik antara kaum Paderi dan kaum adat. Semula gerakan Paderi
dimaksudkan sebagai gerakan akhlak, sehingga lebih bersifat seruan dan
ajakan. Karenanya sebagai multi kelompok, mobilitas gerakan ini cukup tinggi
dari satu tempat ke tempat yang lain sebagai suatu jaringan. Pada kejadian
di Tanjung Barulak, kaum adat memberikan tantangan kepada kaum Paderi dengan
melakukan praktek-praktek yang bertentangan dengan agama dalam suatu
kegiatan keramaian negeri, seperti judi, minum khamar, dsb. Reaksi kaum
Paderi sebenarnya tidak diduga kaum adat, karena sebagai akibat mobilitas
yang tinggi mengakibatkan militansi yang tinggi pula dalam menghadapi
tantangan itu. Dalam perkelahian masal, ternyata kaum Paderi lebih unggul.
Prestasi dari kejadian itu akhirnya menguatkan semangat Paderi untuk
melakukan 'pembersihan' dari satu tempat ke tempat lain.

Kedua, bila kita memperhatikan peta pergerakan Paderi, memang semula masih
berkisar di Luhak Tanah Datar untuk pada akhirnya melebar ke luhak lain.
Karena 'kerusuhan' berlangsung secara meluas, akhirnya keluarga Kerajaan
Pagaruyung secara 'moral' mengundang pertemuan perdamaian di Kototangah pada
tahun 1808, lokasinya sekitar 5-10 km dari istana Pagaruyung. Pertemuan
tersebut tidak dihadiri oleh seluruh kekuatan Paderi di bawah kepemimpinan
Harimau nan Salapan. Jadi hanya diwakili oleh Tuanku Lintau dan pasukannya.
Dari pihak kerajaan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga, yang menunjukkan
suatu kesungguhan dan totalitas untuk menyelesaikan persoalan. Di tengah
perundingan, terjadi selisih paham antara salah seorang komandan pasukan
Tuanku Lintau dan keluarga kerajaan, yang berakhir dengan keributan dan
pembantaian itu. Disebutkan ketika Tuanku nan Renceh mendengar berita
tersebut beliau marah besar kepada Tuanku Lintau. Selanjutnya kita melihat
peran Tuanku Lintau memang tidak signifikan lagi dalam gerakan Paderi. Hal
ini yang saya sebut insiden, dan kepastian pokok selisih paham tersebut,
hingga saat ini belum ada informasi.

Ketiga, perintah untuk membangun benteng di Bonjol cukup lama saya mencoba
mencari alasannya, hingga seorang rekan menceritakan strategi Raffles di
Sumatera. Bahwa setelah ada pertukaran Bengkulu dan Singapura kepada
Inggris, Raffles masih melancarkan intrik untuk merebut kembali Sumatera
melalui Sumatera Tengah. Hal ini kiranya yang mendorong pembangunan benteng
Bonjol tersebut yang dibangun secara masif, dan ternyata teruji dapat
menahan gempuran terus-menerus siang-malam selama lebih 3 tahun. Dari
pengamatan sekilas di peta dapat dilihat bila Alahan Panjang merupakan hulu
dari salah satu anak sungai Kampar yang masih dapat dicapai oleh pelayaran
sungai. Mungkin ini dapat menjelaskan pemilihan lokasi pembangunan benteng
di Bonjol tersebut.

Saya belum membaca 'Tuanku Rao', namun dari buku sejarah 'Sisingamangaraja
I-XII' karya Panggabean 1966 disebutkan bila Pongki Nangolngolan merupakan
'menantu' dari Tuanku Rao.

Pengaruh Syiah di Minangkabau saya meyakini ada pada sekitar abad 17-18,
namun lebih berorientasi ke 'struktur puncak' dan tidak ke masyarakat.
Mungkin dapat diperbandingkan dengan Syiah Kuala, seorang ulama kerajaan
Aceh yang mewariskan beberapa hukum pemerintahan, namun tidak menjadikan
Aceh menjadi Syiah.

