Pak Abraham yang ambo hormati.
Sebelumnya saya mohon maaf bila lambat menanggapi, berhubung sebulan ini dan 
sebulan ke depan masih sering ke luar daerah.
 
Apa yang bapak sampaikan mudah-mudahan sebenarnya banyak memberikan retrospeksi 
terhadap makna perjuangan yang telah disumbangkan oleh orang Minangkabau. 
Dewasa ini saya melihat suatu gejala dari berbagai suku bangsa yang menampilkan 
kontribusi signifikan terhadap perjuangan kebangsaan, yang melahirkan 
'pahlawan-pahlawan lokal' sampai kepada usungan 'pahlawan nasional' dalam 
berbagai bentuk.
 
Saya mengkhawatirkan kekacauan sejarah, karena sebenarnya 'sangat dominan' 
peran orang Minangkabau dalam 'mewujudkan' negara kesatuan, termasuk juga 
'menjaga' dan 'mengisinya'. Peran PRRI sebenarnya terletak pada kata terakhir 
itu.
 
Bila kita mempelajari kembali sejarah, beberapa tokoh yang terlibat juga di 
antaranya adalah pejuang-pejuang pembentuk republik. Sehingga sebenarnya patut 
juga ditelusuri benang merah, khususnya secara ideologi kenegaraan dan 
psikologi kemasyarakatan, dari sistem kepemerintahan kita pada masa itu. Hal 
ini yang saya sebut sebagai 'circumstances', sesuatu yang kurang kita dalami 
selama ini. Bilamana untaian sejarah ini kita gali kembali, mudah-mudahan 
terlihat 'bagaimana besarnya peran orang Minang dalam membangun dan mengisi 
sistem kenegaraan pada masa itu'. Mudah-mudahan hal ini dapat membuahkan 
semangat baru bagi generasi muda kita sekarang ini.
 
