Tarimo kasih ateh follow up informasi kanda Indra Catri,
semoga Rizki Ramadhan segera mendapatkan metode pendidikan yang cocok
baginya.

Sekadar sharing saja, kebetulan ba'da Subuh tadi (Kamis, 14 November) ambo
sempat mancaliek film dokumenter di HBO Family berdurasi sekitar 30 menit
berjudul "Educating Peter". EP adalah kisah tentang seorang anak penderita
Down Syndrome bernama Peter Gwasdauskas, yang bergabung dengan kelas normal
murid kelas 3 SD di Blacksburg, Virginia. Peter satu-satunya murid yang
"berbeda" di kelas itu.

  Peter Gwasdauskas dalam "Educating Peter"

Hari-hari pertama Peter di kelas itu, sikap tantrum (mengamuknya) masih
sering muncul. Kawan-kawannya ditendang, dipukul, dipiting. Tapi
kawan-kawannya tak membalas, karena mereka sudah diberitahu oleh ibu guru
mereka tentang kondisi Peter. Ibu guru dan murid lain berdiskusi bagaimana
cara mengurangi amuk Peter, akhirnya ketemu jalan keluar: setiap Peter
berlaku "baik" dan "normal", dia harus selalu didukung, diberikan pujian
secara tulus. Pelan-pelan cara ini mulai menunjukkan hasil. Jika sesekali
dia masih memukul kawannya tanpa alasan jelas, ibu guru akan mengajaknya
berdiskusi: apakah menurut Peter cara itu bagus atau tidak bagus? Ternyata
menurut Peter cara itu tidak bagus dan tidak boleh dilakukan. Ibu guru
bertanya lagi, apakah Peter mau minta maaf karena perbuatannya kepada teman
yang disakiti? Peter bilang mau. Maka ibu guru meninggalkan Peter dan
kawannya berdua saja, memberi kepercayaan penuh. Dan ternyata Peter memang
minta maaf dengan cara yang mengharukan. Sebagai anak Down Syndrome, IQ
Peter juga jauh di bawah kawan-kawannya yang lain, sehingga dia sulit
sekali mengeja kalimat (terdiri dari 4-5 kata sederhana) yang sudah bisa
dieja oleh murid kelas 1 SD.

Meski pada bulan 5 (atau ke-6) sesekali tantrum Peter masih muncul, tapi
secara umum dia sudah bisa bersosialiasi dengan kawan-kawannya yang bisa
menerima Peter apa adanya, tidak ada yang mengolok-olok dia.

Mengharukan sekali ketika kawan-kawan Peter diwawancara, apa pendapat
mereka tentang Peter? Jawaban anak-anak kelas 3 SD itu banyak yang
mengejutkan. Salah satu jawaban yang bagi saya sangat mengesankan diberikan
seorang anak perempuan. Anak ini bilang, "Sebelum ini kami merasa kami yang
mengajari Peter bagaimana menghadapi masalah. Tapi sesungguhnya Peter lah
yang mengajari kami bagaimana harus bersikap menghadapi masalah. Peter
hanya bisa berubah karena KAMI MENGUBAH CARA KAMI MEMANDANG PETER. Peter
adalah sahabat kami."

Film ditutup dengan hari terakhir kelas 3, ketika Peter akhirnya juga naik
kelas, dan dipanggil ke depan untuk menerima penghargaan sebagai murid yang
paling berkembang. Lalu setelah film usai, ada keterangan bahwa setiap
tahun ada 60.000 anak serupa Peter yang berbaur dalam SEKOLAH UMUM di AS,
bukan di sekolah khusus bagi anak berkebutuhan khusus. Dan sepanjang film
dokumenter itu, saya juga tak melihat ada psikolog (anak) diwawancarai,
hanya ibu Peter, ibu guru sekolah, dan kawan-kawan Peter.

Itu dari kilasan film dokumenter yang ambo tonton bersama anak-anak ambo
tadi pagi (mereka sambil sarapan dan persiapan ke sekolah).

Tadi malam, ba'da Maghrib, ambo sempat browse tentang film "Educating
Peter" ini kanda Indra Catri. Ternyata film yang disutradarai Gerardine
Wurzburg ini dibuat tahun 1992 dan memenangkan Oscar untuk Film Dokumenter
Terbaik 1993.

 http://en.wikipedia.org/wiki/Educating_Peter

Apakah film ini selesai sampai di situ saja?

Ternyata tidak. Januari 2003 lalu, Sutradara Gerardine Wurzburg menayangkan
film lanjutan, 10 tahun setelah film pertama, berjudul "Graduating Peter",
di mana Peter berhasil menyelesaikan ujian SMA-nya.

[image: Graduating Peter] Peter Gwasdauskas dalam "Graduating Peter"

Kisah singkat dari "Educating Peter" menjadi "Graduating Peter" bisa dibaca
di sini:

http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=930096


Mungkin ini bisa sedikit inspirasi bagi pendidikan Rizki, maupun bagi
pendidikan anak-anak lain yang berkebutuhan khusus, karena ternyata mereka
bisa menuntut ilmu dalam sekolah umum asal lingkungan terdekat (guru dan
kawan-kawan sekelas) juga membantu dan selalu mengikutsertakan sang anak
dalam interaksi sehari-hari.

Wassalam,

ANB
45, Cibubur

PS: Versi lengkap fim "Educating Peter" bisa dilihat di YouTube.


Pada 14 November 2013 23.17, <indra_ca...@yahoo.com> menulis:

>
> Yth. Bapak, Ibu, dan Sidang R@ntaunet
>
> Alhamdulillah tes psikologi Rezeki telah selesai sore tadi (14 November
> 2013).
>
> Sesuai dengan rencana semula, pemeriksaan awal dilakukan hari Senin yang
> lalu, dilanjutkan kemarin (Rabu) dan hari ini (Kamis) oleh Psikolog Zera
> Mendoza, M.Psi di RS Ahmad Mokhtar, Bukittinggi.
>
> Hasil tertulis Insyaallah akan diupayakan oleh Psikolog keluar hari Senin
> besok. Namun secara lisan Psikolog Zera Mendoza, M.Psi menyampaikan kepada
> anggota kami dihadapan orang tua Ananda Rezki bahwa yang bersangkutan
> memang memiliki kemampuan yg agak menonjol dibidang tertentu seperti
> elektronik. Sementara IQ nya malah sedikit di bawah normal atau berbeda
> dari apa yang semula kita perkirakan.
>
> Disarankan oleh psikolog agar ananda Rezdki sebaiknya ditangani di sekolah
> khusus (SLB atau sekolah autis) dan banyak sekolah lainnya di Bukittingi yg
> bisa menampungnya. Meskipun demikian tidak tertutup pula kemungkinan untuk
> disekolahkan ditempat lain nantinya.
>
> Demikian disampaikan untuk dimaklumi oleh sidang saR@antaunet yang sangat
> peduli dan kami hormati.
>
> Wassalam: Indra Catri (Lubukbasung)
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Reply via email to