mbo Piaman juo nan lahia di mudiak, gadang di Deli, bakeluarga di Batawi,
tuo di baliak bumi, ingin juo memberi pandapek.

Apokah kota Piaman bisa maju tanpa industri manufaktur dan tambang?
Harusnya bisa! Piaman kini punya wisata Pantai dan kuliner nan bisa
dikembangkan. Di dunia ini banyak kota yg maju cuma dgn industri wisata.
Walikota Piaman pernah kami undang studi banding ka 2 kota wisata pantai di
Amrik, yaitu Ocean City dan Annapolis. Sayang kunjungan itu tak berdampak
apo2 bagi kota Piaman. Banyak aktifitas wisata pantai bisa dilakukan di
Piaman. Ditambah lai ado pulau2 dakek pantai dapek "diranangi".
Bibandingkan jo pantai Padang, Pantai Gondoriah banyak keunggulannyo.
Kuliner seafood bisa terus dikembangkan.

Memang kota Piaman memerlukan walikota yg berjiwa enterpreuner, untuk bisa
"menjual" Piaman tanpa merusak karakter usali Piaman.

Ayo Indra! You can do it!

On Sunday, January 6, 2013, Darwin Bahar <dba...@indo.net.id> wrote:
> Nakan Syafrinal;
>
> Sambil menunggu tanggapan balik Nakan IJP terhadap  komentar Nakan
Syafrinal di bawah ini—walaupun bukan “putra asli Piaman” :) —sato pula
ciek urun pendapat.
>
> Menurut hemat saya, kondisi Piaman yang digambarkan Nakan Syafrinal
sebagai “dari tahun ke tahun perkembangannya hanya itu ke itu saja” bukan
semata karena ada atau tidak adanya industri (atau pertambangan seperti di
Lubuk Linggau dan Muaro Bungo) yang menggerakkan ekonomi kota. Lebih pas
rasanya kita melihat kondisi Piaman waktu ini sebagai representasi dari 70%
—menurut data Kemendagri—daerah pemekaran yang gagal atau belum berhasil,
belum berhasil mendekatkan dan meningkatkan kualitas  pelayanan kepada
masyarakat, belum berhasil dalam mendorong kreativitas, ujung-ujungnya
belum berhasil meningkatkan kemakmuran masyarakat setempat secara berarti.
>
> Bukan berarti tidak ada kemajuan, tetapi umumnya masih  di bawah harapan
masyarakat banyak, atau tidak sesuai dengan potensi dengan yang ada.
>
> Khusus untuk Piaman, angka-angka sederhana di bawah ini dapat bicara
sendiri.
>
> Setiap tahun, Kemenkeu menerbitkan peta kapasitas fiskal [1] untuk
seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Sesuai dengan  data tahun terakhir
(2011), indeks  Piaman masuk kategori ‘sangat tinggi’ dan nomor dua
tertinggi di antara kota-kota di Sumatra Barat setelah Sawahlunto.
>
> Sekalipun demikian, dalam  tahun 2012, Piaman yang berpenduduk ± 75.000
jiwa, hanya mampu menghimpun APBD sebesar Rp400 M, kurang lebih sama dengan
APBD Padangpanjang di tahun tersebut,  yang penduduknya hanya 50.000 jiwa
atau hanya dua pertiga Piaman. APBD Piaman dalam tahun tersebut juga di
bawah APBD Kota Solok yang berpenduduk ± 65.000 jiwa sebesar Rp435 M dan
APBD Kota Sawahlunto yang juga berpenduduk ± 65.000 jiwa sebesar Rp500 M.
>
> Mengapa hal itu bisa terjadi di daerah-daerah pemekaran? Sudah banyak
pihak yang memberikan pendapat, termasuk Kemendagri. Pendapat yang sangat
umum, pemekaran daerah lebih didorong oleh kepentingan elit ketimbang
aspirasi masyarakat daerah atau tanpa memperhitungkan potensi daerah yang
bersangkutan. Apapun penyebabnya, sekarang tentu sudah tidak penting lagi.
>
> Pertanyaan yang lebih penting, apakah untuk berkembang baik daerah-daerah
tersebut memerlukan adanya industri (atau pertambangan) sebagai faktor