Demikian kurang-lebih disampaikan.
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Mon, 5/19/08, Abraham Ilyas <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: Abraham Ilyas <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Ulasan- sejarah PRRI
> To: RantauNet@googlegroups.com
> Cc: [EMAIL PROTECTED]
> Date: Monday, May 19, 2008, 9:23 PM
> Catatan Sejarah PRRI dalam konteks Minangkabau:
> 
> Datuk Endang Yth.
> 
> Ide pembuatan situs PRRI seperti yang ditampilkan
> Permesta saya kira membutuhkan tujuan dan sumberdaya yang
> khusus (tenaga admin dan dana
> pembuatan/pengelolaan/update). 
> 
> Di sinilah masalahnya, siapa yang akan melaksanakan
> pekerjaan rutin ini ?
> Berlainan dengan Permesta, maka setahu saya tidak ada
> organisasi para bekas pelaku PRRI /orang Minang untuk
> meneruskan cita-cita/ide atau semacam organisasi
> kangen-kangenannya. 
> 
> Mungkin bagi mereka tak bermanfaat lagi mengenang cerita
> lama. 
> Menurut saya hal semacam ini telah sesuai dengan sifat
> urang Minang yang berpedoman pada petuah adat:
> Di maa somak, di situ disiangi dan Haruih-dalam tak
> buliah senteang, patuik-senteang tak buliah dalam.
> 
> Ini bukan berarti kita tak acuh terhadap
> kejadian-kejadian masalalu, buktinya pada penulisan buku
> biografi Ahmad Husein, sejarawan Mestika Zed dan Hasril
> Chaniago dibantu oleh panitia yang beranggota 26 bekas
> petinggi PRRI dari Sumbar, Jakarta, Bogor dan Bandung. 
> Dari segi isi/materi buku tsb sudah sangat lengkap. 
> 
> Bisa saja isi buku ini kita aplikasikan dalam bentuk
> situs PRRI, tapi mungkin masih ada pihak-pihak yang gatal
> kupingnya mendengar kata PRRI bila dipublikasikan ke
> seluruh dunia sebagaimana juga diantara kita ada memiliki
> rasa dendam sejarah terhadap rezim Soekarno. Hal-hal
> semacam ini bisa merusak persatuan Indonesia. 
> 
> Pergolakan PRRI adalah perang saudara antara rezim
> Soekarno dengan Daerah Bergolak, dimana peperangan tersebut
> telah kita menangkan walaupun pejuang PRRI kalah dalam
> pertempuran-pertempuran bersenjata ketika peperangan
> dimulai.
> Itu disebabkan karena Urang awak memang bukan
> "manusia pacakak" tapi "manusia
> pasilek".
> 
> Kini yang penting bagi kita ialah menepis fitnah kepada
> bapak-bapak, ibu-ibu, mamak-mamak kita yang telah
> mengorbankan segalanya untuk melaksanakan cita-cita yang
> diyakininya benar. 
> Mungkin yang paling bisa dikerjakan saat ini ialah
> mengumpulkan buku-buku, desertasi kalau ada, catatan
> pribadi tertulis dll. 
> 
> Selanjutnya semua buku tsb. covernya discan, dan
> scanningnya serta data jumlah halaman, penerbitnya, harga
> dikirimkan ke admin nagari.or.id (saya sendiri di
> [EMAIL PROTECTED]) walaupun toko buku maya tsb. belum
> beroperasi.
> Insyaalah akan ambo tampilkan pada Daftar Buku PRRI
> seperti di: http://www.nagari.or.id/tokobuku/
> Kalau buku tersebut banyak sekali maka akan diadakan
> katagori khusus PRRI .
> 
> Untuk kisah lain yang sifatnya catatan pribadi, sebaiknya
> ditulis sendiri oleh pelaku dalam bentuk file biasa
> menggunakan word. Anak-anak dari para pelaku agar mendorong
> ayah mereka untuk bercerita dan mencatatnya. Selanjutnya
> catatan ini dikumpulkan oleh seseorang. 
> 
> Untuk sementara, ambo bersedia menampung kiriman
> file-file tsb. asalkan jelas identitas si
> penulis/pelaku/foto. Nantinya kumpulan catatan/file tsb.
> bisa diterbitkan dalam sebuah buku seperti buku: 
> 
> Pengalaman-catatan pribadi para pejuang Sumtera Tengah
> (1945 - 1949)
> Penulis : 32 Orang Pelaku Sejarah
> 194 halaman ukuran 23 x 15 cm. Kisah-pengalaman pribadi
> para pejuang. Kisah-kisah anak manusia betapa sulitnya
> menegakkan kemerdekaan ini. Perlu dibaca semua orang
> Indonesia
> Harga : Rp. 40.000,-
> 
> Salam,
> 
> Abraham Ilyas
> 
> 
> 
> Datuk Endang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Saya sambung sedikit Pak Jamaludin dan Dr. Abraham,
> 
> Saya rasa sekarang ini saatnya secara bersama-sama untuk
> menuliskan dan meluruskan kembali sejarah PRRI, berhubung
> masih banyaknya para pelaku yang masih hidup dan
> kemungkinan catatan/manuskrip yang masih ada, serta rentang
> waktu yang relatif belum terlalu jauh.
> 
> Bila Pak Abraham dan praktisi IT lainnya bersedia, mungkin
> dapat menyiapkan website khusus yang merekam kejadian
> day-to-day serta circumstances pada masa berlangsungnya
> PRRI itu, seperti contoh Permesta itu. Penokohan hendaknya
> dapat secara obyektif, mengingat perjuangan tersebut
> dilakukan secara semesta. Sehingga tidak semata-mata
> tanggung jawab pada beberapa orang saja. Perangkuman
> sejarah model ini mudah-mudahan lebih mudah dicerna dan
> dipahami oleh generasi sekarang ini, sehingga dapat
> menghargai upaya dan peran yang dilakukan oleh orang-orang
> terdahulu yang telah mengorbankan banyak hal. Perjuangan
> dan pengorbanan itu tidaklah sia-sia, dan telah membuahkan
> hasil beberapa generasi kemudian atau kita nikmati sekarang
> ini. Sehingga orang Minang, sebagaimana disebutkan seorang
> tokoh, bukanlah suku bangsa pecundang karena kalah (?)
> dalam PRRI; namun justru membangun dan meletakkan
> dasar-dasar yang kokoh dalam sistem "negara
> kesatuan" RI.
> 
> Mohon dapat kita cermati korelasi PRRI-Permesta, yang
> berbeda dengan model-model "pemberontakan"
> lainnya, yang justru menghasilkan positive feedback bagi
> pembangunan bangsa. Saya menyarankan ke depan perlu
> dibangun aliansi positif antara Padang-Manado dalam rangka
> menjaga semangat Otda. Saya kira peran generasi muda cukup
> signifikan dalam memulai hal ini.
> 
> Wassalam,
> -datuk endang
> 
> --- On Thu, 5/15/08, jamaludin mohyiddin wrote:
> 
> > From: jamaludin mohyiddin 
> > Subject: [EMAIL PROTECTED] Ulasan-Re:[EMAIL PROTECTED]:Peranan
> CIA dalam sejarah PRRI
> > To: RantauNet@googlegroups.com
> > Date: Thursday, May 15, 2008, 8:33 AM
> > Terima kasih Datuk Endang dengan postangan ini.
> Menyegarkan
> > semula ingatan peristiwa PRRI yang bersejarah itu.
> > 
> > Penulisan semula sejarah/historiographical (re)writing
> > boleh di katakan satu keperluan. Terutama untuk
> kepentingan
> > kelansungan suaatu masyarakat dan negara. Hanya, dalam
> > pelaksanaann dan peresmian penulisan semula ini
> kepentingan
> > pehak yang sedang berkuasa atau si gulungan pemerintah
> di
> > kuatkuasakan hinggakan mengenepikan kepentingan
> nasional.
> > Ini lah yang telah berlaku dalam zaman Orde Baru
> Suharto &
> > ABRI. 
> > 
> > Dalam penulisan sejarah resmi Orde Baru banyak sekali
> > penodaan fakta sejarah, penafsiran sejarah dan
> pemalsuan
> > sejarah telah berlaku. Maka oleh kerna itu untuk
> membangun
> > semula maruah, mertabat dan darajat Indonesia, selain
> dari
> > pembangunan ekonomi-yakni peningkatan kemakmuran dan
> > membasmi kemiskinan mutlaq
> > yang wajib di lakukan-Indonesia sendiri berkewajiban
> > membina semula penulisan dan penafsiran sejarah yang
> benar.
> > Tugas ini bukan tugas perorangan. Ianya tugas yang
> > melibatkan semua pehak terutama para
> > cendiakawan/intellectual, para sejarawan dan para
> cerdik
> > pandai/intelligentsia. Saya sengaja tidak memasukkan
> > perwakilan dari pehak pemerentah. Tugas penulisan
> (semula)
> > sejarah adalah tugas perwakilan dari rakyat. 
> > 
> > Satu ketika dahulu Pak Deliar Noer pernah menyatakan
> perlu
> > ada kajiaan semula atau penulisan aatau penafsiran
> semula
> > sejarah atau peristiwa Pemberontakan DI/TI pimpinan
> > Kartosuwiryo. Beliau berpendapat penafsiran resmi yang
> di
> > tulis di zaman Orde Baru banyak mengandungi fakta dan
> > tafsiran yang salah. Beliau menyarankan ada kajian
> semula
> > yang betul mencerminkan keadilan sejarah akan
> peristiwa
> > pemberontakan DI/TI ini. Saya berkeyakinan juga
> pandangan
> > Pak Deliar Noer ini bisa di kaitkan atau di
> perpanjangkan
> > dengan penulisan dan
> > penafsiran semula peristiwa pemberontakan PEMESTA
> pimpinan
> > Kahar Muzakar, DI/TI pimpinan Daud Bereueh, dan PPRI. 
> > 
> > Telah banyak buku buku kajian dan hasilan ilmiyyah
> tentang
> > peristiwa peristiwa bersejarah ini di tulis dan boleh
> di
> > baca oleh rakyat. Penulisan (semula) sejarah boleh di
> > kaitkan dengan menyuburkan dan mencambahkan minat
> membaca
> > rakyat. Budaya membaca/culture of reading boleh di
> mulakan
> > dengan usaha usaha sistematis dan berlanjutan dari
> > usahasama di kalangan para penggemar ilmu pengetahuan
> > sejarah, para sejarawan dan pengkaji sambilan dan
> penerbit
> > penerbit buku. Yang patut di beri perhatian dengan
> > sesungguhnya ialah bagaimana keragaman penulisan,
> > penafsiran dan fahaman tentang peristiwa sejarah ini
> > dimuatkan secara resmi untuk di jadikan bahan bacaan
> dan
> > rujukan di sistem pendidikan nasional. Yang Generasi
> muda
> > mesti didedahkan seluas luasnya dengan penulisan
> sejarah
> > yang benar mencerminkan perjalanan sejarah Indonesia.
> > Pendedahan
> > maksimal ini sangat membantu usaha generasi muda
> membekali
> > diri dan pengenalan jati diri dan penyerapan nilai
> nalai
> > keIndonesian mereka dengan mempelajari dan mendidik
> jiwa
> > mereka dengan historical figures and personalities
> dalam
> > pentas sejarah Indonesia. Peribadi peribadi nasional
> ini
> > boleh di ketengahkan kepada generasi muda sebagai
> > pembimbing yang hidup dalam proses pembentukan
> peribadi
> > mereka. Peranan role model ini tidak boleh di
> ketepikan
> > dengan begitu mudah. 
> > 
> > Department pengembangan kokurikulam/Co-curriculum
> extension
> > Sistem Pendidikan Indonesia mesti memahami aspek
> i'tibar
> > pendidikan sejarah ini. 
> > 


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke