Sahaya tergugah sekali membaca permenungan di bawah ini. Percaya sekali bahwasanya tulisan di bawah lahir dari penulis yg telah biasa menulis dan cukup matang cara penulisan danpenyampaiannya.
Tapi isinya itu lho.... kecuali yunani masyarakatnya juga pelamun dan pemenung seperti masyarakat minang mungkin benar juga bahwa ada keterkaitan sejarah dan budaya antara minang dan yunani. ah... itu hanya seloroh saja. namun yang paling penting adala kalo dilihat dari tipe habitat masyarakat sumbar yang kelompok2 komunitasnya mendiami dataran2 sempit disela2 bukit dan batu2, rasanya ini mencerminkan bahwa komunitas ini lahir dan datang belakangan waktu dan tidak bisa mengambil porsi di dataran2 utama di pulau sumatera. Mungkin tersingkir atau mungkin juga pergi menyepi. Ditambah lagi medan di bagian barat yang menyajikan garis pantai yg tidak ramah dan berhadapan muka dengan samudra hindia. Rasanya alexander agung atau org2 yunani yg konon katanya kuat dan berpengaruh itu tidak akan memilih tempat kurang nyaman spt itu utk tepat hdp. kecuali ada alasan2 lain spt pergi menyepi tadi. jadi... rasanya2nya kok janggal yunan yg kuat itu terpental ke sisi barat dataran sumatera yg tak senyaman bagian timur tentunya. apa iya ada hubungan itu? atau kemiripan2 yg berkebetulan yg lantas di sambung2akn melalui permenanungan yg tiada henti2nya. Tak ada salah dinda adrinof dalam berkesimpulan. garis paparan logika nya tak ada yang salah. mungkin bidang keilmuwan dinda aja yg kurang ampuh dan mempuni. aau bisa juga pengetahuan yg dinda tekuni saja yg kurang hebat. sama sekali ni bukan kesalahan dinda. banyak org menjadi ahli dan bahkan lebih ahli dari org lain tapi di sektor yg kurang efektif dan kurang mutakhir. mohon ampun jika ada yg salah. wass --- In [EMAIL PROTECTED], "Andrinof A Chaniago" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > *Pangantar: > Katiko menulis artikel ko, sempat pulo muncul kacurigaan, jangan-jangan > Minangkabau kini memang pernah dapek pangaruah dari Yunani di Jaman > Alexander Agung. Sebab, banyak urang Minang nan jadi pemikir. Cuma, cara > berkembangnyo babeda. Silahkan simak kaduo tulisan di bawah bagi nan baminat > menadiskusikan. > Salam, > Andrinof A Chaniago (46) > > Yunani Kuno dan Minangkabau* > Oleh Andrinof A Chaniago > *Pengajar di Universitas Indonesia* > Tulisan ini dimuat di TERAS UTAMA Padang Ekspres beberapa minggu lalu. > > Antara kehidupan Yunani Kuno dan Minangkabau, terdapat jarak waktu pemisah > lebih dari duapuluh abad lamanya. Melihat pencapaian luar biasa dari bangsa > Yunani Kuno, juga bukan hal yang setara untuk membandingkannya dengan > Minangkabau yang hanyalah sebuah suku bangsa diantara duaratusan suku bangsa > di Indonesia. Tetapi, jika melihat sejarah tokoh-tokoh pemikir terkemuka > berikut warisan karya-karya pemikir dari kedua masyarakat ini, kita akan > menemukan sesuatu yang relevan untuk dibandingkan. > Sama dengan sikap hidup individu orang Minangkabau, masyarakat Yunani Kuno > menyukai kehidupan yang bebas dan merdeka. Selain itu, keduanya dikenal > dengan masyarakat yang haus akan pengetahuan. > Sebagian orang Yunani Kuno juga suka merantau. Namun, di sini mulai tampak > perbedaan mereka dengan orang Minang. Orang-orang Yunani Kuno pergi merantau > karena sebagian besar tanah mereka gersang dan tandus. Dengan demikian, > motif orang-orang Yunani Kuno pergi merantau semata-mata untuk ekonomi. > Semenara bagi orang Minang, merantau bukan semata-mata untuk tujuan ekonomi, > melainkan juga untuk belajar hidup, sebagaimana bisa kita lihat dari > beberapa pepatah Minang. > Tanah di wilayah fisik-geografis orang Minang adalah tanah yang subur, > karena memiliki lahan lapisan vulkanik yang luas dan memiliki bukit-bukit > yang ditumbuhi tanaman lebat yang membuat bukit-bukit itu sebagai > "prasarana" irigasi alami bagi lahan pertanian di dataran rendah. Dari > sumber air yang berasal dari ruas pegunungan Bukit Barisan itu, bukan saja > padi dan tanaman palawija yang tumbuh sehat, tetapi juga bermanfaat untuk > membesarkan ternak hewan dan membudidayakan ikan air tawar. Bahkan, dengan > sumber air yang datang dari pegunungan itu yang kemudian ditampung oleh > Danau Maninjau dan Danau Singkarak, daerah ini menjadi tempat produksi > listrik yang biaya produksinya hanya seperlima dari listrik yang diproduksi > oleh sistem pembangkit batu bara ataupun gas. Selain itu, sejalan dengan > watak ekspansionis modal, beberapa sumber air alami di Sumbar itupun menjadi > sumber produksi air kemasan yang populer dengan nama air mineral. > Di jaman Orde Baru, para penguasa pemerintahan di Sumbar, yang sering sekali > mengklaim bertindak untuk dan atas nama masyarakat penganut kebudayaan > Minangkabau, secara terang-terangan mengingkari kekayaan alam yang > dianugerahkan Tuhan tadi. Mereka dengan tanpa beban mengatakan, "Daerah kita > miskin. PAD kita kecil. Kita tidak punya minyak seperti Provinsi Riau atau > deposit tambang lain seperti di Kalimantan atau Papua." Ungkapan seperti ini > tidak lain dimaksudkan untuk mengajak masyarakat mendukung Pemda meminta > "kemurahan hati" Pemerintah Pusat agar mengucurkan dana lebih besar untuk > Sumbar. Karena itu pula, masyarakat Sumbar harus menunjukkan dukungan yang > besar kepada Golkar yang ketika itu merupakan alat hegemoni kekuasaan > Pemerintah Pusat. > Begitulah cara elite-elite politik Sumbar di jaman Orba memandang kekayaan > alam Sumbar. Arti kekayaan alam pun dipersempit menjadi ketersediaan deposit > tambang sambil menutup mata terhadap harta yang luar biasa nilai potensinya, > seperti perbukitan, gunung-gunung, sungai-sungai, danau-danau dan > pantai-pantai yang memberikan akses mudah untuk memanfaatkan sumber-sumber > alam di atas dan di dalamnya. Padahal, pengukuran kekayaan harus dimulai > dengan kemudahan mendapatkan barang-barang dan jasa kebutuhan pokok, mulai > dari makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan? Kalau di daerah-daerah > lain masyarakatnya membutuhkan usaha yang panjang dan modal lebih besar > untuk mendapatkannya, sementara di Sumbar secara rata-rata lebih mudah, > bukankah berarti itu kekayaan Sumbar? > Merantau yang bukan semata-mata karena dorongan kelangkaan kekayaan lokal > bagi masyarakat Sumbar tadi seharusnya menambah modal untuk membuat > masyarakat yang menetap di Sumbar lebih makmur sejahtera dibanding rata-rata > daerah di Indonesia. Dengan kesejahteraan itu pula Sumbar seharusnya > berkembang sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan karena bisa menjadi > sumber insentif bagi para tokoh intelektualnya untuk terus berkarya di tanah > asalnya sendiri seperti yang terjadi pada kaum intelektual Yunani Kuno. > Tetapi, di sinilah letak perbedaan lain antara Minangkabau dan Yunani Kuno. > Kaum pemikir Yunani Kuno tidak perlu pergi merantau untuk menghasilkan > karya-karya ilmu pengetahuan mereka. Sementara calon-calon intelektual > Minang, harus merantau untuk menjadi pemikir kelas nasional atau > internasional, baik untuk mendapatkan sumber-sumber pengetahuan baru maupun > untuk menjadikan ilmunya bisa digunakan oleh masyarakat. Akibatnya, di > Minangkabau sendiri tidak pernah lahir temuan-temuan penting atau > gagasan-gagasan filosofis yang besar. Sebaliknya, para pemikir Yunani Kuno > cukup menyerap pengetahuan yang berasal dari Mesir Kuno dan Babylonia, yang > dibawa para pedagang dari kedua negeri tersebut. Pengetahuan dari luar > tersebut menjadi bahan untuk diolah dan dikembangkan lebih lanjut di tanah > Yunani Kuno sendiri. Proses seperti itulah yang dilalui Anaximandros, > Anaximenes, Phytagoras, Xenophanes, Anaxagoras, Gorcias, Socrates, Plato, > Aristoteles dan sebagainya. Proses seperti itulah pula yang membuat lahirnya > beberapa pengetahuan baru di Yunani Kuno yang menjadi dasar pengembangan > ilmu dan peradaban Eropa, bahkan dunia. > Para pemikir Yunani Kuno tadi adalah peletak dasar nilai-nilai kearifan dan > ilmu pengetahuan yang mempengaruhi kehidupan nyata masyarakat dunia > berabad-abad hingga kini. Dan, yang juga perlu dicatat, mereka bukan > perantau yang menemukan nilai-nilai peradaban dan hukum-hukum ilmu > pengetahuan di luar negeri leluhurnya, melainkan manusia-manusia yang > membangkitkan masyarakat dan membangun monumen-monumen peradaban di negeri > mereka sendiri yang gersang itu, sebelum karya-karya mereka itu menyebar > pengaruhnya ke berbagai negeri luar. Pertanyaan yang muncul dalam melihat > "proses menjadi" para pemikir Minang adalah, dengan karakter yang sama-sama > suka berpikir dan suka hidup merdeka serta sama-sama haus pengetahuan dengan > masyarakat Yunani Kuno, mengapa masyarakat Minang tidak melahirkan sebagian > tokoh-tokoh intelektualnya di tanahnya sendiri? > Jawaban valid atas pertanyaan di atas tentu tidak mudah disodorkan > secepatnya. Tetapi, melihat potret saat ini dan kondisi sebelumnya, > jangan-jangan jawaban itu kita temukan bersamaan dengan perbedaan berikutnya > antara masyarakat Yunani Kuno dan Minangkabau. Masyarakat Yunani Kuno > memberikan penghormatan yang tinggi kepada para pemikir dengan menempatkan > mereka hanya sedikit di bawah dewa-dewa mereka. Karya-karya mereka dan > ucapan-ucapan mereka begitu didengar oleh masyarakat. Sementara, di > Minangkabau, bisa jadi para pemikir kurang dihormati dibanding para > penguasa, politisi dan pengusaha, terlebih dengan mereka yang menyandang dua > status dari dari tiga status itu sekaligus. Setidak-tidaknya suasana ini > terasa sejak Orde Baru hingga sekarang, dimana sumber kebenaran lebih banyak > dipercayakan kepada penguasa, politisi dan pengusaha, sebagaimana tampak > dalam perlakukan-perlakuan yang diberikan pada acara seremonial, di media > massa maupun di tempat-tempat umum. Mudah-mudahan jawaban sementara saya ini > keliru. Mohon maaf lahir dan bathin.*** > --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting - Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi - Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau dibanned - Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---