penggerak.
>
> Liputan Khusus Kepala Daerah Pilihan 2012 pada majalah Tempo edisi
Minggu, 9 Desember 2012 (“Bukan Bupati Biasa”), memilih tujuh bupati/wali
kota, masing-masing Walikota Sawahlunto,  Walikota Banjar (Jawa Barat),
Bupati Wonosobo (Jawa Tengah), Walikota Surabaya (Jawa Timur), Bupati Kubu
Raya (Kalimantan Barat), Bupati Enrekang (Sulawesi Selatan dan Bupati
Keerom (Papua).
>
> Selain Sawahlunto (pariwisata) dan Surabaya (industri dan perdagangan),
seluruhnya merupakan kabupaten/kota agraris. Fakta ini menegaskan bahwa
maju atau tidak majunya suatu daerah tidak ditentukan  ada atau tidak
adanya industri (atau pertambangan) di daerah tersebut. Sawahlunto bangun
dan maju secara mengesankan justru setelah pertambangan di sana ditutup dan
fokus kepada pengembangan sektor pariwisata.
>
> Hal itu disebabkan karena kunci keberhasilan para Bupati/Walikota
tersebut melakukan perubahan/kemajuan di daerah masing-masing lebih
terletak pada visi dan kepemimpinan yang efektif, inovatif dan bersifat
melayani.
>
> (Lihat juga infografis
http://www.tempo.co/read/flashgrafis/2012/12/13/508/Bukan-Bupati-Biasa)
>
> Dalam perperspektif ini, kalau IJP ingin memfokuskan pembangunan Piaman
melalui revitalisasi pasar menurut saya cukup masuk akal, karena dari apa
yang saya tangkap, yang akan ditata kembali tidak hanya fisik bangunan,
tetapi—terutama—fungsinya.
>
> Malah menurut saya pribadi, penataan kembali fungsi pasar tidak hanya
kebutuhan Piaman saja, tetapi perlu dilakukan di berbagai tempat di Sumatra
Barat. Sulit rasanya mewujudkan pembangunan berbasis nagari tanpa
revitalisasi fungsi pasar-pasar di tingkat nagari dan kecamatan. Sulit
rasanya berbicara tentang perekonomian kerakyatan kalau pembangunan dan
renovasi bangunan pasar di kawasan perkotaan menjadi ajang perburuan rente,
yang menyebabkan pedagang-pedagang bermodal kecil menjadi tergusur.
>
> Kembali ke kasus Piaman, tentu tidak ada salahnya jika pembenahan pasar
kemudian diikuti dengan pengembangan industri jika memang memungkinkan,
khususnya industri yang dapat memberikan nilai tambah serta lapangan kerja
yang berarti bagi penduduk lokal Piaman, walaupun ini lebih mudah
mewacanakan daripada mewujudkannya. Hal itu disebabkan  karena bola lebih
banyak berada di pihak ketiga yakni para pemodal yang tertarik atau tidak
tertarik untuk berivestasi di sana.
>
> Pertanyaann kemudian tentu, apakah IJP memiliki kepemimpinan yang
efektif, inovatif dan bersifat melayani seperti tujuh bupati/wali kota
tujuh pilihan Tempo tersebut, tentu hanya sejarah yang dapat membuktikan.
>
> Jika IJP berhasil menjadi Piaman satu, tentu saja.
>
> Wallahualam bissawab,
>
> Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 69+), asal Padangpanjang, tinggal di
Depok
>
> [1] Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing
daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana
pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk
membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah
dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.
>
> ===
>
> Re: [R@ntau-Net] Iko Jaleh Piaman! (14)
> Mon Dec 17, 2012 2:43 pm (PST) . Posted by: "Syafrinal Syarien"
>
> Ajo Indra yth;
>
> Ambo mengikuti terus ulasan serial "Iko Jaleh Piaman", tapi dek karena