Wassalam,

-datuk endang


Pada tanggal 30/09/07, Ahmad Ridha <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
>
> On 9/30/07, muhammad syahreza <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> > Tuanku Rao. Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak
> >
> > oleh: Batara R. Hutagalung
> >
>
> Beberapa catatan:
>
> > ... timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum ulama, yang
> bereskalasi kepada
> > konflik bersenjata. Karena tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum
> adat meminta
> > bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira.
> >
>
> Tidak disebutkan sebab pertentangan itu padahal kesimpulan yang dapat
> diambil dari suatu kejadian akan tergantung pada latar belakang
> kejadian itu.
>
> > Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi bukan hanya
> > berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan juga menyerang Tanah
> > Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 - 1820
> >
>
> Kekejaman yang terjadi perlu dilihat apakah suatu insiden sebagaimana
> dikatakan Mak Datuk Endang ataukah dapat digeneralisir? Insiden dapat
> terjadi karena kesalahan individu baik karena kekurangtahuan,
> kesalahpahaman dendam, atau yang semacamnya.
>
> Sebagai gambaran, pada masa Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam
> pun terjadi insiden seperti Usamah bin Zayd radhiyallahu 'anhuma yang
> membunuh seorang musuh yang mengucapkan syahadat karena mengira bahwa
> pengucapan syahadat itu hanya karena takut (tidak sungguh-sungguh).
> Kekeliruan itu terjadi karena kesalahan Usamah (dan Rasulullah
> menegurnya dengan keras) dan tidak dapat digeneralisir.
>
> > Ketika bermukim di daerah Muara, di Danau Toba, Marga Siregar sering
> > melakukan tindakan yang tidak disenangi oleh marga-marga lain, sehingga
> > konflik bersenjatapun tidak dapat dihindari.
> >
>
> Juga tidak dijelaskan maksud "tindakan yang tidak disenangi."
>
> > Anak buah Raja Porhas ternyata tidak diperlakukan seperti tradisi perang
> tanding,
> > melainkan diburu oleh anak buah Raja Oloan sehingga mereka terpaksa
> melarikan diri ke
> > tebing-tebing yang tinggi di belakang Muara, meningggalkan keluarga dan
> harta benda.
> >
>
> Cukup menarik bahwa penulis tidak menggunakan ungkapan "teror" atau
> "kekejaman" untuk sikap anak buah Raja Oloan.
>
> > Di Minangkabau ia mula-mula bekerja pada Datuk Bandaharo Ganggo sebagai
> > perawat kuda. Pada waktu itu, tiga orang tokoh Islam Mazhab Hambali,
> yaitu
> > Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik baru kembali dari Mekkah dan
> > sedang melakukan penyebaran Mazhab Hambali di Minangkabau, yang menganut
> > aliran Syi'ah.
> >
>
> Apa benar bahwa Minangkabau didominasi Syi'ah pada masa itu? Kalau
> ada, mungkin saja, ini terlihat dari tradisi tabuik namun apakah dapat
> dikatakan yang dianut orang Minangkabau adalah Syi'ah? Pada akhirnya,
> alhamdulillah kini Syi'ah tidak dominan di Minangkabau walaupun
> sepertinya Syi'ah mulai berkembang di Indonesia. Allahul musta'aan.
>
> > Haji Piobang dan Haji Sumanik pernah menjadi pewira di pasukan kavaleri
> Janitsar Turki.
> >
>
> Ini rasanya aneh karena pasukan Janisari menganut aliran Bektasyi yang
> keyakinannya agak menyerupai Syi'ah misalnya bahwa ada bagian dari
> Islam yang hanya dapat dipahami oleh keturunan Rasulullah.
>
> Allahu Ta'ala a'lam.
>
> --
> Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
> (l. 1400 H/1980 M)
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
Website: http://www.rantaunet.org 
=============================================================== 
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: 
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. 
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. 
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
=============================================================== 
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe 
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount 
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke