Sedikit yang mengganjal dan terasa aneh dari daftar nara sumber tsb adalah; kenapa sanak IJP tidak dengan PD menyatakan caleg Golkar seperti pembicara lain dan masih bawa-bawa the Indonesian Institute, mohon penjelasannya.
Deddy. S --- On Tue, 8/26/08, Indra Jaya Piliang <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Indra Jaya Piliang <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [EMAIL PROTECTED] Dialog Aktual "Fenomena Aktivis Menjadi Caleg To: RantauNet@googlegroups.com Date: Tuesday, August 26, 2008, 12:37 AM Dialog Aktual "Fenomena Aktivis Menjadi Caleg" Selasa, 26 Agus tus 2008 Rekaman : Pkl 17.30 wib, di Studio 6 TVRI-Senayan Tayang : Pkl 23.00 WIB. di layar TVRI Nara Sumber: 1. Pius Lustrilanang, Caleg Gerindra 2. Faisol Reza, Caleg PKB 3. Indra J Piliang, The Indonesian Institute Host: Valerina Daniel Fenomena Aktivis Menjadi Caleg Selain artis dan anggota keluarga pengurus inti partai politik, daftar sementara calon anggota legislatif peserta Pemilihan Umum 2009 juga diisi sejumlah aktivis gerakan mahasiswa tahun 1998. Aktivis 1998 yang menjadi caleg itu antara lain mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko, Faisol Reza, Pius Lustrilanang dan Desmond J Mahesa. Pius Lustrilanang, salah satu korban selamat dari penculikan aktivis 1997-1998 yang memutuskan masuk daftar caleg dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sebelum bergabung dengan Gerindra, Pius juga pernah bergabung di PDI-P dan Partai Demokrasi Pembaruan, serta mendirikan Partai Persatuan Nasional. Sementara Faisol Reza, yang juga korban selamat dari penculikan aktivis, kini menjadi caleg PKB. Pada tahun 1998, aktivis mahasiswa masih berada di jalan-jalan, berjaket mahasiswa, memakai ikat kepala, dan membawa bendera elemen mahasiswa untuk mendobrak rezim otoriter Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto. Kini, sepuluh tahun kemudian, sebagian dari aktivis mahasiswa itu mulai berpikir untuk mengalihkan medan perjuangan. Mereka pun bergabung dalam partai politik peserta Pemilu 2009 dan menjadi caleg. Agenda reformasi yang belum selesai seakan menjadi magnet yang memanggil mereka untuk terlibat dan berjuang langsung di jalur parlemen. Kita juga akan menemukan sejumlah aktivis mahasiswa yang pada tahun 1998 masih berteriak lantang menghujat Orde Baru, termasuk mengecam keras Partai Golkar. Kini, sebagian dari mereka juga bergabung dan menjadi caleg dari partai yang selama 32 tahun menopang pemerintahan Orde Baru. Apa pun alasan atau pertimbangannya, dalam alam demokrasi seperti sekarang sah-sah saja para mantan aktivis itu terjun ke politik praktis. Itu adalah bagian dari hak politik mereka sebagai warga negara. Keputusan mereka terjun menjadi caleg ini pun dinilai penting bagi kaderisasi kepemimpinan nasional. Dalam sistem politik yang terbuka seperti saat ini, perbaikan kehidupan berbangsa tidak cukup dilakukan dengan berteriak-teriak, memberikan koreksi dari luar sistem. Dibutuhkan sejumlah orang baik dan berkualitas untuk masuk ke dalam sistem guna memperbaiki dari dalam. Namun, di sisi lain, masuknya para aktivis yang rekam jejaknya masih relatif bersih dan muda ini dalam daftar caleg juga menguntungkan parpol pengusungnya. Para aktivis itu dapat menutup sejumlah catatan buruk parpol di masa lalu. Bahkan, parpol itu dapat dinilai reformis atau menjanjikan perubahan. Citra itu tentu dibutuhkan untuk menambah perolehan suara di Pemilu 2009. Mantan aktivis juga memiliki beban lebih karena memiliki tanggung jawab sejarah terhadap apa yang mereka pernah perjuangkan. Itu sebabnya para mantan aktivis ini juga dituntut lebih memiliki integritas. Akhirnya, kelak waktu yang akan menjelaskan alasan utama dan sebenarnya dari bergabungnya para mantan aktivis itu menjadi caleg. Pemilu 2009 adalah ujian bagi para aktivis tersebut. Setelah terpilih menjadi anggota legislatif, akankah mereka konsisten dengan janji dan komitmennya? Akankah mereka akan berjuang memperbarui sistem politik hingga menjadi lebih demokratis? Atau, malah mereka akan larut dalam sistem politik dan menikmati status sosial terhormat sebagai anggota DPR. Masyarakat akan melihat kiprah mereka selanjutnya. Pertanyaan: 1. Kemunculan aktivivs menjadi caleg apakah kerena keberhasilan kaderisasi parpol atau sebaliknya bukti kekagagalan parpol dalam melakukan kaderisasi? 2. Apakah ini menjadi salah satu tanda positif atau negative dari proses demokratisasi di Indonesia? 3. Apakah fenomena ini menjadi hal positif bagi kaderisasi kepemimpinan nasional? 4. Apakah pengaruh positifi kemunculan caleg dari kalangan aktivis terhadap citra dan kinerja kelembagaan DPR ke depan? 5. Mampukah para aktivis ini mewarnai DPR ke depan atau sebaliknya tenggelam dalam sistem? www.indrapiliang.com --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---