kesibukan, baru kini terlakit untuk berkomentar dan memberi masukan.
>
> Di sektor ekonomi, kekurangan terbesar Piaman adalah: tidak adanya
industri yang menggerakkan ekonomi perkotaan. Setiap kota butuh industri
untuk menciptakan urban civilization. Ini konsekuensi yang harus ditempuh
begitu kita sepakat untuk spin-off kotamadya Piaman dari kabupaten
Padang-Pariaman tahun 2002 lalu.
>
> Lebaran lalu, ambo mudik lewat jalur darat, melewati Lubuk Linggau dan
Muaro Bungo. Ambo takjub melihat perkembangan kedua kota tersebut. Dan
perkembangan itu disokong karena adanya industri tambang batubara di kedua
kota tsb.
>
> Berbeda dengan kota Piaman, yang dari tahun ke tahun perkembangannya
hanya itu ke itu saja. Malahan geliat ekonomi di kota Piaman cenderung
turun setelah banyak kantor Pemkab pindah ke Parit Malintang. Ikut dibawa
pindah juga pegawai-pegawainya.
>
> Pasar Piaman serba canggung. Jika dijadikan pasar grosir, orang lebih
memilih ke Padang atau Bukittinggi. Jika dijadikan pasar ritel, perlu
penataan lebih lanjut supaya tidak semrawut. Dan ini sulit, karena kabarnya
hampir semua toko di sana dimiliki oleh segelintir orang kaya jaman dahulu,
seperti klan Tantawi dari Simpang Apa. Barangkali karena itu pula, klan
Ahmadin tak mau menyentuh area pasar sekarang, gantinya mereka berusaha
mengembangkan areal pasar dalam format ruko yang lebih bersih dan teratur
di sekitar wilayah usaha mereka (sekitar Toko Ahmadin, kampung cina dulu).
Kabarnya istri Pak Walikota adalah dari klan Ahmadin ini.
>
> Jadi menurut saya, biarkan sajalah pasar Piaman itu seperti apa adanya.
Biarkan ia menjadi pasar becek kumuh ala pasar inpres jaman orba dulu. Mau
diapa-apakan juga susah karena pemiliknya adalah perseorangan dari klan
orang kaya Piaman jaman dulu, yang keturunan mereka sekarang cuma bisa
melindangkan warisan saja.
>
> Karena tidak adanya industri, peran kota Piaman tak lebih dari sekedar
daerah transit dari industri sawit di Pasaman yang menuju Padang. Lambat
laun nasib kota Piaman akan mirip dengan kota Cianjur. Sebelum tol
Jakarta-Bandung ada, Cianjur adalah kota yang hidup dengan geliat ekonomi
sebagai daerah transit. Tapi tengoklah sekarang setelah tol Jakarta-Bandung
jadi rute utama. Cianjur sudah tidak sesemarak dulu lagi. Kita sudah lupa
dengan tembang lawas "Semalam di Cianjur", karena memang Cianjur tidak ada
apa-apa lagi untuk diingat.
>
> Tantangan bagi Ajo Indra untuk memilah industri apa yang cocok untuk
dikembangkan di kota Piaman.
>
> Wassalam;
>
> Syafrinal Syarien
>
> Putra Piaman aseli...
>
> 42thn/Karawaci/Tangerang/Banten
>
>
>
> ________________________________
>
> From: Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com
>
>>
>
> To: Rantau Net <RantauNet@googlegroups.com>
>
> Sent: Monday, December 17, 2012 8:59 AM
>
> Subject: [R@ntau-Net] Iko Jaleh Piaman! (14)
>
> --
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
>
>

-- 
Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
suku Mandahiliang,
lahir 17 Agustus 1947.
nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman.
rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA
------------------------------------------------------------

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke